Translate

Selasa, 28 Mei 2019

Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak


Pengertian, Tingkatan, Dan Manfaat Apresiasi Sastra Anak-Anak

Istilah apresiasi dan sastra anak-anak tentu bukan merupakan hal yang baru bagi Anda, bukan? Istilah tersebut setiap saat selalu kita dengar, baca, atau bahkan menggunakan istilah tersebut dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Bukan hanya itu, hampir setiap saat dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan apresiasi dan sastra anak-anak. Begitu seringnya kita menggunakan istilah sastra anak-anak dan apresiasinya maka terkadang kita lupa untuk memahami apa sesungguhnya hakikat apresiasi dan sasatra anakanak, tingkatan dan manfaat apresiasi sastra anak . Untuk memperoleh pemahaman tentang pengertian, tingkatan, dan manfaat apresiasi dan sastra anak-anak, baca baik-baik uraian berikut.

Pengertian Apresiasi Sastra Anak-anak
Untuk mehamai apresiasi sastra anak-anak perlu dipahamai dengan baik kata apresiasi dan sastra anak-anak. Apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau menghargai”. Berarti secara harpiah apresiasi sastra adalah penghargaan terhadap karya sastra. Munculnya penghargaan (yang positif) terhadap karya sastra merupakan manifestasi dari adanya pengetahuan tentang sastra, sejumlah pengamalan emosional dan penajaman kognitif di bidang sastra, serta pengalaman keterampilan bersastra, baik secara reseptif maupun secara produktif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Disick yang menyatakan bahwa “aspek apresiasi yang berkaitan dengan sikap penghargaan atau nilai berada pada domain afektif merupakan tingkatan terakhir yang dapat dicapai…pencapaiannya memerlukan waktu yang sangat panjang serta prosesnya berlangsung terus setelah pendidikan formal berakhir” (dalam Wardani, 1981:1)
Sedangkan sastra anak-anak merupakan karya yang dari segi bahasa memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat memperkaya pengalaman ruhani bagi kalangan anak-anak. Pramuki (2000) mengungkapkan bahwa sastra anak-anak adalah karya sastra (prosa, puisi, drama) yang isinya mengenai anak-anak; sesuai kehidupan, kesenangan, sifat-sifat, dan perkembangan anak-anak. Sedang manurut Solchan dkk (1994:225) membagi pengertian sastra anak-anak atas dua bagian, yakni sebagai berikut.
“Pertama sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya remaja atau dewasa yangisi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak. Kedua, sastra anak anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut lebih dahulu kita pahami pengertian apresasi sastra menurut S.Effendi (1980:24) bahwa apresiasi sastra adalah “suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, pengehargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.” Definisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Pendapat S.Effendi tersebut sejalan dengan Squire dan Taba (dalam Aminuddin, 1987:34) yang menyatakan bahwa “apresiasi sastra mengandung tiga unsur inti: (a) aspek kognitif, (b) aspek emotif, (c) aspek evaluatif”. Aspek kognitif sejalan pengertian , aspek emotif sejalan dengan kepekaan perasaan, kepekaan pikiran, penghargaan, pengertian, kepekaan perasaan, cipta rasa, dan  menggauli sastra
(c) aspek evaluatif berkaitan dengan kepekaan pikiran perasaan dan penghargaan yang positif.
Lalu apa yang dimaksud dengan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan? Pertama, pengertian berkaitan dengan pemahaman tentang teori-teori dasar sastra, seperti pengertian puisi, unsur-unsur instrinsik prosa, dan lain-lain. Kedua, penghargaan berkaitan dengan sikap pandang positif terhadap sastra bahwa sastra memiliki nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi penjernihan batin, peningkatan harkat kehidupan individual-sosial. Ketiga, kepekaan pikiran kritis berkaitan dengan kemampuan memahami dan mengungkapkan sinstesis tentang makna atau nilai-nilai yang dikandung suatu karya sastra setelah mengadakan analisis yang teliti, saksama dan menyeluruh. Adapun kepekaan perasaan berkaitan dengan kemampuan menikmati dan menampilkan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya sastra, seperti rasa senang tidak senang, berkenaan dengan cerita dan tokoh, perasaan terharu dan gembira berkenaan dengan nasib tokoh, perasaan takut, kecewa, dan kagum berkenaan dengan gambaran peristiwa dalam cerita yang tergambar pada ekspresi wajah, gestur tubuh dan atau intonasi pada saat pembacaan karya sastra tertentu.
Berdasar pengertian yang dikemukakan oleh S. Effendi, dapatlah kita mengatakan bahwa apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan bermain dengan sastra sehingga tumbuh pemahaman, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, kepekaan perasaan yang baik bagi anak terhadap karya sastra anak-anak.

