Translate

Minggu, 26 September 2021

DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA/TEATER

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"
     crossorigin="anonymous"></script>

Pendahuluan

1.  Arti Drama

a.       Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai" yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya.

b.       Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak

c.       Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama

d.       Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.


 <script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"

     crossorigin="anonymous"></script>

Arti pertama dari drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axciting), dan ketegangan pada para pendengar.

Arti kedua, menurut Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).

Menurut Ferdinand Brunetierre, drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.

Menurut Balthazar Vallhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat manusia dengan gerak.

Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).

 

2.  Arti Teater

a.    Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.

b.    Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak

c.    Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

Ada yang mengartikan sebagai “gedung pertunjukan”, ada yang mengartikan sebagai “panggung” (stage). Secara etimologi (asal kata), teater adalah gedung pertunjukan (auditorium).

Dalam arti luas teater adalah kisah hidup dah kehidupan manusia yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya wayang orang, ludruk, lenong, reog, dulmuluk.

Dalam arti sempit teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan dalam pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media, gerak, percakapan dan laku, dengan atau tanpa dekor (layer); Didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik.

Perbedaan Drama Dan Teater.

Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda uangkapannya.Teater berasal dari kata yunanikuno “theatron” yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan. Dengan demikian maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga dari kata yunanai ‘dran’ yang berarti berbuat, berlaku atau beracting. Drama cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama setaraf dengan jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi peristiwa atau cerita tentang manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau bentuk pertunjukan maka menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulan teater tercipta karena adanya drama.

Teater Sebagai Organisasi

Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; di mana segala macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang rapi,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang sentimentil), seperti hal nya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan suatu pertunjukan teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (panitia produksi) maupun segi seni-seninya (penyutradaraan, penataan set, permainan, musik dan unsur-unsur lain).

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"

     crossorigin="anonymous"></script>

Berikut ini contoh elemen dari sebuah grup teater dalam mengadakan sebuah produksi.

  • Pimpinan Produksi
  • Sekretaris Produksi
  • Keungan Produksi / Bendahara
  • Urusan Dokumentasi
  • Urusan Publikasi    
  • Urusan Pendanaan
  • Urusan Ticketing atau karcis
  • Urusan Kesejahteraan
  • Urusan Perlengkapan
  • Sutradara
  • Art Director / Pimpinan Artistik
  • Stage Manager
  • Property Master
  • Penata Cahaya
  • Penata Kostum
  • Penata setting
  • Perias / Make Uper
  • Penata Cahaya
  • Penata Musik

Setiap elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk bertanggungjawab penuh atas tugas itu (secara profesional). Sebagai contoh seorang urusan pendanaan, ia harus memikirkan seberapa besar dana yang dibuhtuhkan? Dari mana dana itu didapatkan. Begitupula seorang Sutradara yang bertanggung jawab atas pola permainan panggung; (akting pemain, cahaya, bunyi-bunyian, set, property dan lain-lain).

Kalau kita memandang elemen dalam grup teater, ada kesamaan dengan elemen dalam tubuh kita sendiri; setiap organ tubuh memiliki fungsi sendiri, tetapi saling berhubungan dan tergabung dalam fungsi yang sempurna. Teater ibarat laboratorium kehidupan itu sendiri, seperti yang diungkapkan Peter Brook “Teater akan menjadi tempat yang indah bagi orang-orang yang mabuk dan kesepian, Teater merupakan sebuah tindak budaya, Teater bukanlah tempat untuk melarikan diri ataupun untuk mencari perlindungan”.

Rumusan Teater

Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujutkan dalam suatu karya seni suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan kehidupan manusia.

Dari rumusan diatas dapt ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur teater menurut urutannya adalah sebabagai berikut :

  1. Tubuh, manusia sebagai unsur utama ( pemeran/pelaku/pemain)
  2. Gerak, sebagai unsur penunjang.
  3. Suara, sebagai unsur penunjang ( kata/untuk acuan pemeran)
  4. Bunyi, sebagai unsur penunjang ( bunyi benda,efek dan musik).
  5. Rupa sebagai unsur penunjang ( cahaya, rias dan kostum.).
  6. Lakon sebagai unsur penjalin ( cerita,non cerita,fiksi dan narasi ).

 3.  Akting Yang Baik

Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.

Dialog yang baik ialah dialog yang:

a.    terdengar (volume baik)

b.    jelas (artikulasi baik)

c.    dimengerti (lafal benar)

d.    menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)


Gerak yang baik ialah gerak yang:

a.    terlihat (blocking baik)

b.    jelas (tidak ragu-ragu, meyakinkan)

c.    dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)

d.    menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

 <script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"

     crossorigin="anonymous"></script>


Penjelasan :

a.    Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh

b.    Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata-kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.

c.    Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai .

d.    Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan ber-ani.

e.    Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah

f.     Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.

 

Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut:

a.    Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.

b.    Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.

 

Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung.

a.    Jelas, tidak ragu-ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah-setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu-ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting

b.    Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.

c.    Menghayati berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.

 

BAB I

MEDITASI dan KONSENTRASI

 

1.    Meditasi

Secara umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan memustkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.

Tujuan Meditasi:

a.       Memusatkan pikiran.

1)      Kita mencoba memustkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada

2)      dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan serta hanya tertuju dengan apa yang akan dimasukkan dalam pemikiran kita.

b.       Meditasi sebagai jembatan.

Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.

 

Cara meditasi:

a.       Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk member bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.

b.       Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.

c.       Pusatkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala

b.       perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.

