Translate

Kamis, 04 Juni 2009

MODUL DIKLAT SERTIFIKASI GURU

A. RUANG LINGKUP
Materi modul pengembangan kemampuan berbahasa anak TK meliputi :
1. Perkembangan menyimak mencakup pengertian menyimak fungsi manyimak, tujuan menyimak, jenis menyimak di TK dan strategi mengembangkan kemampuan menyimak di TK.
2. Perkembangan berbicara mencakup pengertian berbicara, dan tipe perkembangan berbicara pada anak.
3. Perkembangan membaca mencakup pengetrian membaca, pentingnya membaca, tujuan membaca, faktor faktor yang mempengaruhi pembaca dan strategi pengembangan kemampuan membaca di TK.
4. Menulis mencakup pengertian menulis ditahapan-tahapan perkembangan menulis pada anak
5. Permainan bahasa di Taman Kanak-Kanak

B. TUJUAN
Setelah mempelajari modil ini, peserta diharapkan :
1. Menjelaskan pengertian, fungsi, tujuan dan strategi menyimpak di TK
2. Menjelaskan pengertian dan tipe perkembangan berbicara pada anak
3. Menjelaskan pengertian, manfaat, tujuand an faktor-faktor membaca serta strategi pengembangan kemampuan membaca di TK.
4. Menjelaskan pengertian menulis dan tahapan-tahapan menulis pada anak
5. Menyusun permainan yang dapat memicu pada pengembangan bahasa anak TK.




C. MATERI
I. PERKEMBANGAN MENYIMAK
Kemampuan menyimak sebagai salah satu kemampuan berbahasa awal yang harus dikembangkan, memerlukan kemampuan bahasa resepsi dan pengalaman, dimana anak sebagai penyimak secara aktif memproses dan memahami apa yang didengar.
A. PENGERTIAN MENYIMAK
Sebelum kita ketahui apa itu menyimak, terlebih dahulu kita perlu membedakan tiga istilah yang sering orang menyamakan maknanya. Tiga istilah tersebut adalah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Dalam bahasa Inggris padanan kata kata mendengarkan adalah to hear, sedangkan padanan kata menyimak adalah to listen. Mendengar bersifat represif pasif dan terjadi secara alamiah karena seseorang memiliki indra pendengaran. Jadi, mendengar bisa tanpa sengaja dan tanpa tujuan, serta yang didengar bisa bunyi apa saja. Artinya bunyi yang didengar tidak hanya bunyi bahasa, tapi bisa bunyi bom, bunyi ombak, dan lain-lain. Dalam kegiatan mendengarkan dilakukan dengan sengaja, penuh kesadaran dan bertujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Laundsteen (1979 : 1) mendengar meliputi cara penerimaan suara sedangkan mendengarkan merupakan penertemahan suara-suara yang masuk dalam arti merupakan proses oleh pembicara dan mengubah arti dalam otak. Jadi mendengar adalah proses yang aktif secara sadar termasuk menghubungkan arti dengan suara yang didengar. Akan tetapi, menurut (Akhadiah, 1995/1997 : 147) dalam kegiatan mendengarkan belum ada keinginan atau upaya pendengar untuk betul-betul memahami makna yang didengarkan, berbeda dengan menyimak. Dalam kegiatan menyimak sudah ada faktor kesengajaan, perhatian, dan usaha pemahaman akan sesuatu yang disimak.
Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sumbernya, sedangkan mendengar dan mendengarkan bisa bunyi apa saja. Jadi, menyimak kandungan makna yang lebih spesifik bila dibandingkan dengan menengar dan mendengarkan. Namun, sekali lagi dalam penggunaannya istilah mendengarkan dan menyimak sering digunakan secara bergantian atau disamakan artinya. Seperti dalam GBPKB TK 2004 istilah yang digunakan adalah mendengarkan. Dalam modul ini pun istilah mendengarkan dan menyimak digunakan secara bergantian.
Lalu apa yang dimaksud dengan menyimak ? Menyimak menurut Anderson, 1972 : 69) menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Pendapat ini dipertegas oleh Tarigan (1990 : 25) bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sejalan dengan itu Sabarti juga mengemukakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan menengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikans ecara lisan.