Tingkatan Apresiasi Sastra
Adapun tingkatan apresiasi sastra, Wardani (1981) membagi tingkatan apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.
(1) Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada bukubuku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
(2) Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
(3) Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sastra.
(4) Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di berbagai media masa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama.
Berbeda dengan P. Suparman (Tarigan, 2000) membagi tingkatan apresiasi sastra atas lima tingkatan, yakni sebagai berikut:
(1) Tingkat penikmatan, misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi, menonton drama, mendengarkan cerita.
(2) Tingkat penghargaan, misalnya memetik pesan positif dalam cerita, mengagumi suatu karya sastra, meresapkan nilai-nilai humanistik dalam jiwa; menghayati amanat yang terkandung dalam puisi yang dibacanya atau yang dideklamasikan.
(3) Tingkat pemahaman, misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan yang terkandung dalam karya sastra setelah menelaah atau menganalisis unsur instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya puisi, prosa maupun drama anak-anak.
(4) Tahap penghayatan, misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk karya sastra tertentu ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk drama, menafsirkan menemukan hakikat isi karya sastra dan argumentasinya secara tepat.
(5) Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan hasil apresiasi sasatra untuk kepentingan peningkatan harkat kehidupan, Tingkatan apresiasi yang dipaparkan dia atas mendorong kita untuk tidak sekedar menghasilkan karya sastra tetapi yang lebih penting adalah untuk dihayati dan diamalkan oleh peserta didik dalam kehidupannya.

Manfaat Apresiasi Sastra
Apresiasi sastra memiliki berbagai manfaat. Moody dan Leslie S. (dalam Wardani,1981) mengemukakan manfaat apresiasi sastra: (a) melatih keempat keterampilan berbahasa, (b) menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb, (c) membantu mengembangkan pribadi, (d) membantu pembentukan watak, (e) memberi kenyamanan, (f) meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru. Hal tersebut sejalan dengan Huck (1987) yang mengemukakan dua manfaat apresiasi sastra, yakni:
(1) nilai personal: memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman yang bersifat emosional;
(2) Nilai pendidikan: membantu perkembangan bahasa, meningkatkan kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra.
Manfaat apresiasi sastra yang dikemukakan tersebut, hanya manfaat (1) mengembangkan imajinasi, (2) mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, (3) meningkatkan keterampilan membaca-menulis yang akan diuraikan secara singkat.
Mengembangkan Imajinasi
Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa/sastra adalah terbentuknya kemampuan siswa yang kreatif. Untuk menjdi kreatif, salah satu aspek mutlak yang harus dimiliki adalah daya imajinasi yang memadai.
Akhadiah (1992:3) menyatakan bahwa “sesuangguhnya hanya dapat menjadi kreatif jika siswa memiliki daya imajinasi.” Sebagaimana yang dikemukakan Huck (1987) bahwa mengapresiasi sastra dapat mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi yang dimaksud adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan) atau menciptakan sesuatu (gambar, karangan,dan sejenisnya) berdasarkan kenyataan atau pengalaman sesorang (KBBI, 2018).

