Translate

Senin, 29 Maret 2010

KETERAMPILAN MENULIS

I. HAKIKAT MENULIS

Konsep Menulis

Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis.

Sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi. Sayangnya, tidak banyak orang yang suka menulis. Di antara penyebabnya ialah karena orang merasa tidak berbakat serta tidak tahu bagaimana dan untuk apa menulis. Alasan itu sebenarnya tak terlepas dari pengalaman belajar yang dialaminya di sekolah. Lemahnya guru, kurangnya model, dan kekeliruan dalam belajar menulis yang melahirkan mitos-mitos tentang menulis, memperparah keengganan orang untuk menulis. Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa tak dapat dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengalaman dan masukan yang diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi berharga dalam menulis. Begitu pula sebaliknya, apa yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga corak kemampuan berbahasa lainnya. Namun demikian, menulis memiliki karakter khas yang membedakannya dari yang lainnya. Sifat aktif, produktif, dan tulis dalam menulis, memberikannya ciri khusus dalam hal kecaraan, medium, dan ragam bahasa yang digunakannya.

Menulis sebagai Proses

Banyak pendapat yang berkaitan dengan belajar-mengajar menulis atau mengarang, seperti yang diungkapkan oleh pendekatan formal, pendekatan gramatikal, pendekatan frekuensi, dan pendekatan koreksi. Pendekatan-pendekatan itu tidak sepenuhnya salah, tetapi sayangnya tidak menyentuh proses menulisnya itu sendiri. Sebagai proses, menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan sebuah tulisan. Di dalamnya terdiri dari kegiatan memilih topik, tujuan, dan sasaran karangan, mengumpulkan bahan, serta menyusun kerangka karangan. Berdasarkan kerangka karangan kemudian dilakukan pengembangan butir demi butir atau ide demi ide ke dalam sebuah tulisan yang runtut, logis, dan enak dibaca. Itulah fase penulisan. Selanjutnya, ketika buram (draf) karangan selesai, dilakukan penyuntingan dan perbaikan. Itulah fase pascapenulisan, yang mungkin dilakukan berkali-kali untuk memperoleh sebuah karangan yang sesuai dengan harapan penulisnya. DAFTAR PUSTAKA Barrs, M. (1983). The New Ortodoxy about Writing: Confusing Process and Pedagogy. Dalam Language Arts, 60, 7, hal. 839. Connors, R. dan Glen, C. (1992). The St. Martin’s Guide to Teaching Writing. Edisi II. New York: St Martin’s Press. Cunningham, P.M., dkk. (1995). Reading and Writing in The Elementary Classroom: Strategies and Observations. Edisi III. New York: Longman. Goodman, K.S., dkk. (1987). Language Thinking in School: A Whole Language Curriculum. New York: Richard C. Owens. Graves, D.H. (1978). Balance the Basic: Let Them Write. New York: Ford Foundation. Keraf, G. (1984). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran. Ende-Flores: Nusa Indah. McMahan, E., Day, S., dan Funk, R. (1993). Literature and the Writing Process. New York: McMillan. Moeliono, A.M. (1989). Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar. Jakarta: Gramedia. Proet, J. Dan Gill, K. (1986). The Writing Process in Action: A Handbook for Teachers. Illinois: NCTE. Smith, F. (1981). Myths of Writing. Dalam Language Arts, 58, 7, hal. 792-798. Tarigan, H.G. (1986). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Templeton, S. (1981). Teaching the Integrated Language Arts. New Jersey: Houghton Mifflin. Tompkins, G.E. dan Hoskisson, K. (1995). Language Arts: Content and Teaching Strategies. Ohio: Prentice Hall. II. JENIS-JENIS TULISAN

Surat

Kata ‘surat’ berarti kertas yang ditulis atau dengan kata lain surat adalah kertas yang berisi tulisan. Jika kita berbicara tentang tulisan maka kaitannya adalah dengan bahasa. Bahasa pada hakikatnya adalah alat komunikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang membuat atau menulis surat dengan tujuan mengomunikasikan sesuatu kepada orang lain. Secara garis besar surat dapat dikelompokkan menjadi surat pribadi, surat dinas, dan surat yang dibuat untuk kepentingan sosial. Surat lamaran sebenarnya merupakan salah satu surat pribadi hanya surat ini memiliki tujuan khusus yaitu untuk memperoleh suatu pekerjaan. Surat dinas merupakan surat resmi yang digunakan oleh suatu instansi untuk kepentingan administrasi baik pemerintahan maupun swasta. Dari segi bahasa surat dinas memiliki empat ciri yakni (a) bahasa yang jelas artinya, bahasa yang digunakan tidak memberikan peluang untuk ditafsirkan secara berbeda oleh si penerima surat; (b) bahasa yang lugas dan singkat artinya, bahasa yang digunakan langsung tertuju pada persoalan yang ingin dikemukakan sehingga tidak berbelit-belit; (c) ba-hasa yang santun artinya, bahasa yang digunakan menunjukkan rasa hormat dan penghargaan yang wajar kepada si penerima surat; (d) ba-hasa yang resmi artinya, bahasa yang digunakan mengikuti kaidah baku bahasa Indonesia yang tercermin dari pilihan kata, ejaan, dan struktur kalimat yang digunakan. Surat niaga merupakan salah satu jenis surat dinas, tepatnya surat dinas yang digunakan dalam instansi swasta yaitu pada perusahaan-perusahaan atau badan usaha. Pengumuman dan Iklan

Iklan setidaknya memiliki dua pengertian. Pertama, iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Kedua, iklan adalah pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, di pasang di media massa, seperti di surat kabar dan majalah, atau di tempat-tempat umum. Elemen-elemen yang terdapat dalam iklan, menurut Freud D. White, terdiri atas tiga hal yang berfungsi saling menguatkan, yakni tema, ilustrasi, serta naskah dan logo. Sebagaimana dalam wacana, tema memiliki peran yang strategis dalam menyuarakan isi pesan sekaligus menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan sumber. Terdapat beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi agar sebuah iklan dapat menarik pembaca atau calon konsumen yaitu, berbentuk pemberitahuan tentang barang dan jasa; menggunakan metode yang dapat memotivasi; dipasang pada media yang sesuai; menggunakan bahasa yang persuasif dan ilustrasi yang menarik. Naskah

Kata naskah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai (1) karangan yang masih ditulis tangan; (2) karangan seseorang yang belum diterbitkan; (3) bahan-bahan berita yang siap untuk diset; (4) ran-cangan. Naskah dapat berupa karya sastra yang masih dalam tulisan tangan, dalam hal ini adalah karya-karya sastra lama. Karya-karya sastra lama sebelum abad 19 pada umumnya ditulis tangan dengan menggunakan wadah daun lontar dan sejenisnya, kulit kayu, dan kulit binatang yang dipilih dan memiliki ketahanan bila disimpan dalam waktu yang cukup lama. Setelah kertas datang dan para penulis mengenal kertas sebagai wadah tulisan, baru kemudian para sastrawan menuliskan karya-karyanya di atas kertas. Selain pada sastra lama, digunakan pula istilah naskah pada satu genre sastra yaitu drama. Naskah drama digunakan sebagai bahan latihan sebuah kelompok teater. Sejenis dengan naskah drama terdapat naskah film, sinetron, dan televisi yang fungsinya sama dengan naskah drama. Pengertian lain mengatakan bahwa naskah adalah karangan yang belum diterbitkan. Contoh untuk memahami definisi ini adalah bahan sebuah buku yang masih dalam proses untuk diterbitkan. Artinya, bahan buku tersebut masih ditelaah, diedit atau disunting. Bahan buku yang masih dalam proses ini (pengolahan) disebut juga naskah. Jenis naskah yang lain adalah naskah berita. Naskah berita berisi informasi yang akan disusun menjadi berita yang akan diterbitkan di surat kabar. Masih berkaitan dengan informasi yang ditulis dan bertujuan untuk diberitahukan kepada khalayak, baik secara tertulis yang berupa selebaran, maupun secara lisan yang berupa ceramah atau pidato juga disebut sebagai naskah. Jenis naskah seperti ini disebut sebagai naskah pengumuman dan naskah pidato. Karangan

