Translate

Kamis, 08 November 2018

Drama Sebagai Seni Pertunjukan


Heru Subrata (herusubrata@unesa.ac.id)

Drama, sebagai karya seni, barulah lengkap jika dimainkan atau dipentaskan. Maksudnya, cakapan tiap-tiap tokoh harus diucapkan oleh orang yang memerankannya (Disebut “aktor” untuk yang pria, “aktris” untuk wanita). Cakapan tidak sekedar diucapkan, tetapi disertai dengan gerak-gerik yang sesuai menurut tafsiran aktor atau aktrisnya. Didalam suatu pementasan drama, pengelola dan penanggung jawab seluruh kegiatan pementasan disebut “produser”, sedangkan yang bertanggung jawab atas nilai artistik pementasan disebut “sutradara”. Tugas utama sutradara adalah menata gerak para aktor dan aktris. Ia juga harus bekerja sama dengan berbagai pihak yagn terlibat, seperti penata panggung, penata cahaya (lampu), dan penata bunyi (musik).
 Supaya tokoh-tokoh di dalam drama dapat diperankan dengan baik, teks drama perlu lebih dahulu dipahami benar-benar. Diperlukan daya bayang yang kuat  untuk dapat membaca dan menikmati karya sastra yang berbentuk drama. Mengapa?Antara lain karena sifat tokoh-tokohnya dan keadaan serta suasana peristiwa  yang terjadi tidak dideskripsikan oleh pengarangnya. Yang ada hanyalah cakapan antartokoh. Keterangan tentang tempat serta waktu kejadiaannya hanya dinyatakan secara singkat di antara tanda kurung. Demikian pula gerak-gerik dan suasana hati para tokohnya

