Pendahuluan
1. Arti Drama
a. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani
“draomai" yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya.
b. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak
c. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
d. Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG
Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.
crossorigin="anonymous"></script>
Arti pertama dari drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action
(segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan
(axciting), dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan
gerak (life presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre, drama haruslah melahirkan kehendak dengan
action.
Menurut Balthazar Vallhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat
manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan
penonton (audience).
2. Arti Teater
a. Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
b. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di
depan orang banyak
c. Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan
manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan
laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik,
nyanyian, tarian, dsb.
Ada yang mengartikan sebagai “gedung pertunjukan”, ada yang mengartikan sebagai “panggung” (stage). Secara etimologi (asal kata), teater adalah gedung pertunjukan (auditorium).
Dalam arti luas teater adalah kisah hidup dah kehidupan manusia yang
dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya wayang orang, ludruk, lenong,
reog, dulmuluk.
Dalam arti sempit teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan dalam pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media, gerak,
percakapan dan laku, dengan atau tanpa dekor (layer); Didasarkan pada naskah
yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik.
Perbedaan Drama Dan Teater.
Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda uangkapannya.Teater berasal dari kata yunanikuno “theatron” yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan. Dengan demikian maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga dari kata yunanai ‘dran’ yang berarti berbuat, berlaku atau beracting. Drama cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama setaraf dengan jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi peristiwa atau cerita tentang manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau bentuk pertunjukan maka menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulan teater tercipta karena adanya drama.
Teater Sebagai Organisasi
Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; di mana segala macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang rapi,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang sentimentil), seperti hal nya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan suatu pertunjukan teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (panitia produksi) maupun segi seni-seninya (penyutradaraan, penataan set, permainan, musik dan unsur-unsur lain).
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"
crossorigin="anonymous"></script>
Berikut ini contoh elemen dari sebuah grup teater dalam mengadakan
sebuah produksi.
- Pimpinan Produksi
- Sekretaris Produksi
- Keungan Produksi / Bendahara
- Urusan Dokumentasi
- Urusan Publikasi
- Urusan Pendanaan
- Urusan Ticketing atau karcis
- Urusan Kesejahteraan
- Urusan Perlengkapan
- Sutradara
- Art Director / Pimpinan Artistik
- Stage Manager
- Property Master
- Penata Cahaya
- Penata Kostum
- Penata setting
- Perias / Make Uper
- Penata Cahaya
- Penata Musik
Setiap elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk
bertanggungjawab penuh atas tugas itu (secara profesional). Sebagai contoh
seorang urusan pendanaan, ia harus memikirkan seberapa besar dana yang
dibuhtuhkan? Dari mana dana itu didapatkan. Begitupula seorang Sutradara yang
bertanggung jawab atas pola permainan panggung; (akting pemain, cahaya,
bunyi-bunyian, set, property dan lain-lain).
Kalau kita memandang elemen dalam grup teater, ada kesamaan dengan elemen dalam tubuh kita sendiri; setiap organ tubuh memiliki fungsi sendiri, tetapi saling berhubungan dan tergabung dalam fungsi yang sempurna. Teater ibarat laboratorium kehidupan itu sendiri, seperti yang diungkapkan Peter Brook “Teater akan menjadi tempat yang indah bagi orang-orang yang mabuk dan kesepian, Teater merupakan sebuah tindak budaya, Teater bukanlah tempat untuk melarikan diri ataupun untuk mencari perlindungan”.
Rumusan Teater
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar
menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang
diwujutkan dalam suatu karya seni suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam
cerita pergulatan kehidupan manusia.
Dari rumusan diatas dapt ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur teater
menurut urutannya adalah sebabagai berikut :
- Tubuh, manusia sebagai unsur utama ( pemeran/pelaku/pemain)
- Gerak, sebagai unsur penunjang.
- Suara, sebagai unsur penunjang ( kata/untuk acuan pemeran)
- Bunyi, sebagai unsur penunjang ( bunyi benda,efek dan musik).
- Rupa sebagai unsur penunjang ( cahaya, rias dan kostum.).
- Lakon sebagai unsur penjalin ( cerita,non cerita,fiksi dan narasi ).
Akting tidak hanya berupa
dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah
dialog yang:
a. terdengar (volume baik)
b. jelas (artikulasi baik)
c. dimengerti (lafal benar)
d. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Gerak yang baik ialah
gerak yang:
a. terlihat (blocking baik)
b. jelas (tidak ragu-ragu, meyakinkan)
c. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
d. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam
naskah)
crossorigin="anonymous"></script>
Penjelasan :
a. Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh
b. Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata
terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan
terjadi kata-kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
c. Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan
bahasa yang dipakai .
d. Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus
diucapkan berani bukan ber-ani.
e. Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat
menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
f. Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain
yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak
dapat melihat pemain yang ditutupi.