 <script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"

     crossorigin="anonymous"></script>


Catatan:

Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran.

Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.

2.  Konsentrasi

Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.

Catatan :

Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.


BAB II VOKAL dan PERNAPASAN

1. Pernapasan

Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.

Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :

a.       Pernapasan dada

Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dadasehingga dada kita membusung. Di kalangan orang-orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku.

b.       Pernapasan perut

Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.

c.       Pernapasan lengkap

Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.

Pernapasan diafragma

b.       Pernapasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang. Menurut perkembangan akhir-akhir ini, banyak orang-orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.

 

Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.


<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"

     crossorigin="anonymous"></script>


2. Vokal

Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik” di sini diartikan sebagai :

a)    Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).

b)   Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),

c)    Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.

d)   Tidak monoton.

 

Catatan:

Apabila suara kita menjadi serak karena latihan-latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir-lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat-alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat-alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.

 

3. Artikulasi

Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata-kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu:

a.    Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya ‘r’, dan sebagainya.

b.    Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu-waktu. Hal ini sering terjadi pada salah pengucapan naskah/dialog.

c.    Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya.

d.    Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah-olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.

 

4. Gestikulasi

Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang-kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu?” , "Kenapa ?” atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.

 

5. Intonasi

Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan-tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :

a.       Tekanan Dinamik (keras-lemah)

b.       Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan.

c.       Tekanan.Nada (tinggi) Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah-ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.

d.       Tekanan Tempo

e.       Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan.

 

6. Warna Suara

Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki-laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara.

 

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"

     crossorigin="anonymous"></script>

BAB III GERAK

1. Olah Tubuh

Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot-otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian-bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.

 

Macam-Macam Gerak :

Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam-macam gerak Latihan-latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater. 

 

Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu

a.       Gerak teaterikal

Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.

b.       Gerak non teaterikal

Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari-hari. Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam-macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.

b.       Gerak Halus

Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dsb.

c.       Gerak Kasar

Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :

1)      Business, adalah gerak-gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran. Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks).

2)      Gestures, adalah gerak-gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar.

2)      Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

3)      Guide, adalah cara berjalan. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”.

Gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1)      Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.

2)      Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.

3)      Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.

 

Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.


BAB IV KARAKTERISASI

Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan

demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh

saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.

Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.

Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya.

Untuk memperdalam karakteristik peraga dalam sebuah naskah, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.

 <script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"

     crossorigin="anonymous"></script>


1.       Observasi

Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb.

2.       Ilusi

Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.

3.       Imajinasi

Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.

4.       Emosi

Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat.

5.       Penghayatan

Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita.

Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :

a.       Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.

b.       Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.

BAB VI BLOCKING

Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud dengan blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.

1.  Seimbang, kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung.

2.  Utuh, blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.

3.  Bervariasi, kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya.

4.  Memiliki titik pusat, artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung.

5.  Wajar, setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat.

Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"

     crossorigin="anonymous"></script>

BAB VII NASKAH

Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut.

Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau rangka cerita.

a.  Tema

Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.

b.  Lakon

Dalam cerita drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita. Oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu :

1)   Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani. Usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.

2)   Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dll.

3)   Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan. Temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dll.

c.  Plot

Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah.

Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

1)  Pemaparan (eksposisi)

Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.

2)  Dialog

Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.

3)  Komplikasi awal atau konflik awal

Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.

4)  Klimaks dan krisis

Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.

5)  Penyelesaian (denouement)

Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.


<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9890042853194778"

     crossorigin="anonymous"></script>

Drama dan Jenisnya

Drama berasal dari bahasa latin yang berarti aksi atau perbuatan. Drama merupakan pertunjukaan yang diambil dari suatu karangan dan dituangkan dalam tingkah laku, ekspersi wajah serta perbuatan. Di dalam masyarakat drama disebut juga sandiwara , pelaku drama disebut actor.

Drama diklasifikasikan berdasarkan masa terjadinya menjadi beberapa jenis yaitu :

1.  Drama Modern → Drama yang dimainkan pada zaman modern dan bertujuan untuk memberikan pendidikan pada masyarakat serta biasanya bertema tentang kehidupan dan filsafat sehari – hari.

2.  Drama Klasik → Drama ini terjadi dan dimainkan pada masa lampau, yang isinya menceritakan tentang khayalan, kesaktian tokoh, kerajaan, kehidupan para Dewa dan lain sebagainya.

 

Sedangkan menurut isi ceritanya drama dibedakan menjadi :

1. Drama Tragedi → Drama yang menceritakan tragedi atau peristiwa memilukan dan menyedihkan sepanjang jalan ceritanya.

2. Drama Komedi → Drama yang berisi cerita lucu dan lawakan, sehingga membuat penontonnya tertawa.

3.  Drama Tragedi Komedi → Drama yang merupakan perpaduan cerita antara drama tragedy dan drama komedi, didalamnya terdapat cerita sedih dan dibumbui dengan hal – hal yang membuat penontonnya tertawa.

4.  Opera → Drama musical / opera merupakan drama yang menceritakan suatu jalan cerita dengan didampingi pertunjukkan musik.

5.  Operet → Operet merupakan drama opera yang memiliki jalan cerita lebih singkat.

6.  Pantomim → Drama tanpa dialog yang ditampilkan dengan menterjemahkan gerakan dan bahasa tubuh.

7.  Passie → Drama yang didalamnya mengandung unsur – unsur pesan Agama tertentu.

8.  Pewayangan → Drama yang ditampilkan dengan menggunakan media benda berupa boneka ataupun wayang.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar

DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA

I.   PENDAHULUAN Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media  percakapan(dialog), gerak da...