Mengapresiasi Pementasan Drama
1.     Peran Tokoh dalam Pementasan Drama
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak pelaku melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan. Drama sering disebut dengan teater, yaitu sandiwara yang dipentaskan sebagai ekspresi rasa keindahan atau seni. Sebagai karya seni, drama perlu diapresiasi. Salah satu cara apresiasi drama ialah dengan menemukan unsur-unsur drama. Salah satu unsur tersebut ialah tokoh.
Tokoh dalam pementasan  drama mempunyai posisi yang penting. Tokohlah yang mengaktualisasikan naskah drama di atas pentas. Tokoh yang didukung oleh latar peristiwa dan aspek-aspek lainnya akan menampilkan cerita dan pesan-pesan yang ingin disampaikan.
Berdasarkan perannya, tokoh terbagai atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita dan memiliki kaitan dengan tokoh utama.
Bagaimana cara menentukan tokoh dalam pementasan drama?Tokoh utama setidaknya ditandai oleh empat hal, yakni (1) paling sering muncul dalam setiap adegan, (2) menjadi sentral atau pusat  perhatian tokoh-tokoh yang lain, (3) kejadian-kejadian yang melibatkan tokoh lain selalu dapat dihubungkan dengan peran tokoh utama, dan (4) dialog-dialog yang dilibatkan tokoh-tokoh lain selalu berkaitan dengan peran tokoh utama.
Dari segi perwatakannya, tokoh dan perannya dalam pementasan drama terdiri  4 jenis, yaitu tokoh berkembang, tokoh pembantu, tokoh statis dan tokoh serba bisa. Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perkembangan selama pertunjukan. Misalnya, tokoh yang awalnya seorang yang baik, namun pada akhirnya  menjadi seorang yang jahat. Tokoh pembantu adalah tokoh yang diperbantukan untuk menjelaskan tokoh lain. Tokoh pembantu merupakan minor character yang berfungsi sebagai pembantu saja atau tokoh yang memerankan suatu bagian penting dalam drama, namun fungsi utamanya tetap sebagai tokoh pembantu. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan karakter dari awal hingga akhir dalam dalam suatu drama. Misalnya, seorang tokoh yang berkarakter jahat dari awal drama akan tetap bersifat jahat di akhir drama. Tokoh serba bisa adalah tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain (all round). Misalnya, tokoh yang berperan sebagai seorang raja, namun ia juga berperan sebagai seorang pengemis untuk mengetahui kehidupan rakyatnya.
2.     Menentukan Konflik dengan Menunjukan Data yang Mendukung
Dalam drama, konflik merupakan unsur yang memungkinkan para tokoh saling berinteraksi. Konflik tidak selalu berupa pertengkaran, kericuhan, atau permusuhan di antara para tokoh. Ketegangan batin antartokoh, perbedaan pandangan, dan sikap antartokoh sudah merupakan konflik. Konflik dapat membuat penonton tertarik untuk terus mengikuti atau menyaksikan pementasan drama.
Bentuk konflik terdiri dari dua, yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternaladalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan lingkungan alamnya (konflik fisik) atau dengan lingkungan manusia (konflik sosial). Konflik fisik disebabkan oleh perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Misalnya,seorang tokoh mengalami permasalahan ketika banjir melanda desanya. Konflik sosial disebabkan oleh hubungan atau masalah social antarmanusia. Misalnya, konflik terjadi antara buruh dan pengusaha di suatu pabrik yang mengakibatkan demonstarasi buruh. Konflik Internal adalah konflik yang terjadi dalam diri atau jiwa tokoh. Konflik ini merupakan perbenturan atau permasalahan yang dialami seorang tokoh dengan dirinya sendiri, misalnya masalah cita-cita, keinginan yang terpendam, keputusan, kesepian, dan keyakinan.
Kedua jenis konflik diatas dapat diwujudkan dengan bermacam peristiwa yang terjadi dalam suatu pementasan drama. Konflik-konflik tersebut ada yang merupakan konflik utama dan konflik-konflik pendukung. Konflik Utama (bias konflik eksternal, konflik internal, atau kedua-duannya) merupakan sentral alur dari drama yang dipentaskan, sedangkan konflik-konflik pendukung berfungsi utnuk mempertegas keberadaan konflik utama.
Bagaimana menentukan konflik dengan menunjukkan data yang mendukung dalam sebuah drama? Data pendukung adanya konflik antara lain dapat dicermati dari perbedaan pandanagan dan sikap yang ditampakkan dalam dialog, ekspresi dan lakuan tokoh-tokoh.
3.     Latar dan Peran Latar.
Latar dalam pementasan drama terdiri dari tempat, waktu, dan suasana. Penataan latar akan menghidupkan suasana. Penataan latar akan menghidupkan suasana, menguatkan karakter tokoh, serta menjadikan pementasan drama semakin menarik. Oleh karena itu, ketetapan pemilihan latar akan ikut menentukan kualitas pementasan drama secara keseluruhan.
4.     Tema Drama
Tema drama adalah gagasan atau ide pokok yang melandasi suatu lakon drama. Tema drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah. Tema itu bersifat umum dan terkait dengan aspek-aspek kehidupan di sekitar kita.
Tema Utama adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari lakon drama, sedangkan tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat  dalam drama yang mendukung tema utama.
Bagaimana menemukan tema dalam drama? Tema drama tidak disampaikan secara implisit. Setelah menyaksikan seluruh adegan dan dialog antarpelaku dalam pementasan drama, kamu akan dapat menemukan tema drama itu. Kamu harus menyimpulkannya dari keseluruhan adegan dan dialog yang ditampilkan. Maksudnya tema yang ditemukan tidak berdasarkan pada bagian-bagian tertentu cerita.
Walaupun tema dalam drama itu cendrung”abstrak”, kita dapat menunjukkan tema dengan menunjukkan bukti atau alasan yang terdapat  dalam cerita. Bukti-bukti itu dapat ditemukan dalam narasi pengarang, dialog antarpelaku, atau adegan atau rangkaian adegan yang saling terkait, yang semuannya didukung oleh unsur-unsur drama yang lain, seperti latar, alur, dan pusat pengisahan.
 5.     Pesan dengan data yang mendukung.
Setiap karya sastra selalu disisipi pesan atau amanat oleh penulisnya. Dengan demikian pula dengan drama. Hanya saja, amanat dalam karya sastra tidak ditulis secara eksplisit, tetapi secara implicit. Penonton menafsirkan pesan moral yang terkandungdalam naskah yang dibaca atau drama yang ditontonnya.
          Bagaimana menentukan pesan drama dengan data yang mendukung?Data yang mendukung dapat kamu peroleh darai narasi pengarang, dialog antarpelaku,adegan atau rangkaian adegan yang saling terkait, yang semuanya didukung oleh unsur-unsur drama yang lain seperti latar, latur, dan pusat pengisahan.
 6.     Mengaitkan isi drama dengan kehidupan Sehari-hari.
Setelah kita menyaksikansebuah pemetasan drama, kita tentu mendapatkan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Nah pada bagian ini, kita akan mengaitkan hasil kegiatan kita menyaksikan pementasan drama dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini yang perlu kita kaitkan, yaitu
(1)  Kaitkan antara drama yang kita mainkan dengan diri kita sendiri.
(2)  Kaitkan antara drama kita mainkan dengan orang lain.
(3)  Kaitkan antara drama yang kita mainkan dengan lingkungan social kita.
(4)  Kaitkan antara drama yang kita mainkan dengan masalah-masalah lain yang kompleks.