B. FUNGSI MENYIMAK
Apabila kita amati dalam kehidupans ehari-hari, kegiatan menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang paling banyak kita lakukan diantara tiga keterampilan berbahasa lainnya. Hampir setiap saat kita melakukan kegiatan menyimak. Kegiatan menyimak tersebut kita lakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, seperti melalui media elektronik. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian yang pernah dilakukannya ternyata presentase waktu untuk menyimak paling besar dibanding waktu untuk membaca, menulis dan berbicara yang digunakan responden penelitiannya. Pendpaat ini juga diperkuat oleh Bromley bahwa da dua alasan mengajari anak mendengarkan. Dua alasan tersebut yaitu (1) anak dan orang dewasa sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mendengar (2) kemampuan mendengarkan sangat penting tidak hanya belajar di dalam kelas tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Mendengarkan pidato, berita dan percakapan termasuk keahlian yang sering kita gunakan.
Jika dapat disimpulkan bahwa menyimak memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Demikian pula dalam kehidupan anak. Walaupun kemampuan mendengarkan merupakan kemampuan berbahasa yang secara alamiah dikuasai oleh setiap anak yang normal, ketrampilan menyimak ini harus dikembangkan melalui stimulasi-stimulasi dan latihan-latihan karena keterampilan berbahasa tidak akan dapat dimiliki secara optimal termasuk menyimak di dalamnya kalau tidak dikembangkan dan dilatihkan.
Apa saja fungsi atau peranan menyimak bagi anak ? Sabari (1992 : 149) mengemukakan bahwa menyimak berperan sebagai (1) dasar belajar bahasa, (2) panjang ketrampilan berbicara, membaca dan menulis, (3) penunjang komunikasi lisan, (4) penambah informasi atau pengetahuan. Adapun menurut Hunt dalam Tarigan (1986 : 55) fungsi menyimak adalah (1) memperoleh informasi, (2) membuat hubungan antar pribadi lebih efektif, (3) agar dapat memberikan respon yang positif, (4) mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ketrampilan menyimak dapat berfungsi untuk :
1)Menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Kemampuan berbahasa tidak akan dimiliki oleh seseorang kalau tidak diawali dengan kegiatan mendengarkan. Seorang anak dapat mengucapkan kata mama, papa dan sebagaimana setelah ia sering dan berulang-ulang menyimak pengucapan kata-kata tersebut dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Demikian pula halnya pada saat anak belajar bahasa asing. Kegiatan mungkin diawali dengan menyimak cara pengucapan fonem, kata, dan kalimat sebelum dia bisa mengucapkan sebuah kata dan menggunakannya dalam kegiatan berbicara.
2)Menjadi dasar pengembangan kemampuan bahasa yang harus dimiliki anak sebelum diajarkan membaca. Seperti dikemukakan oleh Tom dan Harriet Sobol, salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sebelum diajarkan membaca adalah kemampuan membedakan auditorial. Artinya anak mampu membedakan suara-suara di lingkungan mereka dan mampu membedakan bunyi-bunyi huruf atau fonem yang mereka dengarkan (2003 : 26). Pendapat ini juga diperkuat oleh Pflaun dan Steinberg dalam Tampubolon bahwa kemampuan anak memahami bahasa lisan menjadi salah satu ciri penanda kesiapan anak diajarkan membaca (1991 : 64).
3)Menunjang ketrampilan berbahasa lainnya
Apabila bahasa pembicara sama dengan bahasa penyimak, maka penyimak dari hasil simakannya akan dapat mengetahui ciri-ciri bahasa pembicara. Hal ini dapat menunjang kemampuan berbicara penyimak. Selain itu, penyimak dari hasil simakannya akan memperoleh tambahan perbendaharaan kata yang dapat meningkatkan ketrampilan berbahasanya, baik lisan (berbicara dan menyimak) maupun tulisan (membaca dan menulis).
4)Memperlancar komunikasi lisan
Setelah menyimak pembicaraan seseorang, tentu penyimak akan dapat mengetahui isi atau makna pembicaraan tersebut, maka akan terjadi komunikasi antar pembicara antara pembicara dan penyimak. Hal ini berarti, menyimak dapat memperlancar komunikasi lisan.