Karangan Ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan, yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan sintesis-analitis. Sebagai sebuah tulisan ilmiah, karangan ini memiliki ciri-ciri yang harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif); bersifat metodis dan sistematis; dan dalam pembahasannya menggunakan ragam bahasa ilmiah. Agar suatu karangan mampu memiliki ciri keilmiahannya, karangan jenis ini menuntut adanya persyaratan material, yang di dalamnya mencakup adanya topik yang dibicarakan, tema yang menjadi tujuan/sasaran penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-pokok pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok pembicaraan; serta persyaratan formal, yang di dalamnya mencakup tata bentuk karangan, yaitu (1) preliminaries (halaman-halaman awal) yang meliputi judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran); (2) main body (isi utama) yang meliputi pendahuluan, isi, dan penutup; (3) reference matter (halaman-halaman akhir) yang meliputi daftar pustaka, lampiran, dan biodata penulis. Sementara itu, yang dimaksud Karangan semi-ilmiah adalah tulisan yang berisi informasi faktual, yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang kadang-kadang subjektif. Atas dasar dua pengertian tersebut (ilmiah dan semi-ilmiah), maka yang disebut karangan nonilmiah adalah karangan yang tidak terikat pada aturan yang baku. Beberapa contoh yang dapat disebut untuk memenuhi kriteria karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerita pendek, cerita bersambung, novel, roman, puisi, dan naskah drama. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti, Midar Arsad, dan Sakura Ridwan. (1999). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Alwi, Hasan, dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Basa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka (Persero). Behren, T.E. (2002). Hiasan Naskah Jawa. Jakarta: Buku Antarbangsa. Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Harsana, F.X. (1983). Perkembangan Bahasa Indonesia. Surakarta: Tiga Serangkai. http: 11,8.wilipedia.org/wili/Proklamasi-Kemerdekaan-Republik Indonesia. Keraf, Gorys. (1995). Komposisi. Ende: Nusa Indah. Khasanah, Venus. (2003). “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Makalah Populer” dimuat dalam Jurnal MKU. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial. Kusumah, Encep. (2004). “Menulis Pengumuman dan Iklan” dalam BMP Menulis 2. Jakarta: Pusat Penerbitan UT. Lumintaintang, Yayah B. (2001). “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Keprotokoleran (Makalah)”. Jakarta: Pusat Bahasa. Moeliono, Anton, M. (Ed). (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka. Prakoso, Teguh. (2006). “Pemaknaan Novel Bekisar Merah dan Belantik dengan Teori Strukturalisme Levi-Strauss dan Hermeneutika Geertz”. UGM: Sekolah Pascasarjana. _____________. (2006). “Ketika Embun Tidak Lagi Menetes (Cerpen)”. Tidak diterbitkan. “Laboratorium Fak. Psikologi UHT: Lengkap dan Unggul” dalam Seputar Indonesia, 26 Januari 2006, hlm. 20. www.wisatanet.review.phd?kode12id=33. www.wisatanet.com/travel-review.phd?kode:1&id=33 Yunus, M. (2002). “Surat Menyurat Dinas” dalam Keterampilan Dasar Menulis Modul. Jakarta: Pusat Penerbitan UT. III. PERENCANAAN KARANGAN

Perencanaan Karangan

Perencanaan disusun sebelum suatu kegiatan dilakukan atau merupakan suatu persiapan. Perencanaan karangan tidak ubahnya seperti perencanaan dalam kegiatan-kegiatan yang lain. Tujuan dibuatnya sebuah rencana adalah untuk mencapai hasil dari suatu kegiatan secara maksimal. Dalam kegiatan menulis perencana karangan tergolong ke dalam tahap prapenulisan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan merumuskan tujuan karangan, menentukan topik dan sub-subtopik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan. Topik karangan adalah hal yang menjadi bahan pembicaraan dalam sebuah tulisan. Topik karangan harus bermanfaat, layak dibahas, menarik, dikenal baik, bahan mudah didapati, tidak terlalu luas, dan terlalu sempit. Topik yang terlalu luas dapat dibatasi dengan 3 cara yaitu dengan menggunakan diagram jam, diagram pohon, dan piramida terbalik. Syarat menentukan topik adalah menguasai materi yang akan dibahas atau ditulis. Jika topik dikuasai, sub-subtopik akan mudah ditentukan. Menentukan tujuan karangan penting dilakukan penulis untuk menentukan bentuk karangan (ilmiah, nonilmiah atau sastra, nonsastra) dan tingkat kerincian karangan. Menentukan sasaran karangan sangat diperlukan untuk menentukan diksi dan cara penyajian yang tepat sesuai dengan status sosial, jenjang pendidikan, dan tingkat kemampuan yang dimiliki pembacanya. Hal ini dilakukan agar apa yang kita tulis dapat dipahami oleh pembacanya. Sebelum kita menulis, kita harus mencari, mengumpulkan, dan memilih bahan-bahan atau informasi yang relevan dengan topik yang akan kita bahas. Dengan informasi yang lengkap dan relevan maka akan memudahkan penulis dalam mengembangkan topik karangan. Selain itu, tulisan/karangan kaya akan informasi yang berhubungan dengan topik yang sedang kita bahas, pembahasan topik akan lebih mendalam dan luas, dan pembaca akan memperoleh informasi yang lengkap. Bahan-bahan atau informasi yang dibutuhkan penulis dapat berupa artikel, gambar/foto, hasil laporan penelitian/pengamatan, hasil wawancara, dan sebagainya. Kerangka Karangan

Kerangka karangan menurut Akhadiah (1994: 25) merupakan suatu rencana kerja yang mengandung ketentuan-ketentuan tentang bagaimana kita menyusun karangan. Tidak berbeda jauh dengan Akhadiah, Finoza (2001: 179) juga mengungkapkan bahwa kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Sebuah karangan atau tulisan minimal menggunakan tiga bagian penting, yaitu pendahuluan, tubuh karangan, dan kesimpulan. Manfaat yang dapat Anda peroleh bila membuat kerangka karangan adalah sebagai berikut. 1. Membantu Anda melihat apa saja yang perlu disajikan dalam tulisan atau karangan. 2. Membantu Anda mengembangkan gagasan/ide lebih teratur, logis, dan terfokus. 3. Membantu Anda mencegah pengulangan paparan ide. 4. Membantu Anda memaparkan data lebih lengkap. Jenis kerangka karangan berdasarkan cara mengungkapkan pokok-pokok pembicaraan ke dalam kerangka karangan terbagi atas dua jenis, yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat. Pada kerangka topik, pokok pembicaraan diungkapkan dengan menggunakan kata atau kelompok kata. Pada kerangka kalimat, pokok pembicaraan diungkapkan dengan menggunakan kalimat hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan membuat kerangka karangan adalah sebagai berikut. 1. Penyusunan kerangka karangan harus sesuai dengan topik yang telah Anda pilih. 2. Penyusunan kerangka karangan harus sistematis dan logis. 3. Penyusunan kerangka karangan untuk mempermudah penyusunan karangan. Untuk memperoleh kerangka karangan yang tersusun secara sistematis dan logis, hendaklah ditempuh beberapa langkah kegiatan berikut ini. 1. Pengumpulan ide 2. Penyaringan ide dan penyempurnaan ide 3. Pengelompokan ide 4. penyusunan urutan ide Kerangka karangan dapat dibentuk dengan sistem tanda atau kode tertentu berupa huruf dan angka. Tanda-tanda yang dipakai harus ada pasangannya (minimal satu pasangan) dan Penggunaan pasangan tanda harus konsisten. Kerangka karangan berdasarkan cara mengungkapkan pokok-pokok pembicaraan ke dalam kerangka karangan terbagi atas dua jenis, yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat. Kerangka kalimat merumuskan setiap topik, subtopik, maupun sub-subtopik memperguna-kan kalimat berita yang lengkap. Kerangka topik mengungkapkan pokok pembicaraan dengan menggunakan kata atau kelompok kata (frase). Untuk menilai sebuah kerangka karangan, Anda harus memperhati-kan syarat-syarat kerangka karangan yang baik, yaitu: 1. pengungkapan maksud harus jelas; 2. tiap subpokok bahasan dalam kerangka karangan mengandung satu gagasan; 3. pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis; 4. harus mempergunakan pasangan tanda yang konsisten. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti, dkk. (1994). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Finoza, Lamuddin. (2001). Komposisi Bahasa Indonesia: untuk Mahasiswa Non Jurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. Oka, I. Gusti Ngurah. (1990). Retorika Kiat Bertutur. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh Malang. Yunus, M. (2003). Menulis dan Penalaran dalam Keterampilan Dasar Menulis (Modul). Jakarta: Universitas Terbuka. IV. DIKSI, EJAAN, DAN TANDA BACA

Diksi

Diksi adalah pilihan kata. Diksi sangat penting dalam berkomuni-kasi secara lisan ataupun tulisan. Dalam komunikasi lisan, diksi sangat besar pengaruhnya dalam menyampaikan bahasa yang membuat orang mengerti dan tidak tersinggung.. Dalam bahasa tulis, seperti dunia karang-mengarang, diksi juga merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya. Dalam hal ini Glenn R. Capp dan Richard Capp Jr dalam Rahmat (1999: 47) memberikan kriteria kata yang baik adalah kata yang memiliki kejelasan, ketepatan, dan kemenarikan. Hal yang membuat diksi perlu diterapkan dengan baik adalah karena diksi mempengaruhi alunan bahasa. Ini juga biasanya terkandung dalam pemakaian Gaya Bahasa dan Idiom. Pemakaian gaya bahasa adalah cara memilih kata yang bertujuan mengungkapkan makna agar memperoleh efek kuat, mendalam, dan hidup, karena melalui gaya bahasalah maksud penutur tersampaikan. Ada beberapa cara penutur menyampaikan gaya bahasa yang biasa disebut majas yaitu: 1. majas persamaan atau simile; 2. majas perumpamaan; 3. majas metafor; 4. majas metonomia; 5. majas personifikasi; 6. majas litotes; 7. majas hiperbol. Sedangkan idiom biasanya akan berhubungan dengan makna-makna bahasa yang kita pilih yang di dalamnya menyangkut makna konotatif dan denotatif. Makna sinonim, homonim dan polisemi.