 Memerankan Drama
Memerankan drama berarti mengaktualisasikan segala hal yagn terdapat di dalam naskah drama ke dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang menonjol dalam memerankan drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak anggota badan, dan perpindahanletak pemain.
Pada saat melakkukan dialog ataupun monolog, aspek-aspek suprasegmental (Lafal, intonasi, nada atau tekanan dan mimik) mempunyai peranan sangat penting. Lafal yang jelas, intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung penyampaian isi/pesan
1.     Membaca dan Memahami Teks Drama
Sebelum memerankan drama, kegiatan awal yang perlu kita lakukan ialah membaca dan memahami teks drama.Teks drama adalah karangan atau tulisan yang berisi nama-nama tokoh, dialog yang diucapkan, latar panggung yang dibutuhkan, dan pelengkap lainnya (Kontum, lighting, dan musik pengiring). Dalam teks dram, yang diutamakan ialah tingkah laku (acting) dan dialog (percakapan antartokoh) sehingga penonton memahami isi cerita yang dipentaskan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kegiatan membaca teks drama dilakukan sampai dikuasainya naskah drama yang akan diperankan.
Dalam teks drama yang perlu kamu pahami ialah pesan-pesan dan nilai-nilai yang dibawakan oleh pemain. Dalam membawakan pesan dan nilai-nilai itu, pemain akan terlibat dalam konflik atau pertentangan. Jadi, yang perlu kamu baca dan pahami ialah rangkaian peristiwa yang membangun cerita dan konflik-konflik yang menyertainya.
 2.     Menghayati Watak Tokoh yang akan Diperankan
Sebelum memerankan sebuah drama, kita perlu menghayati watak tokoh. Apa yang perlu kita lakukan untuk menghayati tokoh? Watak tokoh dapat diidentifikasi melaui (1) narasi pengarang, (2) dialog-dialog  dalam teks drama, (3) komentar atau ucapan tokoh lain terhadap tokoh tertentu, dan (4) latar yang mengungkapkan watak tokoh.
Melalui menghayati yang sungguh-sungguh, kamu dapat memerankan tokoh tertentu dengan baik. Watak seorang tokoh dapat diekspresikan melalui cara sang tokoh memikirkan dan merasakan, bertutur kata, dan bertingkah laku, seperti dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Artinya, watak seorang tokoh bisa dihayati mulai dari cara sang tokoh  memikirkan dan merasakan sesuatu, cara tokoh bertutur kata dengan tokoh lainnya, dan cara tokoh bertingkah laku.