Mengapa apresiasi sastra dapat meningkatkan imajinasi siswa?
Sebagai jawaban yang bersifat tentatif atas pertanyaan ini adalah dalam bersastra daya pikir didorong untuk mengalami kebebasan berkhayal tanpa kekangan aturan yang kaku “licentie puetica”. Kebebasan itu bukan berarti sebebas-bebasnya tanpa batas dan tidak berakar pada dunia nyata yang bersifat logis, luwes, dan dinamis. Dengan batas yang demikian orang yang bergelut dalam dunia sastra dapat menciptakan kreasi yang di dalamnya selalu ada unsur kebaruan, baik dari segi isi maupun dari segi bentuk. Misalnya, karya Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, dan seniman lainnya.

Meluaskan pandangan tentang kemanusiaan
Melalu pergaulan dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat diperoleh yang kelak bisa berfungsi untuk meluaskan pandangan tentang kemanusian sekaligus berkaitan dengan pembentukan watak dan pribadi yang baik dalam mengarungi kehidupan masyarakat. Misalnya dalam puisi POT oleh Sutarji Kalsum Bachri, memberi perluasan wawasan dan pengalaman kejiwaan bahwa kita harus menjadi ibu, ibu yang mampu melahirkan generasi yang berkualitas, generasi dapat mengharumkan bangsa di tingkat internasional. Puisi Chairil “Sekali berarti/ Sudah itu mati” jika kita cermati dengan sedalam-dalamnya, akan mendorong kita untuk memperbanyak amal saleh, agar kita dapat memperoleh derajat yang tinggi di sisi-Nya, tidak sederajat binatang atau lebih rendah lagi.
Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Tujuan utama pembelajaran BI di SD adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Kaitannya dengan apresiasi sastra yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Misalnya, Lehman menemukan bahwa siswa yang menggunakan karya sastra dalam membaca memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam hal kosa kata dan pemahaman isi bacaan dibandingkan siswa yang bukan menggunakan karya sastra sebagai bahan bacaan ( dalam Rofi’uddin,1997).
Adapun hubungannya dengan peningkatan keterampilan menulis dengan memanfaatkan karya sastra sebagai bahan pembelajaran. Agustina (1997) menemukan dalam penelitiannya bahwa anak kelas tiga SD yang diajar menulis cerita melalui jurnal pribadi menunjukkan peningkatan kelancaran dan keterampilan menulis. Oleh karena itu, Gani (1988:3) mengungkapkan bahwa di negara-negara maju pembelajaran apresiasi sastra tidak dipisahkan dengan pengajaran membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan pendekatan terpadu bahwa pembelajaran kiranya komponen bahasa disajikan secara terpadu seperti dalam pembelajaran sastra dipadukan antara membaca, dan menulis.

Bagaimana? Apakah sudah mempelajari dengan baik materi di atas?
Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi subunit 1 ini cobalah kerjakan latihan berikut.
Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak?
Bentuk sastra anak yang menekankan penampakan karakter melalui dialog adalah sastra anak yang bentuk prosa? Setujukah Anda dengan pernyataan tersebut? Jika tidak bagaimana pendapat Anda?
Rambu-rambu pengerjaan latihan.
Untuk mengerjakan latihan nomor satu Anda perlu mengingat aspek yang berkaitan dengan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setelah itu, rumuskan jawaban ke tiga aspek itu dalam satu kalimat.
Untuk latihan nomor dua, jika Anda menjawab setuju tentu Anda belum membaca dengan baik materi. Coba perhatikan, apakah yang paling menonjol pada setiap jenis sastra anak tersebut?
Rangkuman
Pengertian apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan bermain dengan sastra anak-anak sehingga muncul pengertian, kemampuan pemahaman, kepekaan perasaan dan pengharhaan yang baik dalam diri anak terhadap sastra anak-anak.
Apresiasi sastra anak dapat dikelompokkan atas beberapa tigkatan penikmatan, penghargan, pemahaman, penghayatan, dan implikasi. Sedangkan manfaat apresiasi sastra yakni dapat meningkatkan imajinasi, meluaskan wawasan tentang nilai kemausiaan, dapat meningkatkan keterampilan berbahasa anak, khususnya membaca dan menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar

DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA

I.   PENDAHULUAN Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media  percakapan(dialog), gerak da...