Ejaan dan Tanda Baca

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 285), kata eja adalah kata yang hampir tidak pernah berdiri sendiri. Pemakaian kata eja sering didahului dengan imbuhan me- menjadi mengeja yang artinya melafalkan, (menyebutkan) huruf-huruf satu demi satu atau digabung dengan akhiran –an menjadi ejaan yang artinya kaidah-kaidah, cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Menurut Arifin dan Tasai (2000: 25), ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar-hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan pengga-bungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca. Jadi, ejaan adalah aturan yang dipergunakan dalam tulisan (tatatulis) yang meliputi: 1) penulisan huruf, 2) penulisan kata, 3) penulisan unsur serapan dan 4) penulisan tanda baca. Ejaan yang pernah digunakan dalam Bahasa Indonesia dari dulu hingga sekarang yang paling menonjol ada 3 macam. Pertama, Ejaan Van Ophuisjen yang diresmikan tahun 1901. Ejaan Van Ophuisjen berciri menggunakan dua lambang untuk satu bunyi yaitu huruf (oe) untuk (u) dan lambang koma (’) untuk (k) ain, hamzah dan tanda (trema) untuk beberapa kata yang berasal dari bahasa Arab. Kedua, Ejaan Soewandi yang diresmikan 19 Maret 1947 yang menetapkan perubahan (oe) menjadi u, dan diberlakukannya angka dua (2) untuk kata menyatakan kata berulang (kata ulang). Ketiga, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diberlakukan mulai 16 Agustus 1972 dengan pijakan dasarnya mengatur penulisan ejaan dalam 4 hal, yaitu: 1) penulisan huruf, 2) penulisan kata, 3) penulisan unsur serapan dan 4) penulisan tanda baca. DAFTAR PUSTAKA Arifin, E. Zaenal, Drs. dan Tasai S. Amran. (2003). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. Badudu, J. S. (1989). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia. Chaer, Abdul. (1993). Pembakuan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Pusat Bahasa, Depdiknas (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. _____________________ (1997) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. _____________________ (1993) Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka. _____________________ (2003). Pengindonesiaan Kata-kata Asing. Jakarta: Pusat Bahasa Tim Penulis Bahasa Indonesia UT-ASMI. (2004). Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. V. KALIMAT EFEKTIF

Pengertian dan Syarat-syarat Kalimat Efektif

Kalimat efektif dapat diartikan sebagai kalimat yang penggunaannya dapat berhasil guna atau dapat mencapai sasaran yang dituju. dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang mampu memberikan makna pada pembacanya, persis seperti apa yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Kalimat dapat menjadi efektif jika memperhatikan beberapa persyaratan yaitu kebenaran struktur, kelogisan, kehematan, dan ketidaktaksaan. Di samping itu kalimat akan menjadi sangat baik jika memenuhi ketentuan (1) kesejajaran bentuk, (2) penekanan, dan (3) kevariasian.

Penyusunan Kalimat Efektif

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif di antaranya adalah, kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat, kemudian gagasan pokok dalam sebuah kalimat, penggabungan yang menyatakan sebab dan waktu, penggabungan kata ”dengan”, ”yang”, ”dan”, penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan. Selain itu untuk mencapai efektivitas dan memberikan nuansa yang menarik pembaca, pada sebuah kalimat terdapat variasi-variasi. Variasi tersebut di antaranya adalah, subjek pada awal kalimat, kata modal pada awal kalimat, frase pada awal kalimat, jumlah kalimat dan jenis kalimat. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti., Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan. (1994). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1991). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Razak, Abdul. (1985). Kalimat Efektif : Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: Gramedia. Soedjito. (1990). Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia. VI. MENULIS SURAT DAN IKLAN

Surat Resmi

Surat adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyam-paikan suatu pesan dari satu pihak (perorangan, kelompok, atau organisasi) kepada pihak lain. Jenis surat itu sangatlah banyak. Sebagai salah satu sarana bentuk komunikasi tertulis, surat terdiri atas unsur pengirim surat, penerima, pesan (isi surat), dan saluran. Ketersampaian pesan surat akan dipengaruhi oleh keefektifan bahasa, kelogisan dan keruntutan organisasi surat, kejelasan isi, dan kesesuaian format surat yang digunakan. Surat memiliki sejumlah fungsi. Di antara fungsi surat ialah sebagai wakil pribadi, kelompok, atau organisasi; dasar atau pedoman kerja; bukti tertulis yang otentik; arsip atau alat pengingat; dan dokumen historis. Mengingat berbagai fungsi yang dimiliki surat, maka surat dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Klasifikasi jenis surat didasar-kan atas kepentingan dan asal pengirimnya, isi sifat, banyaknya sasaran, tingkat kepentingan penyelesaiannya, wujud, dan ruang lingkup sasarannya. Berbeda dengan bentuk karangan lainnya, surat memiliki karak-teristik yang sangat khusus. Salah satu kekhasan surat terletak pada bagian-bagiannya. Bagian-bagian ini memiliki kegunaan tertentu. Penataan bagian dan unsur surat tergantung pada format atau bentuk surat yang digunakan. Namun demikian, sebuah organisasi baik pemerintahan, perusahaan, maupun sosial politik, biasanya memiliki format baku yang digunakan dalam organisasi tersebut. Iklan

Iklan adalah salah bentuk penyebaran informasi mengenai suatu produk berupa barang, jasa, atau gagasan, kepada khalayak calon pembeli atau pengguna produk tersebut. Keberadaan iklan bertujuan untuk mengenalkan, memberikan informasi, dan mempengaruhi keputusan khalayak untuk membeli dan menggunakan produk yang diiklankan. Agar penyampaian iklan dapat mencapai sasarannya, maka pengemasan dan penyajian iklan harus mempertimbangkan sejumlah faktor di antaranya sasaran, media, tempat, dan daya pemikat yang diusung oleh sebuah iklan. Pemasangan iklan itu sendiri dapat dilakukan dalam berbagai bentuk (langsung atau tidak langsung) dan dengan berbagai media (elektronik atau cetak). Pilihan bentuk dan media beriklan akan mempengaruhi cara saji iklan itu sendiri serta biaya yang dikeluarkan. Semakin canggih media yang digunakan, biasanya semakin mahal pula biaya yang dibutuhkan dan semakin tinggi pula kreativitas yang dituntut untuk membuat sebuah iklan. Iklan dapat dipasang melalui berbagai media yaitu media cetak, elektronik, ragaan, dan udara. Media cetak dapat berupa koran (surat kabar), tabloid, buletin, dan majalah. Media elektronik dapat melalui radio dan televisi, atau film (layar lebar). Media ragaan dapat menggunakan kaos (pakaian), bus, atau papan di tempat umum. Media udara dapat menggunakan pesawat terbang dan balon udara. Terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan pembuat iklan. Kriteria ini dapat dikatakan sebagai persyaratan membuat iklan yakni berkenaan dengan etika. Etika beriklan agar iklan tidak hanya dikatakan baik dari segi bisnis tetapi juga baik dari sisi penggunaan bahasa dan bersosialisasi. Etika tersebut adalah mematuhi kaidah-kaidah bahasa, bersaing secara positif, dan tidak mendustai konsumen. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. (1990). Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas. Edisi Revisi II. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. Belch, G.E. dan Belch, M.A. (1998). Advertising and Promoting: An Integrated Marketing Communication. Edisi IV. Boston, Ma: Irwin McGraw-Hill. Biro Tata Usaha. (1995). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 091/U/1995 tentang Pedoman Tata Persuratan di Lingkungan Depdikbud. Jakarta: Depdikbud. Bratawidjaya, Th. W. (1991). Surat Bisnis Modern. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Finoza, L. (1991). Aneka Surat Sekretaris dan Surat Bisnis Indonesia. Jakarta: Usaha Mulia. http://daxell.net/panong/service-balon-udara-promosi.htm Jefkins, F. (1996). Periklanan. Edisi III. Jakarta: Erlangga. Lowe, B.W. (1996). Seni Menggunakan dan Meningkatkan Periklanan yang Efektif (Clever Advertising). Jakarta: Elex Media Komputindo. Mcrimmon, J.M., Trimmer, J.F., dan Sommers, N.I. (1984). Writing with a Purpose. Boston, Ma: Houghton Mifflin. Ogilvy, D. .... Pengakuan Orang Iklan. Jakarta: Pustaka Tangga. Marjo, Y.S. (2000). Surat-surat Lengkap untuk Berbagai Keperluan. Jakarta: Setia Kawan. Sudiana, D. (1986). Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remadja Karya. VII. PARAGRAF DAN NASKAH PIDATO