Rabu, 07 November 2018

BAGAIMANA SEYOGYANYA KURIKULUM DRAMA DI SEKOLAH



Heru Subrata
herusubrata@unesa.ac.id

Kurikulum drama seyogyanya memuat empat domain dasar pembelajaran: psikomotor - mengembangkan keterampilan dan teknik perseptual dan ekspresif; kognitif - mengasimilasi pengetahuan dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi; afektif - menumbuhkan sikap positif terhadap seni dan disiplin atau, dan tentang diri mereka dalam kaitannya dengan seni; dan aesthetic - memperoleh kesenangan dari kombinasi indera, emosi, kecerdasan, filsafat, dan imajinasi. Selain itu memungkinkan juga untuk crossover secara maksimum dengan bagian lain dari kurikulum sekolah untuk menciptakan pendekatan pembelajaran secara keseluruhan. Ini adalah prinsip panduan dari kurikulum, bahwa drama dapat dan harus digunakan sebagai cara mendekati studi dari setiap mata pelajaran, dan itu dapat melakukannya tanpa mengorbankan tujuan kurikuler yang cocok secara unik. Sebagai gambaran garsi besarnya kurikulum drama akan akan mengarahkan Siswa untuk:
 I. Mengembangkan sumber daya internal dan eksternal
a.        Mengembangkan kesadaran tubuh dan persepsi spasial.
b.       Mengembangkan kesadaran sensorik.
c.        Mengembangkan kreativitas pribadi.

II. Mengembangkan keterampilan interpersonal dan kesadaran
a.        Bergabung dan menanggapi orang lain dalam kegiatan kelompok yang dramatis.
b.       Bekerja sama dalam tim untuk memecahkan masalah ..
c.        Menempatkan diri dalam konteks lain - berjalan di sepatu orang lain.

III.  Mengembangkan sensitivitas aesthetik dan keterampilan theater
a.        Membandingkan dan menghubungkan formulir kinerja.
b.       Menganalisis dan menjelaskan preferensi pribadi dan sumber daya pribadi.

IV. Menciptakan teater melalui kolaborasi artistik
a.        Membuat/menulis skrip.
b.       Act/role-play.
c.        Direct classroom theatre.
d.       Desain lingkungan untuk teater.

V. Drama dalam seni pertunjukan
a.        Menggunakan permainan peran untuk menempatkan diri dalam konteks berbeda.
b.       Mengakui peran teater, film, televisi dan media lain dalam kehidupan sehari-hari.

VI. Menggunakan drama sebagai alat pembelajaran
a.        Menggunakan permainan peran untuk menempatkan diri ke dalam konteks subyek berbeda.
b.       Membuat teater berdasarkan tema dari subjek berbeda.

c.        Melakukan penelitian.

PERLUNYA MENGAJARKAN DRAMA DI SEKOLAH

Oleh: Heru Subrata

"Masa depan bangsa kita tergantung pada kemampuan kita untuk menciptakan dan untuk menjadi kreatif. Selama dekade mendatang sumber daya nasional kita yang paling penting adalah sumber daya manusia. Jika bangsa kita terus memenuhi tantangan masa depan, sekolah-sekolah saat ini perlu mengembangkan pemimpin kreatif. "

"Katakan padaku dan aku akan lupa.
Tunjukkan saya dan saya akan ingat.
Libatkan saya dan saya akan mengerti. "

(Pepatah Cina)

Pendidikan seni drama merupakan sarana penting untuk merangsang kreativitas dalam pemecahan berbagai masalah. Ini dapat memberikan tantangan pada persepsi siswa tentang dunia mereka dan tentang diri mereka sendiri. Eksplorasi yang dramatis dapat memberi siswa jalan keluar bagi emosi, pikiran, dan mimpi yang mungkin mereka tidak memiliki sarana untuk mengekspresikannya. Seorang siswa dapat—jika hanya untuk beberapa saat—menjadi dirinya yang lain, mengeksplorasi peran baru, mencoba dan bereksperimen dengan berbagai pilihan dan solusi pribadi untuk masalah-masalah yang sangat nyata dari kehidupan mereka sendiri. Atau masalah yang dihadapi oleh karakter dalam literatur atau tokoh sejarah . Hal ini dapat terjadi di atmosfer baru yang aman, karena tindakan dan konsekuensi dapat diperiksa, didiskusikan, dan dalam arti yang sesungguhnya diperpanjang tanpa bahaya dan jebakan bahwa eksperimen semacam itu jelas akan mengarah ke dunia "nyata".