5)Menambah informasi atau pengetahuan
Pengetahuan tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau informasi lainnya tidak hanya diperoleh melalui membaca, tetapi juga melalui menyimak. Pengetahuan baru tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan mendengarkan berita, ceramah, diskusi dan lain sebagainya.

C. TUJUAN MENYIMAK
Bermacam-macam tujuan orang menyimak. Tujuan seseorang menyimak tergantung pada niat setiap orang. Tarigan mengemukakan ada tujuh tujuah orang menyimak, yaitu (1) untuk belajar, (2) untuk memecahkan masalah, (3) untuk mengevaluasi, (4) untuk mengapresiasi, (5) untuk mengkomunikasikan ide-ide, (6) untuk membedakan bunyi-bunyi, (7) untuk meyakinkan. Sejalan dengan pendapat tersebut Sabari juga mengemukakan beberapa tujuan menyimak, yaitu (1) menyimak untuk belajar, (2) menyimak untuk menghibur diri, (3) menyimak untuk menilai, (4) menyimak untuk mengapresiasi, dan (5) menyimak untuk memecahkan masalah.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan menyimak bagi anak adalah :
1)Untuk belajar
Bagi anak TK tujuan mereka menyimak pada umumnya adalah untuk belajar. Misalnya belajar untuk membedakan bunyi-bunyi yang diperdengarkan guru, mendengarkan cerita, permainan bahasa. Jadi, anak TK melakukan kegiatan menyimak lebih cenderung bukan karena keinginan anak iru sendiri tetapi karena ditugaskan sehubungan dengan kegiatan dalam pembelajaran.
2)Untuk mengapresiasi
Artinya menyimak bertujuan untuk dapat memahami, menghayati dan menilai bahan yang disimak. Bahan yang disimak dengan tujuan ini biasanya berbentuk karya sastra, seperti cerita atau dongeng dan puisi.
3)Untuk menghibur diri
Menyimak yang bertujuan untuk menghibur diri artinya dengan menyimak anak merasa senang dan gembira.
4)Untuk memecahkan masalah yang dihadapi
Tujuan ini biasanya ditemui pada orang dewasa. Orang yang sedang punya permasalahan bisa mencari pemecahannya melalui kegiatan menyimak.
Tujuan menyimak ini masih bisa ditambahkan dengan tujuan-tujuan lain yang lain tergantung pada niat seseorang untuk menyimak.
Perkembangan ketrampilan menyimak pada anak berkaitan erat satu sama lain dengan ketrampilan berbahasa khususnya berbicara. Anak yang berkembang ketrampilan menyimaknya, akan berpengaruh terhadap perkembangan ketrampilan berbicara. Kedua ketrampilan berbahasa tersebut merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan dapat merupakan komunikasi yang bersifat tatap muka (Brooks, dalam Tarigan, 1986).
Kemampuan menyimak melibatkan proses menginterpretasi dan menterjemahkan suara yang didengar sehingga memiliki arti tertentu. Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang disampaikan. Sebagian besar anak dapat menyimak informasi dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuannya dalam membaca.
1)Acuiry, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga, misalnya mendengar suara anak yang sedang bermain, mendengar suara mesin tik dan sebagainya.
2)Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara atau bunyi, misalnya suara hujan berbeda dengan suara mesin tik; pertanyaan seseorang tidak sama dengan pernyataan seseorang : duri dan dari berbeda bunyinya dan sebagainya;
3)Auditing, yaitu suatu proses dimana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud kata-kata yang dingkapkan. Sebagai contoh yaitu memahami pernyataan “kamu boleh berlari-lari di taman”; “gerakan badanmu ke kiri dan ke kanan” (Buttery dan Anderson, dalam Bromley, 1991).
Auding melibatkan aspek perkembangan semantik dan sintaksis. Dengan memahami semantik, berarti anak memiliki pengetahuan tentang berbagai arti kata, sedangkan sintaksis berkaitan dengan pemahaman anak terhadap aturan dan fungsi kata.
Bromley (1991) mengemukakan bahwa proses menyimak aktif terjadi ketika anak sebagai penyimak menggunakan auditory discrimation dan acuity dalam mengidentifikasi suara-suara dan berbagai kata, kemudian menterjemahkannya menjadi kata yang bermakna melalui auding atau pemahaman. Menuimak aktif bukanlah sekedar menterjemahkan pesan pembicara, namun terlibat sebagai peserta aktif dengan mendengarkan, mengidentifikasi, dan mengasosialikan arti dengan suara bahasa yang disampaikan. Penyimak yang efektif dapat memusatkan perhatiannya pada apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya, memperhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah pembicara, dan memonitor tentang kesesuaian apa yang mereka dengar dengan yang mereka pikirkan. Penyimak aktif memproses informasi yang datang dan berusaha mengkonstruksi arti suara tersebut.