Paragraf

Paragraf adalah satuan bagian karangan yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk untaian kalimat. Ada dua hal kegunaan dari paragraf. Pertama, kegunaan paragraf yang terpenting adalah untuk memberi tanda adanya topik baru atau pengembangan topik lanjutan dari topik sebelumnya pada sebuah karangan. Dan kedua, adalah untuk menambahkan hal-hal yang penting atau untuk merinci atau menjelaskan apa yang sudah dibicarakan dalam paragraf sebelumnya. Syarat-syarat Paragraf a Syarat kesatuan b Syarat pengembangan c Syarat koherensi d Syarat kohesi Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan sebagai berikut. a. Paragraf pembuka b. Paragraf penghubung c. Paragraf penutup Jenis-jenis Paragraf a. Deskripsi adalah jenis paragraf yang melukiskan atau menggambar sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. b. Narasi adalah jenis paragraf yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. c. Eksposisi adalah jenis paragraf yang berusaha untuk menerangkan, menguraikan, atau menyampaikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. d. Argumentasi adalah jenis paragraf yang berusaha untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan penulisnya. e. Persuasi adalah jenis paragraf yang ditujukan untuk memengaruhi pendapat dan sikap pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. Naskah Pidato

Pidato tidak hanya dapat diucapkan langsung oleh orang yang berpidato tetapi bisa juga dilakukan dengan membacakan naskah. Pembacaan tersebut bisa dilakukan oleh si pelaku tetapi dapat juga diwakilkan. Untuk keperluan tersebut maka diperlukan naskah pidato. Oleh karena itu, agar pidato tertulis tersebut dapat mencapai tujuannya hendaknya tulisan tersebut mampu membuat pendengarnya: 1. menarik dan membangkitkan minat 2. mendapatkan pengetahuan dan pengertian Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat membuat naskah pidato 1. gunakan tipe huruf lebih besar dari ukuran 12 2. gunakan huruf besar dan huruf kecil, karena Anda melihat kata-kata dengan naik dan turun (huruf h dan l bagian atas berada di atas baris, huruf p dan y bagian bawah berada di bawah baris). 3. gunakan spasi ganda sebagai pengingat untuk penghentian lebih lama 4. Jangan pisahkan kata-kata dengan tanda hubung di akhir baris. 5. gunakan hanya dua pertiga halaman bagian atas untuk menghindari penampilan yang kedodoran 6. beri nomor halaman pada bagian sudut kanan atas sehingga Anda dapat melihatnya secara cepat bila diperlukan 7. akhiri tiap halaman dengan kalimat lengkap, dan paragraf lengkap jika memungkinkan. Berdasarkan sifatnya, pidato dibagi menjadi dua macam: 1. Pidato resmi 2. Pidato tidak resmi DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, S., Arsyad, G. M., dan Ridwan, S. H. (1999). Pembinaan Kemampuan Menulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Keraf, G. (1981). Eksposisi dan Narasi. Ende-Flores: Nusa Indah. ……… (1982). Argumentasi dan Narasi.. Jakarta: Gramedia. Kayam, Umar. (1975). Istriku, Madame Schkitz dan sang Raksasa dalam Sri Sumarah. Jakarta: Pustaka Jaya. Tohari, Achmad. (2004). Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama ----------------. (2005). Bekisar Merah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama VIII. WACANA DESKRIPSI, NARASI, DAN EKSPOSISI

Pengembangan Wacana Deskripsi

Paragraf deskripsi adalah paragraf yang berusaha untuk memindah-kan kesan, hasil pengamatan, dan perasaannya kepada pembaca. Penulis berusaha untuk menyampaikan sifat dan semua rincian wujud yang ditemukan pada objek yang ditulis itu. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal atau imajinasi kepada para pembacanya, sehingga seolah-olah pembaca melihat atau merasakan sendiri objek yang dibicarakan secara keseluruhan seperti yang dialami oleh penulisnya. Berdasarkan tujuannya, deskripsi dibedakan menjadi dua yaitu, (1) deskripsi sugestif dan (2) deskripsi teknis (deskripsi ekspositoris), sedangkan berdasarkan cara pendekatannya agar objek yang digambar-kan dapat tepat maksudnya dibagi menjadi (1) pendekatan realistis, (2) pendekatan impresionistis, dan (3) pendekatan menurut sikap pengarang. Berdasarkan kategori yang biasa diungkapkan, ada dua objek yang dapat kita deskripsikan, hal itu adalah deskripsi orang dan deskripsi tempat. Untuk mempermudah melakukan pendeskripsian, berikut adalah rambu-rambu yang dapat Anda ikuti. 1. Menentukan hal apa yang hendak dideskripsikan. 2. Merumuskan tujuan pendeskripsian. 3. Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan. 4. Merinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan. Pengembangan Wacana Narasi

Narasi adalah wacana atau wacana yang mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dalam suatu rangkaian waktu. Tujuan pengembangan wacana narasi adalah 1. ingin memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan 2. ingin memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Kedua tujuan tersebut akan menghasilkan bentuk wacana narasi yang berbeda, yaitu narasi ekspositoris dan narasi ugesti Perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi ugesti adalah sebagai berikut.

Narasi Sugestif 1. menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat. 2. menimbulkan daya khayal. 3. penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar. 4. bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan pada penggunaan kata-kata konotatif.

Narasi Ekspositoris

1. memperluas pengetahuan. 2. menyampaikan informasi faktual mengenai sesuatu kejadian. 3. didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional. 4. bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada pemakaian kata-kata denotatif. Komponen-komponen pembentuk prinsip dasar narasi sugesti adalah alur, penokohan, latar, dan sudut pandang. Langkah-langkah praktis yang digunakan dalam mengembangkan wacana narasi. 1. Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. 2. Tetapkan sasaran pembaca kita. 3. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur 4. Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir cerita. 5. Rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita. 6. Susunlah tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang. Pengembangan Karangan Eksposisi Wacana eksposisi adalah wacana yang berusaha untuk memaparkan, menerangkan, atau menginformasikan sesuatu hal yang berfungsi untuk memperluas pengetahuan, pandangan, atau wawasan pembacanya. Wacana eksposisi dikembangkan dengan struktur: pendahuluan, tubuh wacana, dan penutup atau kesimpulan. Tiap-tiap bagian tersebut ditulis secara utuh sehingga apa yang ingin disampaikan dapat tertangkap oleh pembaca dengan mudah. Langkah yang harus kita tempuh dalam membuat eksposisi adalah: a. menentukan topik wacana, b. menentukan tujuan penulisan, dan c. merencanakan paparan dengan membuat kerangka yang lengkap dan tersusun secara baik Teknik Pengembangan Eksposisi 1. Teknik Identifikasi Sebuah teknik pengembangan eksposisi yang menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan tepat dan jelas. 2. Teknik Perbandingan Teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kesamaan-kesamaan atau perbedaan-perbedaan antara satu hal dengan hal yang lain. Dalam menyampaikan uraian dengan teknik perbandingan, hal yang harus kita perhatikan adalah tujuan penggunaannya. Teknik yang dapat digunakan untuk menyampaikan perbandingan adalah a. Perbandingan Langsung b. Analogi c. Perbandingan Kemungkinan 3. Teknik ilustrasi Teknik ini berusaha memberikan gambaran, contoh-contoh, atau penjelasan yang khusus atau nyata. 4. Teknik Klasifikasi Teknik klasifikasi merupakan suatu metode untuk menempatkan barang-barang atau mengelompokkan bermacam-macam subjek dalam suatu sistem kelas. 5. Teknik Definisi Definisi adalah penjelasan terhadap arti kata atau pengertian suatu kata, frasa atau kalimat. 6. Teknik Analisis Teknik analisis merupakan cara memecahkan suatu pokok masalah. Teknik analisis dapat dibagi atas sebagai berikut. a. Analisis Sebab-Akibat b. Analisis Bagian c. Analisis Fungsional d. Analisis Proses DAFTAR PUSTAKA Hamdi, Hudri. (1992). ”Petaka Kampar” dalam Kado Istimewa, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1992. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Kayam, Umar. (1995). Sri Sumarah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. ----------- (1999). Menjelang Lebaran dalam Derabat, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1999. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Keraf, Gorys. (1982). Eksposisi dan Deskripsi, Komposisi Lanjutan II. Ende: Nusa indah. Sunarsasi. (1997). Angsa Putih. Jilid 2. Jakarta: Samindra Utama. Suparno. (2004). Deskripsi dan Narasi dalam Menulis 1. Jakarta: Universitas Terbuka. IX. ARGUMENTASI DAN PERSUASI