Pemain lebih baik terlihat
sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang
tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut:
a. Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada
didepan.
b. Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada
didepan.
Harus diatur pula balance para
pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Komposisi
diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai
sesuai adegan yang berlangsung.
a. Jelas, tidak ragu-ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak
yang dilakukan jangan setengah-setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau
ragu-ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting
b. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak
menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang
yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
c. Menghayati berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus
sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
BAB I
MEDITASI dan KONSENTRASI
1. Meditasi
Secara umum meditasi artinya
adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha
untuk menenangkan dan memustkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh
kestabilan diri.
Tujuan Meditasi:
a. Memusatkan pikiran.
1) Kita mencoba memustkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala
sesuatu yang ada
2) dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga,
sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar
pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan serta hanya tertuju dengan apa
yang akan dimasukkan dalam pemikiran kita.
b. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut
sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam
latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari hari.
Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk
itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam
kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.
Cara meditasi:
a. Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang
biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini
dimaksudkan untuk member bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
b. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga
dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar
dalam tubuh kita.
c. Pusatkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling
kita dengan segala
b. perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam
tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk
berkonsentrasi.
crossorigin="anonymous"></script>
Catatan:
Pada suatu saat mungkin kita
kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap
gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu
banyak pikiran.
Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.
2. Konsentrasi
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Catatan :
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah,
nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau
pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut.
Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.
BAB II VOKAL dan PERNAPASAN
1. Pernapasan
Seorang artis panggung, baik
itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan
pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih
pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar
dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam
pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang
biasa dipergunakan :
a. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke
rongga dadasehingga dada kita membusung. Di kalangan orang-orang teater
pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau
kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/acting
kita, karena bahu menjadi kaku.
b. Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke
dalam perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan
oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya
tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
c. Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk
menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum).
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya
tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.
Pernapasan diafragma
b. Pernapasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka
diafragma kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya
perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga
turut mengembang. Menurut perkembangan akhir-akhir ini, banyak orang-orang
teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu
gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"
crossorigin="anonymous"></script>
2. Vokal
Untuk menjadi seorang pemain
drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula.
"Baik” di sini diartikan sebagai :
a) Dapat
terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).
b) Jelas
(artikulasi/pengucapan yang tepat),
c) Tersampaikan
misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
d) Tidak
monoton.
Catatan:
Apabila suara kita menjadi
serak karena latihan-latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi
apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir-lendir
di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah
terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah
menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan
sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat-alat suara untuk bersuara
keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat-alat suara kita.
Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
3. Artikulasi
Yang dimaksud dengan
artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar
dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat
mengerti pada kata-kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat
ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang
kurang/tidak benar, yaitu:
a. Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang
berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya
‘r’, dan sebagainya.
b. Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan
terjadi sewaktu-waktu. Hal ini sering terjadi pada salah pengucapan
naskah/dialog.
c. Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog,
pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya.
d. Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog
terlalu cepat, seolah-olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama
sekali.
4. Gestikulasi
Gestikulasi adalah suatu cara
untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah
dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari
dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut
pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat
kadang-kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan
kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja
terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu?” , "Kenapa ?” atau
"Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan
dalam memenggal kata pada sebuah dialog.
5. Intonasi
Seandainya pada dialog yang
kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar
dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan-tekanan yang
diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat
tiga macam, yaitu :
a. Tekanan Dinamik (keras-lemah)
b. Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada
setiap kata yang memerlukan penekanan.
c. Tekanan.Nada (tinggi) Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai
nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini
adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan
berubah-ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang
tinggi rendahnya suatu kata.
d. Tekanan Tempo
e. Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan
ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan.
6. Warna Suara
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki-laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"
crossorigin="anonymous"></script>
BAB III GERAK
1. Olah Tubuh
Olah tubuh (bisa juga
dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau
pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi
tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau
melemaskan otot-otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada
bagian-bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.
Macam-Macam Gerak :
Dalam latihan dasar teater,
kita juga harus mengenal dengan baik bermacam-macam gerak Latihan-latihan
mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang
berkecimpung dalam bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat
dibagi menjadi dua, yaitu
a. Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak
yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam
naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
b. Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari-hari.
Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam-macam, secara
garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
b. Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada
raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan
ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah,
sedih, gembira, dsb.
c. Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian
anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar
maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :
1) Business, adalah gerak-gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh
kesadaran. Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks).