D. JENIS-JENIS MENYIMAK YANG DIKEMBANGKAN DI TAMAN KANAK-KANAK.
Kemampuan berbahasa merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang diprioritaskan untuk dikembangkan di lembaga ini. Sebelum anak diajarkan membaca dan menulis anak terlebihd ahulu harus memiliki kemampuan menyimak.
Adapun jenis-jenis menyimak yang dapat dikembangkan untuk anak Taman Kanak-Kanak menurut Bromley (1990) adlaah sebagai berikut :
1)Menyimak Informatif
Menyimak atau mendengarkan informasi untuk mengidentifikasi dan mengingat fakta-fakta, ide-ide dan hubungan-hubungan.
Ada beberapa kegiatan yang dapat direncanakan atau ditugaskan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan menyimak informatif.
a. Membiarkan / menyuruh anak menutup mata lalu menundukkan kepalanya di atas meja, kemudian suruh mereka membadakan bunyi (meraut pensil) , mendorong buku, membuka pintu, mendorong kursi) lalu tanyakan kepada mereka untuk menebak suara apa yang muncul.
b. Mengajarkan kepada anak-anak bagaimana menerima pesan telepon secara singkat.
c. Mengajak anak-anak berjalan-jalan
d. Membacakan paragraf pendek tentang ilmu pengetahuan atau ilmu sosial. Kemudian ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa, dan kapan. Jawabannya harus berupa pilihan dan anak untuk menerangkan faktanya untuk dapat menjawab.
e. Membaca sajak atau cerita. Kadang hilangkan sebuah kata atau kalimat pada akhir cerita, kemudian suruh anak melengkapi atau mengisi kata atau kalimat yang hilang tersebut.
f. Ajak anak untuk menggambarkan dalam pikriannya tentang apa yang mereka dengar dari cerita. Kemudian suruh anak melengkapi atau mengisi kata atau kalimat yang hilang tersebut.
g. Ajak anak untuk menggambarkan dalam pikirannya tentang apa yang mereka dengar dari cerita yang Anda bacakan. Diskusikan tentang bagaimana mereka menyusun gambaran visualnya.
h. Menggambarkan sebuah objek di kertas grafik dengan garis yang lurus. Minta anak-anak untuk menadai arah utara, selatan, timur, dan barat pada kertas grafik. Setelah menentukan titik permulaan, berikut petunjuk pada anak langkah demi langkah untuk menggambar sebuah objek, misal ke utara 2 persegi, ke barat 2 persegi. Akan tetapi, jenis kegiatan seperti ini lebih cocok digunakan untuk anak yang sudah lebih besar, seperti anak di SD.
2)Menyimak kritis
Menengarkan kritis lebih dari sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide dan hubungan-hubungan. Kemampuan ini membutuhkan kemampuan untuk menganalisis apa yang di dengar dan membuat sebuah keterangan tentang hal tersebut dan membuat generalisasi berdasarkan apa yang didengar.
Beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan menyimak krisis pada anak adalah sebagai berikut :
a. Membacakan cerita pendek lalu ajak anak untuk mengungkapkan ide utama dari cerita yang mereka dengar. Untuk membantu anak usia Taman Kanak-Kanak mengungkapkan ide cerita bisa dipandu dengan pertanyaan dan guru.
Perlu anda ketahui bahwa manfaat membacakan cerita pada anak-anak disamping dapat mengembangkan kemampuan menyimak mereka juga dapat memberi keuntungan yang lain, yaitu :
1)Merangsang anak untuk ingin membaca
2)Mempertinggi kebebasan kemampuan membaca
3)Memperluas pengalaman dan ketertarikan anak
4)Memperjelas kepada anak tentang buku yang tidak dibaca
b. Membacakan teka-teki dan mengajak anak menebak berbagai jawaban
c. Mengajak anak-anak membuat teka-teki sendiri lalu membacakan pada teman-temannya
d. Mengajak anak menonton cerita pada televisi atau VCD, lalu mintalah kesan anak tentang cerita tersebut. Atau ajukan pertanyaan yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis anak. Misalnya pertanyaan : ”kamu senang tidak dengan cerita tadi?”. Siapa tokoh dalam cerita tersebut ? bagaimana sifat-sifat tokohnya ? Tokoh mana yang kamu sukai ? Mengapa ? ”Dan seterusnya.