Pengembangan Karangan Argumentasi

Argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Isi karangan memuat tiga elemen utama yaitu pernyataan (claim), alasan (support/graound ) dan pembenaran (warrant ). Di samping itu ada juga elemen tambahan yaitu: pendukung (backing), modal (modal qualifiers) dan sanggahan (rebutta). Tujuannya ada bermacam-macam: 1) semata-mata untuk menyampaikan pandangan, 2) mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian, 3) meng-usahakan suatu pemecahan masalah, 4) mengupayakan keyakinan pembaca agar menyetujui dan terpengaruh dengan alasan-alasan penulis. Adapun yang termasuk ke dalam karangan argumentasi ini antara lain: makalah, paper, (seminar, simposium, dan lokakarya), esai, skripsi, tesis, disertasi, dan naskah tuntutan di pengadilan seperti: naskah pembelaan, pertanggungjawaban, dan surat keputusan. Semua macam karangan itu dikembangkan dengan menggunakan dua teknik pengembangan argumentasi yaitu teknik deduktif dan teknik induktif. Pengembangan Karangan Persuasi

Persuasi adalah karangan yang isinya berusaha meyakinkan pembaca dengan menggunakan bahasa yang bernada membujuk. Istilah persuasi berasal dari bahasa Inggris persuasion diturunkan dari kata to persuade yang artinya membujuk atau meyakinkan. Secara prinsip pengertian persuasi dengan argumentasi hampir serupa. Keduanya sama-sama menggunakan argumen-argumen yang kuat dalam meyakinkan lawan bicara. Perbedaannya terletak pada penggunaan bahasa. Jika pada karangan argumentasi bahasa yang dipergunakan cukup menjelaskan pembuktian pembaca yang bertujuan pembaca meyakini. Pada karangan argumentasi, logika yang digunakan merupakan unsur utama. Diksi yang dipergunakan bertujuan mencari efek tanggapan penalaran. Pada karangan persuasi bahasa yang dipergunakan bermuatan penuh rayuan, daya ajuk, daya bujuk atau himbauan untuk membangkitkan pembaca tergiur dan bereaksi untuk ikut serta mengikuti keinginan penulis. Diksi yang dipergunakan bertujuan mencari efek tanggapan emosional. Hal inilah yang menimbulkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan penulis. Metode pengembangan karangan persuasi pada lazimnya adalah: rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, penggantian dan proyeksi. Alat pengembangan persuasi adalah 1) Bahasa, yang berfungsi seluas dan tajam sehingga sering berakibat terjadinya penipuan, kedengkian, percekcokan dan macam lainnya. 2) Nada yang digunakan seperti: marah, senang, sedih, dan bersemangat yang dapat dipergunakan seseorang sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku orang banyak. 3) Detail esensial dalam yang mendukung tujuan sehingga memperjelas penalaran yang kita harapkan pendetailan dilakukan dengan cara menyeleksi seberapa penting detail itu dalam membantu pembaca memahami tulisan kita. 4) Organisasi yaitu pengaturan detail di dalam karangan kita itu agar keyakinan dan pandangan pembaca dapat berubah yang bisa ditempuh melalui cara induktif, cara deduktif dan cara penonjolan 5) Kewenangan menyangkut penerimaan dan kesadaran pembaca terhadap pengarang sebagai orang yang berwenang karena diyakini: a) mempunyai dasar hukum menduduki jabatan tertentu, b) ber-kecimpung dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan tertentu, c) mampu menunjukkan pola pikir yang bermutu.

Penilaian Karangan Argumentasi dan Persuasi

Topik yang diangkat menjadi karangan argumentasi karena memiliki 2 hal yaitu, bernilai dan tidak bernilai. Untuk membuat keyakinan pembaca pasti dan kokoh, sangat ditentukan oleh argumen atau alasan-alasan yang bukan hanya sesuai nalar dan mendukung, tetapi juga diterima akal (logis). Membangun keyakinan kuat bagi pembaca memerlukan prinsip-prinsip yang standar atau baku yaitu dengan menjawab pertanyaan berikut: Apakah pernyataan dapat diyakini kebenarannya oleh pembaca? Apakah alasan menghadirkan bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk mendukung pernyataan.. Apakah penarikan kesimpulan yang diambilnya sudah melalui proses nalar yang benar? Yang dimaksud adalah ungkapan bahasa (penanda linguistik yang digunakan). Seperti: (1) penanda kepastian seperti di antaranya penggunaan kata/frase perlu, pasti, dan tentu saja. Sedangkan (2) penanda kemungkinan. antara lain agaknya, kiranya, rupanya, kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat mungkin, mungkin sekali, dan masuk akal. Untuk karangan persuasi aspek yang dinilai adalah semua aspek yang ada pada argumentasi ditambah 5 hal berikut yaitu: Bahasa, Nada, Detail, Organisasi dan kewenangan DAFTAR PUSTAKA Akhadiah Sabarti (2001). Menulis 1. Jakarta: Universitas Terbuka. George E. Wihon, Julia M. Burks. (1980). Let’s Write English Litton Educational Publishing International. New York. USA Keraf Gorys. (2000). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. Kusumah Encep, dkk. (2002). Menulis 2. Jakarta: Universitas Terbuka. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Padjadjaran. (2001-2005). Abstrak. Bandung: Unpad. Sirait Bistok, Editor. (1985). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suparmo dan Moh. Yunus. (2004). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Suparno dan Martutik. (1997). Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. Tarigan Heiny Guntur. (1982). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Hernowo. (2001). Mengikat Makna. Bandung: Kaifa. Parera Jos Daniel. (1984). Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga Widyamartaya. (1990). Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius. Universitas Padjadjaran. (2006). Abstrak 2001-2005. Bandung: Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Unpad.