Masih banyak yang bisa dilakukan pada pendidikan drama. Drama adalah komunikasi. Seperti semua seni, drama memungkinkan siswa untuk berkomunikasi/memahami orang lain dengan cara baru. Mungkin lebih dari bentuk seni lainnya. Drama juga memberikan pelatihan dalam aspek komunikasi yang sangat praktis yang sangat diperlukan di dunia yang semakin terpusat pada informasi saat ini. Siswa yang telah berpartisipasi dalam kegiatan drama cenderung lebih mudah berbicara di publik dan akan lebih persuasive dalam komunikasi mereka, baik tertulis maupun lisan. Ia juga akan lebih mampu menempatkan diri ke dalam berhubungan dengan orang lain, dan akan memiliki sikap lebih positif, dan memiliki kesadaran image diri yang lebih bagus. Partisipasi dalam kegiatan Drama membutuhkan kontrol diri dan disiplin yang akan membawa siswa dengan baik di semua aspek kehidupan. Dalam drama siswa akan belajar bekerja sama, melakukan bekerja sama, juga dapat menemukan cara terbaik bagi setiap individu sebagai anggota kelompok untuk berkontribusi. Dan juga untuk memberikan peterampilan mendengarkan dan menerima sudut pandang dan kontribusi orang lain. Drama adalah alat penting untuk mempersiapkan siswa untuk hidup dan bekerja di dunia yang semakin tim-oriented daripada hirarkis.

Drama juga membantu siswa mengembangkan tolerance dan empathy. Untuk memainkan peran secara kompeten, seorang aktor harus dapat sepenuhnya menghuni jiwa orang lain. Seorang aktor harus dapat benar-benar memahami bagaimana dunia terlihat melalui mata orang lain. Ini tidak berarti dia harus setuju dengan setiap karakter. Seorang aktor dapat memainkan Hitler tanpa menjadi seorang Nazi. Tetapi dia tidak bisa bermain Hitler tanpa memahami sudut pandangnya, tanpa empati. Dalam budaya yang semakin terpolarisasi dan tidak toleran dewasa ini, kemampuan untuk memahami motif dan pilihan orang lain sangatlah penting. Drama dapat membantu membangun warga global yang bertanggung jawab.

Selain nilai pendidikan intrinsiknya, drama dapat memperkuat kurikulum sekolah. Karena komunikasi dan empati sangat penting bagi drama, siswa yang telah menjelajahi kelas drama akan lebih mampu memahami idea dalam sejarah dan peristiwa terkini yang pernah, sedang, dan mungkin akan dilaluinyaSiswa akan dapat menempatkan dirinya ke dalam figur-figur figur dalam sejarah dan sastra, untuk memahami interaksana wawasan manusia. Keterkaitan antara Seni Drama dan subjek seperti bahasa, sejarah, studi sosial, dan bidang terkait sudah jelas. Studi literatur tidak mungkin tanpa Drama. Ada periode-periode penting dari sejarah sastra kolektif kita di mana hampir semua literatur yang masih hidup itu dramatis. Lebih penting, drama dapat digunakan untuk mempromosikan pembelajaran aktif dalam mata pelajaran apa pun—termasuk juga untuk memberikan pemahaman kinesthetic dan empathetic kepada siswa serta pemahaman intelektual tentang suatu topik. 

Penelitian telah menunjukkan berulang kali bahwa pendekatan dalam pembelajaran drama akan memberikan kontribusi pada depth of understanding yang lebih besar dan peningkatan retensi yang ditandai. Guru hendaknya selalu berusaha untuk menghubungkan pelajaran drama dengan topik dan tema yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran lain. Dengan cara ini drama menyelesaikan beberapa tujuan sekaligus pengalaman sekolah siswa melalui Seni serta reinforcing akademisi tradisional. 

DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA

I.   PENDAHULUAN Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media  percakapan(dialog), gerak da...