2) Gestures, adalah gerak-gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah
gerak yang kita lakukan secara sadar.
2) Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat
yang lain.
3) Guide, adalah cara berjalan. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan
“gerak-gerak dasar”.
Gerak-gerak dasar ini kita
bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1) Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita
hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada
batas kepala kita.
2) Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah
berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
3) Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa
ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
BAB IV KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak
dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang
berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan
karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan
demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya
menjadi figur dari seorang tokoh
saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut
naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut.
Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus
mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah
dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar
kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita
tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya.
Untuk memperdalam karakteristik peraga dalam sebuah naskah, maka agaknya
perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu
marilah kita kenali satu persatu.
crossorigin="anonymous"></script>
1. Observasi
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb.
2. Ilusi
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.
3. Imajinasi
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
4. Emosi
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat.
5. Penghayatan
Penghayatan adalah mengamati
serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita.
Cara-cara yang dipergunakan
dalam penghayatan adalah :
a. Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang
dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak
dan inti dari naskah.
b. Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
BAB VI BLOCKING
Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat
diatas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat
diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol
tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud
dengan blocking yang baik adalah blocking tersebut harus
seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.
1. Seimbang, kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda
yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga
mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus
terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung.
2. Utuh, blocking yang ditampilkan hendaknya
merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus
saling menunjang dan tidak saling menutupi.
3. Bervariasi, kedudukan pemain tidak disuatu tempat
saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak
jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya.
4. Memiliki titik pusat, artinya setiap penampilan harus
memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat
peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik
pusat dari adegan yang sedang berlangsung.
5. Wajar, setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"
crossorigin="anonymous"></script>
BAB VII NASKAH
Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut.
Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot
atau rangka cerita.
a. Tema
Tema adalah rumusan inti sari
cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari tema
inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.
b. Lakon
Dalam cerita drama lakon
merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita. Oleh karena
itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai
penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan
dimensi-dimensi sang lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu :
1) Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani. Usia, jenis kelamin, keadaan
tubuh, cirri-ciri muka,dll.
2) Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan status sosial,
pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan
hidup, agama, hobby, dll.
3) Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan. Temperamen,
mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam
bidang tertentu, kecakapan, dll.
c. Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan
peristiwa didalam naskah.
Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu :
1) Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu
pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan
mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton
disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini
dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.
2) Dialog
Dialog berisikan kata-kata.
Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai
dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog
berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan
plot maju, dan membukakan fakta.
3) Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi
situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul
suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
4) Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis
demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu
komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
5) Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"
crossorigin="anonymous"></script>
Drama dan Jenisnya
Drama berasal dari bahasa latin yang berarti aksi atau perbuatan. Drama merupakan pertunjukaan yang diambil dari suatu karangan dan dituangkan dalam tingkah laku, ekspersi wajah serta perbuatan. Di dalam masyarakat drama disebut juga sandiwara , pelaku drama disebut actor.
Drama diklasifikasikan berdasarkan masa terjadinya menjadi beberapa
jenis yaitu :
1. Drama Modern → Drama yang dimainkan pada zaman
modern dan bertujuan untuk memberikan pendidikan pada masyarakat serta biasanya
bertema tentang kehidupan dan filsafat sehari – hari.
2. Drama Klasik → Drama ini terjadi dan dimainkan
pada masa lampau, yang isinya menceritakan tentang khayalan, kesaktian tokoh,
kerajaan, kehidupan para Dewa dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut isi ceritanya drama dibedakan menjadi :
1. Drama Tragedi → Drama yang menceritakan tragedi atau
peristiwa memilukan dan menyedihkan sepanjang jalan ceritanya.
2. Drama Komedi → Drama yang berisi cerita lucu dan
lawakan, sehingga membuat penontonnya tertawa.
3. Drama Tragedi Komedi → Drama yang merupakan
perpaduan cerita antara drama tragedy dan drama komedi, didalamnya terdapat
cerita sedih dan dibumbui dengan hal – hal yang membuat penontonnya tertawa.
4. Opera → Drama musical / opera merupakan drama
yang menceritakan suatu jalan cerita dengan didampingi pertunjukkan musik.
5. Operet → Operet merupakan drama opera yang
memiliki jalan cerita lebih singkat.
6. Pantomim → Drama tanpa dialog yang ditampilkan
dengan menterjemahkan gerakan dan bahasa tubuh.
7. Passie → Drama yang didalamnya mengandung unsur
– unsur pesan Agama tertentu.
8. Pewayangan → Drama yang ditampilkan dengan menggunakan
media benda berupa boneka ataupun wayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Komentar