Minggu, 28 Maret 2010

KETERAMPILAN MEMBACA

Membaca merupakan jendela dunia, yang artinya dari membacalah semua informasi di seantero dunia ini dapat ditangkap dan dicerna dengan cepat dan mudah. Untuk memiliki kemampuan membaca yang baik diperlukan tentang teknik-teknik membaca yang baik. Di samping itu, sangat diperlukan latihan-latihan yang cukup sesuai dengan tujuan membaca yang dilakukan. Setelah mengikuti mata kuliah ini Anda diharapkan memiliki wawasan yang luas tentang hakikat dan proses membaca, jenis-jenis membaca, langkah-langkah kegiatan membaca, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, membaca intensif dan ekstensif, serta pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning. Secara rinci, tujuan yang ingin dicapai yaitu agar Anda dapat: 1. Menjelaskan hakikat dan proses membaca, 2. Menjelaskan jenis-jenis membaca, 3. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan membaca, 4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, 5. Menjelaskan membaca intensif dan ekstensif, 6. Menjelaskan pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka penjelasan materi ini difokuskan pada 1. Hakikat dan proses membaca, 2. Jenis-jenis membaca, 3. Langkah-langkah kegiatan membaca, 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, 5. Membaca intensif dan ekstensif, 6. Pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning. 1. HAKIKAT DAN PROSES MEMBACA Kegiatan Belajar 1: Hakikat Membaca Bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pasca industri, atau yang lazim disebut era sumber daya manusia, atau era sibermatika, seperti sekarang ini, kemahiran membaca dan menulis atau yang lazim disebut literacy memang telah dirasakan sebagai conditio sine quanon alias prasyarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebagai sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan bahwa kehidupan perekonomian mendatang akan menemukan sumber kekuatannya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber daya yang hanya ada pada manusia, yakni daya nalarnya. Sebab daya nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh manusia untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini. Nalar manusia akan berkembang secara maksimal jika ia diasah melalui pendidikan. Dan jantung dari pendidikan adalah kegiatan berliterasi atau kegiatan baca-tulis. Dengan demikian kedudukan kemahiran berliterasi pada abad informasi seperti sekarang ini sesungguhnya merupakan modal utama bagi siapa saja yang berkehendak meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan penghidupannya. Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi merupakan hal yang sangat fundamental. Sebab semua proses belajar sesungguhnya didasarkan atas kegiatan membaca dan menulis, juga dengan melalui kegiatan literasi membaca dan menulislah kita dapat menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai babakan jaman. Dengan demikian, dunia pendidikan dan persekolahan memiliki tugas untuk mengupayakan kehadiran salah satu aspek keterampilan berbahasa ini kepada para siswanya. Hingga saat ini cukup banyak pengertian atau definisi yang telah dikemukakan oleh para pakar tentang membaca. Dari berbagai pengertian dan definisi membaca tersebut kita dapat mengklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar. Pertama, pengertian membaca yang ditarik sebagai interpretasi pengalaman membaca itu bermula dengan penemuan waktu dan berawal dengan pengelolaan tanda-tanda berbagai benda (membaca itu berawal dengan tanda dan pertanda). Kedua, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari interpretasi lambang grafis; membaca merupakan upaya memperoleh makna dari untaian huruf tertentu. Dan ketiga, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari keduanya, yakni membaca merupakan perpaduan antara pengalaman dan upaya memahami lambang-lambang grafis atau dari halaman bercetakan. Jika dihubungkan dengan masalah pembelajarannya, setiap definisi-definisi membaca tersebut sudah barang tentu senantiasa berimplikasi. Sebagai seorang guru atau calon guru kita perlu memahami implikasi-implikasi tersebut. Kegiatan Belajar 2: Membaca Sebagai Proses Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca yang aktif. Proses membaca yakni membaca sebagai proses psikologi, membaca sebagai proses sensori, membaca sebagai proses perseptual, membaca sebagai proses perkembangan, dan membaca sebagai proses perkembangan keterampilan. Sebagai proses psikologi membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca. Di antara faktor-faktor tersebut menurut Harris (1970), bahwa faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu intelegensi umum. Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata. Setelah dilakukan pemaknaan atau pengucapan terhadapnya. Pernyataan “membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam proses membaca dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atau secara serempak. Membaca sebagai proses perseptual mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan perkembangan mulai dan berakhir. Sedangkan proses membaca sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa (language skills) yang sifatnya objektif, bertahap, bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi. DAFTAR PUSTAKA Burnes Don and Glenda Page (ed.). (1985). Insight and Strategies for Teaching Reading. Sydney: Harcourt Brace Jovanovich Group. Harris, L. Theodore (et.al) (ed.). (1983). Dictionary of Reading and Related Term. London: International Reading Asociation. Harras K.A. (1995). Membaca Minat Baca Masyarakat Kita dalam jurnal Mimbar Bahasa dan Seni No.XXII 1995. Harjasujana, A. (1988). Nusantara yang Literat: Secercah Sumbangsaran terhadap Upaya Pengingkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada FPBS IKIP Bandung). Harjasujana, A. (dkk.). (1988). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka. Harjasujana, A, dan Vismaia Damaianti. (2003). Membaca dalam Teori dan Praktik. Bandung: Penerbit Mutiara. Olson, R. David (et.al) (ed.). (1983). Literacy, Language, and Learning. London: Cambridge University. Richard T. Vacca and Jo Annel Vacca. (1987). Content Area Reading. Boston: Scott, Foresman and Company. Smith, Frank. (1987). Understanding Reading: a Psikolinguistic Analysis of Reading and Learning to Read. London: Lawrence Erlbaum Asociates Publisher. Tarigan, H.G. (1986). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G., Kholid dan A. Ruhendi Saefullah (ed.). (1989). Membaca dalarn Kehidupan. Bandung: Angkasa. 2. JENIS-JENIS MEMBACA Kegiatan Belajar 1: Membaca Berdasarkan Terdengar Tidaknya Suara Pembaca Ditinjau dari terdengar dan tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis yakni membaca dalam hati (silent reading) dan membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud reading). Pada tataran yang paling rendah membaca nyaring merupakan aktivitas membaca sebatas melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras, sedangkan pada tataran yang lebih tinggi membaca nyaring merupakan proses pengkomunikasian isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain (pendengar). Membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa mengeluarkan suara. Yang aktif bekerja hanya mata dan otak atau kognisi saja. Untuk menanamkan kemahiran kedua jenis membaca ini diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru profesional. Kegiatan Belajar 2: Membaca Berdasarkan Cakupan Bahan Bacaan Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca, secara garis besar membaca dapat kita golongkan menjadi dua: membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca intensif (intensif reading). Membaca ekstensif program membaca secara luas, baik jenis maupun ragam teksnya dan tujuannya sekadar untuk memahami isi yang penting- penting saja dari bahan bacaan yang dibaca dengan menggunakan waktu secepat mungkin. Ada tiga jenis membaca, yakni membaca survei (survei reading), membaca sekilas skimming), membaca dangkal (superficial reading). Membaca intensif merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada dan bertujuan untuk menumbuhkan serta mengasah kemampuan membaca secara kritis. Secara garis besar membaca intensif terbagi dua, yakni membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa I (linguistik study reading). Membaca telaah isi dibagi lagi menjadi membaca telaah teliti (close reading), membaca pemahaman (reading for understanding). Membaca kritis (outical reading) dan membaca ide (reading for ideas). Membaca telaah bahasa dibagi menjadi membaca bahasa asing (foreign language reading) dan membaca sastra (literary reading). DAFTAR PUSTAKA Harjasujana, Ahmad Slamet, (dkk). (1988). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka. Harris, L. Theodore (et.al) (ed). (1983). Dictionery of Reading and Related Term. London: Heinemann Educational Book. Soedarso. (1989). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia. Smith, Frank. (1986). Understanding Reading: A Psycholpnguistic Analysis of Reading and Learnig to Read. London: Lawrence Erlbaum Associate Publisher. Tampubolon D.P. (1989). Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. (1986). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. _________. (1986). Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa 3. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN MEMBACA Kegiatan Belajar 1: Tahap-tahap dalam Kegiatan Membaca Ada tiga langkah dalam kegiatan membaca, yaitu kegiatan pramembaca, kegiatan membaca, dan kegiatan pascamembaca. Kegiatan Pramembaca, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan membaca sebagai jembatan untuk dapat memahami bacaan dan agar dapat melaksanakan kegiatan pascamembaca dengan cepat dan mudah. Kegiatan membaca, yaitu kegiatan memahami teks yang dibaca. Kegiatan pascamembaca, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah melaksanakan kegiatan membaca untuk mengecek atau menguji pemahaman terhadap bacaan yang telah dibaca. Kegiatan Belajar 2: Beragam Variasi Kegiatan Pramembaca Disebut kegiatan pramembaca karena kegiatan ini dilaksanakan sebelum seorang siswa melaksanakan kegiatan membaca. Fungsi utama kegiatan pramembaca adalah memberikan pengetahuan awal terkait dengan aspek-aspek bacaan yang hendak dipahami, melatih siswa mengetahui tujuan membaca, dan memberikan motivasi dan rasa percaya diri. Kegiatan pramembaca merupakan jembatan untuk mengaitkan beragam pengetahuan yang memiliki keterkaitan dengan isi bacaan. Ada beragam variasi kegiatan pramembaca. Kegiatan pramembaca ini tidak boleh terlepas dari kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran membaca. Artinya, semua kegiatan pramembaca dirancang untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang akan dibelajarkan kepada siswa. Kegiatan Belajar 3: Beragam Variasi Kegiatan Tahap Membaca Kegiatan pada tahap membaca adalah salah satu tahap kegiatan penting dan utama dalam keseluruhan tahapan membaca. Seorang pembaca yang efektif dan efisien terlebih dahulu harus mengetahui tujuan dia membaca. Setelah mengetahui tujuan membaca, seorang pembaca akan memilih strategi membaca yang tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Teknik skimming sangat cocok digunakan untuk membaca cepat dan menemukan gagasan inti bacaan secara cepat. Sedangkan teknik membaca scanning sangat tepat digunakan untuk menemukan informasi tertentu secara cepat dalam teks yang dibaca. Kegiatan Belajar 4: Beragam Variasi Kegiatan Setelah Membaca Disebut kegiatan pascamembaca karena kegiatan ini dilaksanakan setelah seorang siswa melaksanakan kegiatan membaca. Fungsi utama kegiatan pascamembaca adalah untuk mengecek apakah apa yang dibaca telah dipahami dengan baik oleh siswa. Kegiatan setelah membaca ini dapat berupa tugas atau pertanyaan-pertanyaan terkait dengan teks yang dibaca. Ada beragam variasi kegiatan pascamembaca. Kegiatan pascamembaca ini tidak boleh terlepas dari kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran membaca. Artinya, semua kegiatan pramembaca dirancang untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang akan dibelajarkan kepada siswa. DAFTAR PUSTAKA Carrell, P.L. (1988). Interactive approaches to second language reading. Cambridge: University Press. Ernawan, Mamun Dudy. (1989). Process Approach to the Teaching of Reading to SMA Students in Indonesia. London: Ealing College Press. Grellet, Francoise. (1981). Developing Reading Skills: A practical guide to reading comprehension exercise. Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramdina. Nuttall, Cristine. (1982). Teaching Reading Skills in a Foreign Language. Heineman Educational Books. 4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA Kegiatan Belajar 1: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap teks yang dibaca dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya faktor karakteristik materi bacaan dan karakteristik pembaca itu sendiri. Teks bacaan sangat berpengaruh terhadap pemahaman pembaca, ada teks yang tingkat kesulitannya rendah, sedang, dan tinggi. Oleh karena itu, tingkat keterbacaan teks (readibility) adalah salah satu syarat yang harus diperhatikan dalam memilih teks. Selain itu, kemenarikan dan keotentikan teks juga merupakan syarat untuk memilih teks yang baik. Karakteristik pembaca juga dapat mempengaruhi pemahaman pembaca terhadap teks. Karakteristik pembaca yang dapat mempengaruhi pemahaman teks adalah: IQ, minat baca, kebiasaan membaca yang jelek, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat dan efektif. Kegiatan Belajar 2: Teknik Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat Membaca dengan kecepatan optimal dan memahami teks yang dibaca, itulah konsep membaca cepat. Banyak manfaat membaca cepat, antara lain: 1) banyak informasi penting dapat diserap dalam waktu yang cepat, 2) membaca memperluas wawasan, 3) membaca cepat meningkatkan kemahiran berbahasa yang lain, 4) membaca cepat membantu Anda menghadapi ujian/tes, dan 5) membaca cepat meningkatkan pemahaman terhadap teks yang dibaca. Ada beberapa langkah yang dapat dipraktikkan untuk mengukur kecepatan membaca seseorang. Dan ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat. Kegiatan Belajar 3: Teknik Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring (Membaca Teks untuk Orang Lain) Membaca nyaring adalah kegiatan membacakan teks untuk orang lain. Kompetensi membaca nyaring dalam Kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, antara lain sebagai berikut: membacakan beragam teks berita; membacakan beragam teks laporan; membacakan beragam teks percakapan; membacakan beragam teks pengumuman; dan membacakan beragam teks perangkat upacara. Kompetensi membaca nyaring adalah salah satu kecakapan hidup yang diperlukan sebagai bekal siswa untuk dapat bersaing di dunia kerja dan juga berguna dalam kehidupan siswa. Kompetensi membaca nyaring ini perlu dikuasai oleh semua mahasiswa calon guru (Bahasa dan Sastra Indonesia. Kompetensi yang andal dalam melaksanakan kegiatan membaca nyaring adalah salah satu prasyarat menjadi guru yang profesional, guru masa depan yang dapat melaksanakan pembelajaran tuntas (mastery learning) dan membelajarkan siswa agar dapat menguasai kompetensi secara tuntas pula (Depdiknas, 2003). Beragam kegiatan yang dapat dilatihkan untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca nyaring adalah sebagai berikut: memahami isi teks dan memberikan tanda jeda pada teks, berlatih membacakan teks dengan intonasi, lafal, dan pemenggalan yang tepat, berlatih mengomentari hasil pembacaan, berlatih meningkatkan performansi pembacaan teks, misalnya: latihan vokal, intonasi, melafalkan kata-kata yang sulit, menyerasikan gerak dan ucapan, dan pernafasan. DAFTAR PUSTAKA Atmazaki dan Hasanuddin W.S. (1990). Pembacaan Karya Susastra Sebagai Suatu Seni Pertunjukan. Padang: Angkasa Raya. Balai Pustaka. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. BBC Siaran Indonesia. (Maret, 2004). "Warta Berita." Chall, Jeane S. (1984). Readability and comprehension: continuities and discountinuities. Disunting oleh Flood, Understanding Reading Comprehension. Delaware: International Reading Association, Inc. Depdikbud. (1989). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004. Standar Kompetensi. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas. Djiwandono, M. Soenardi. (1988). A Closer look at cloze test. Dalam Tellin Journal, Vol. 1. Ginting Setia. (1989). Kajian tentang metode uji keterbacaan sebagai penentu keefektifan materi bacaan. Tesis. Malang: FPS IKIP Malang. Hafni. (1981). Pemilihan dan Pengembangan Bahan Pengajaran Membaca. Jakarta: PPPG. Harsiati, Titik. (1993). Tingkat Keterbacaan Buku Teks Membaca Siswa Sekolah Dasar se Kodya Malang. Malang: Lembaga Penelitian IKIP Malang. Klare, George R. (1984). Readability Reading dalam Pearson P. David. Handbook of Reading Research. New York and London: Longman, Inc. Nuttall, Christine. (1985). Teaching Reading Skill in a Foreign Language. London: Heinemann Educational Books, Ltd. Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan Malang: YA3 Malang. Oller, John W. (1979). Language Test at School. London: Longman Group, Ltd. Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramdina. Taryono dan Imam Agus Basuki. (1996). Bahan Ajar Keterampilan Berbicara. Malang: IKIP Malang. 5. MEMBACA INTENSIF DAN EKSTENSIF Kegiatan Belajar 1: Memahami Hakikat dan Karakteristik Membaca Intensif Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara tepat dan akurat. Kemampuan membaca intensif adalah kemampuan memahami detail secara akurat, lengkap, dan kritis terhadap fakta, konsep, gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang ada pada wacana tulis. Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami baik pada tingkatan lateral, interpretatif, kritis, dan evaluatif. Aspek kognitif yang dikembangkan dengan berbagai teknik membaca intensif tersebut adalah kemampuan membaca secara komprehensif. Membaca kompres-hensif merupakan proses memahami paparan dalam bacaan dan menghubungkan gambaran makna dalam bacaan dengan skemata pembaca guna memahami informasi dalam bacaan secara menyeluruh. Kemampuan membaca intensif mencakup 1) kemampuan pemahaman literal, 2) pemahaman inferensial, 3) pemahaman kritis, dan 4) pemahaman kreatif. Karakteristik membaca intensif mencakup 1) membaca untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dan dapat mengingat dalam waktu yang lama, 2) membaca secara detail untuk mendapatkan pemahaman dari seluruh bagian teks, 3) cara membaca sebagai dasar untuk belajar memahami secara baik dan mengingat lebih lama, 4) membaca intensif bukan menggunakan cara membaca tunggal (menggunakan berbagai variasi teknik membaca seperti scanning, skimming, membaca komprehensif, dan teknik lain), 5) tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana, 6) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa membaca kalimat-kalimat dalam teks secara cermat dan penuh konsentrasi. Kecermatan tersebut juga dalam upaya menemukan kesalahan struktur, penggunaan kosakata, dan penggunaan ejaan/tanda baca, 7) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, dan 8) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa mengubah/menerjemahkan wacana-wacana tulis yang mengandung informasi padat menjadi uraian (misalnya: membaca intensif tabel, grafik, iklan baris, dan sebagainya) Teknik-teknik membaca intensif dapat berupa SQ3R, OPQRST, dan KWLU. Teknik tersebut melatih dan membekali pembaca dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis. Teknik-teknik membaca intensif ini didasari oleh teori skemata. Teori skemata ini mencetuskan gagasan bahwa inti dari pemahaman dimainkan oleh suatu struktur kognitif yang disebut skemata. Kegiatan Belajar 2: Memahami Hakikat dan Karakteristik Membaca Ekstensif Membaca ekstensif adalah membaca untuk kesenangan dengan penekanan pada pemahaman umum. Dalam program membaca ekstensif seseorang dituntut untuk dapat mengakses sebanyak mungkin judul buku/artikel/berita dengan topik-topik yang sudah populer. Dalam program membaca ekstensif kemampuan dan kemauan membaca seseorang diamati secara teratur baik dengan catatan formal maupun tidak formal oleh pembaca sendiri. Catatan harian dan buku laporan digunakan bersama dengan catatan judul dan komentar terhadap apa yang dibaca. Membaca ekstensif dilakukan dalam rangka menumbuhkan kesenangan dan kemauan membaca beragam wacana tulis dalam bahasa target (bahasa yang sedang dipelajari). Dengan membaca ekstensif seseorang dapat meningkatkan kemampuan dan minat bacanya. Membaca ekstensif memiliki beberapa karakteristik yang meliputi 1) membaca sebanyak mungkin wacana tulis (dilakukan di luar kelas), 2) topik dan bentuk wacana yang dibaca bervariasi, 3) pembaca memilih apa yang ingin dibaca (memperhatikan minat), 4) tujuan membaca berkaitan dengan kesenangan, memperkaya informasi, dan pemahaman umum terhadap isi teks/wacana, 5) dalam membaca ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri, 6) pembaca membuat jurnal apa yang telah dibaca dan bagaimana komentar terhadap yang dibaca, 7) bersifat individual dan bersifat membaca senyap, 8) Aspek kebahasaan tidak menjadi penghalang pemahaman (bacaan dipilih, 9) kecepatan membaca cukup (tidak cepat dan tidak lambat), 10) menggunakan teks yang tidak terlalu sulit (hanya satu dua kata yang sulit, 11) pembaca tidak diberi tes sesudah membaca (pembaca hanya memberikan respons personal/komentar terhadap apa yang dibaca), dan 12) membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali beberapa fungsi teks dan cara pengorganisasian teks. DAFTAR PUSTAKA Bell, T. (1994). ”Intensive” versus ”Extensive” Reading: A Study of the Use of Graded Readers as Supplementary Input Material to Traditional ”Intensive” Reading Techniques. Unpublished MA TEFL Dissertation. University of Reading. Bell, T., & Campbell, J. (1996). Promoting Good Reading Habits: The Debate. Network 2/3 (pp 22-30). __________________. (1997). Promoting Good Reading Habits Part 2: The Role of Libraries. Network 2/4 (pp 26-35). Davis, C. (1995). Extensive reading: an expensive extravagance? English Language Teaching Journal 49/4 (pp 329-336). Grabe, W. (1991). Current developments in second language reading research. TESOL Quarterly 25/3: 375-406. Hafiz, F. M., & Tudor, I. (1989). Extensive reading and the development of language skills. English Language Teaching Journal, 43, (pp 4-13). Kalb, G. (1986). Teaching of extensive reading in English instruction at the senior gymnasium level. Die Neueren Sprachen, 85, (pp 420-430). Kembo, J. (1993). Reading: Encouraging and Maintaining Individual Extensive Reading. English Teaching Forum, 31/2, (pp 36-38). Krashen, S. D. (1982). Principles and Practice in Second Language Acquisition. New York: Prentice Hall. ___________. (1984). Writing: Research, Theory and Applications. New York: Prentice Hall. Nagy, W., & Herman, P. (1987). Breadth and depth of vocabulary knowledge: Implications for acquisition and instruction. In Mckeown, M., & Curtis, M. (eds), The nature of vocabulary acquisition. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum. (pp 19-35). Nunan, D. (1991). Language Teaching Methodology: A Textbook For Teachers. London: Prentice Hall. Nurhadi. (1989). Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV Sinar Baru. Nuttall, Christine. (1989). Teaching Reading Skills in a Foreign Language. Heineman Educational Books. Pickard, N. (1996). 'Out-of-class language learning strategies.' English Language Teaching Journal, 50/2, (pp 151-159). Richard R. Day & Julian Bamford.(2002). Extensive Reading in the Second Language Classroom. (Cambridge University Press) Robb, T. N., & Susser, B. (1989). Extensive Reading vs Skills Building in an EFL context. Reading in a Foreign Language, 5/2, (pp 239-249). Soedarso. (1988). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Suharianto. Membina Keterampilan Membaca, (Makalah untuk Penataran Guru-guru Bahasa Indonesia 1980). Stotsky, S. (1983). Research on reading/writing relationships: A synthesis and suggested directions. Language Arts, 60, (pp 627-642). Tampubolon, D.P. Kemampuan Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tsang, Wai-King. (1996). Comparing the Effects of Reading and Writing on Writing Performance. Applied Linguistics 17/2, (pp 210-223). Wodinsky, M., & Nation, P. (1988). Learning from graded readers. Reading in a Foreign Language 5: (pp 155-161). Internet : TESL Journal, Vol. IV, No. 12, December 1998. http://iteslj.org/Articles/Bell-Reading.html.[EPER http://www.ials.ed.ac.uk/epermenu.html] 6. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA SKIMMING DAN SCANNING Kegiatan Belajar 1: Memahami Hakikat dan Karakteristik Membaca Skimming Teknik membaca skimming salah satu teknik membaca cepat. Membaca dengan teknik skimming berarti kita secara cepat membaca sekilas teks untuk menentukan ide-ide penting dari teks. Awal skimming dapat menggunakan tanda-tanda organisasional yang digunakan penulis seperti subjudul, ringkasan, penggunaan tanda tertentu yang menunjukkan pentingnya suatu informasi (tanda italic, garis bawah, cetak tebal, dan sebagainya). Pada waktu melakukan skimming secara cepat mata kita bergerak ke seluruh teks untuk memperoleh gambaran umum mengenai teks. Pembacaan cara ini boleh melewati bagian-bagian tertentu yang dianggap kurang penting. Ketika kita membaca sekilas kita akan menggerakkan mata kita dari atas ke bawah dengan cepat menyapu seluruh halaman yang dibaca sambil memberi fokus pada informasi yang dicari. Dengan skimming seseorang mencoba untuk mendapatkan inti atau gambaran umum apa yang dibaca bukan mendapatkan gambaran detail seluruh isi teks. Seseorang menggunakan skimming untuk memutuskan apakah suatu buku akan dipilih/tidak. Skimming sering digunakan untuk melakukan tinjauan awal (previewing) untuk mengetahui isi umum suatu teks/buku. Seseorang melakukan skimming untuk 1) mengenali topik bacaan atau memilih bacaan, 2) mengetahui pendapat seseorang secara umum, 3) mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan tanpa membaca keseluruhan, 4) melakukan penyegaran apa yang pernah dibaca, dan 5) mensurvei buku yang akan dibaca. Skimming dilakukan dengan cara 1) memahami dan menemukan bagian-bagian dari suatu bacaan yang memuat informasi penting (misalnya memahami dan menemukan letak ide pokok dalam paragraf, memahami dan menemukan letak informasi penting dari suatu buku), 2) membaca sekilas dan melompati bagian-bagian yang tidak penting dari suatu bacaan (contoh, ilustrasi, paragraf transisi), 3) detail khusus yang penting (nama, tanggal) perlu dilihat sepintas tanpa menatap lama-lama, 4) paragraf pertama dan terakhir dari suatu wacana perlu dibaca dengan kecepatan rata-rata karena umumnya berisi ringkasan bahan yang dibicarakan, 5) membaca skimming dapat dilakukan dengan membaca paragraf awal, subjudul, dan paragraf akhir seseorang mencoba memahami hal-hal penting dari teks. Selanjutnya, kita dapat memperluas skimming dengan membaca indeks, isi tabel, atau bagian yang penting lainnya. Kegiatan Belajar 2: Hakikat dan Karakteristik Scanning (Membaca Memindai) Scanning atau membaca memindai berarti mencari informasi spesifik secara cepat dan akurat. Memindai artinya terbang di atas halaman-halaman buku. Membaca dengan teknik memindai artinya menyapu halaman buku untuk menemukan sesuatu yang diperlukan. Teknik membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan tidak melihat kata demi kata. Dalam kehidupan sehari-hari scanning digunakan, antara lain untuk: mencari nomor telepon, mencari kata pada kamus, mencari entri pada indeks, mencari angka-angka statistik, melihat acara siaran TV, melihat daftar perjalanan, mencari makna kata dalam kamus/ensiklopedi, dan menemukan informasi tertentu yang terdapat dalam daftar. Karakteristik membaca memindai (scanning) adalah (1) scanning mencakup pencarian secara cepat dengan gerakan mata dari atas ke bawah menyapu seluruh teks untuk mencari fakta khusus, informasi khusus, atau kata-kata kunci tertentu, (2) manfaat scanning adalah dapat mencari informasi dalam buku secara cepat, (3) scanning merupakan teknik membaca cepat untuk menemukan informasi yang telah ditentukan pembaca, (4) pembaca telah menentukan kata yang dicari sebelum kegiatan scanning dilakukan, dan (5) pembaca tidak membaca bagian lain dari teks kecuali informasi yang dicari. Scanning dilakukan dengan cara (1) menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi yang telah ditetapkan, (2) setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari, dan (3) pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword di setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi disusun secara alfabetis dengan pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainya). Dengan pemahaman tersebut diharapkan dapat menemukan informasi secara lebih cepat. DAFTAR PUSTAKA Burmeister, L.E. (1978). Reading Strategies for Middle and Secondary School Teachers. California: Addison-Wesley Publishing Company. Burnes, D. & Page, G. (1985). Insight and Strategies for Teaching Reading. Sidney: Harcourt Brace Javanovich Group. Carrell, P.L. (1988) Interactive Approaches to Second Language Reading. Cambridge University Press. Davies, E and Whitney, N. (1982). Strategies for Reading. New York: Heinemann Ed. Book. Dixon, C.N., and Nessel, D. (1983). Language Experience Approach to Reading (and Writing): LEA for ESL. Hayward, Cal.: Alemany Press. Ernawan, Ma’mun Dudy. (1989). Process Approach to the Teaching of Reading to SMA Students in Indonesia. London: Ealing College Press. Grellet, Francoise. (1981). Developing Reading Skills: A practical guide to reading comprehension exercise. Harjasujana, A.S. (1988). Materi Pokok Membaca. (Modul UT). Jakarta: Karunika. Kemb, J. 1993. Reading: Encouraging and Maintaining Individual Extensive Reading. English Teaching Forum, 31/2, (pp 36-38). Marzano, Robert, dkk. (1992). Dimensions of Thinking: Laporan Penelitian Framework for Curriculum and Instruction. Alexandria: ASCD. Nurhadi. (1989). Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: Sinar Baru. Nuttall, Christine. (1989). Teaching Reading Skills in a Foreign Language. Heineman Educational Books. Mikulecky, B & Jeffries, L (1986) Reading Power. Massachusetts: Addisan Wesley. Soedarso. (1988). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia. Suharianto. Membina Keterampilan Membaca, (Makalah untuk Penataran Guru-Guru Bahasa Indonesia 1980).

DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA

I.   PENDAHULUAN Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media  percakapan(dialog), gerak da...