3)Menyimak apresiatif.
Menyimak apresiatif adalah kemampuan untuk menikmati dan merasakan apa yang di dengar. Penyimak dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan yang disimaknya. Anak akan terpaku dan terpukau dalam-dalam menikmati dramatisasi atau puisi. Secara imajinatif, penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter dari perilaku cerita yang dilisankan.
Ada tiga media yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menyimak ini, yaitu :
a)Musik merupakan media yang paling nyata untuk membantu anak menghargai dan menikmati apa yang didengar
b)Bahasa yang berirama, meliputi semua sajak. Taman kanak-kanak. Membacakannya dengan lantang di depan anak membantu mereka memahami dan merasakan irama dan ritme bahasanya.
c)Patung visual, berhubungan dengan musik yang menciptakan atmosfer khusus atau irama yang membuat pesan yang disampaikan diperkirakan dapat lebih menambah ketertarikan anak dalam mendengarkan.
Adapun beberapa kegiatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan menyimak apresiatif pada anak adalah sebagai berikut :
1)membacakan anak koleksi cerita, seperti cerita bintang atau cerita lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak untuk mengenalkan anak pada pengulangan kata dan nyanyian yang berulang. Bicarakan tentang perasaan, suasana hati, atau gambaran yang muncul dalam cerita.
2)Membacakan bacaan yang berkualitas pada anak, menggiring perhatian mereka pada penggunaan onomatope (kata-kata yang suaranya seperti artinya) Membicarakan tentang perasaan, suasana hati, atau gambaran yang muncul pada cerita.
3)Membacakan semua tipe puisi pada anak dan membantu mereka merespon isi puisi dengan visualisasi dan perasaan. Gunakan kepekaan penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan. Dorong anak untuk bergabung dan membacakannya sehingga mereka merasakan perasaan puisi tersebut dari pengucapannya sendiri.
4)Berbagi buku puisi bergambar atau buku bergambar. Menurut Glazer (1990) puisi yang diberi ilustrasi yang cantik akan berdampak dua kali lipat pada pembacanya dibandingkan dengan kualitas puisi yang lebih artistik namun tanpa ilustrasi.
5)Mengundang seorang pencerita untuk mengunjungi kelas, sehingga anak dapat belajar untuk menikmati bentuk kesenian khusus.

E. STRATEGI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENYIMAK
Berbagai strategi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Paley dalam Bromley mengemukakan bahwa ada cara yang dapat dilakukan oleh orang dewasa sebagai contoh pada anak agar menjadi pendengar aktif. Cara-cara tersebut diantaranya adalah :
1)Tetap diam, artinya penyimpak tidak menambahkan kata-kata sewaktu terjadi keragu-raguan ketika seorang pembicara sedang berhenti. Yang harus dilakukan adalah tetap diam dan menyerap pesan yang disampaikan. Jadi, di sini guru harus menjadi contoh penyimak yang baik. Jika anak mengajukan pertanyaan, guru jangan langsung menjawab sebelum pertanyaan itu selesai diajukan anak.
2)Teori dan penelitian membuktikan bahwa anak akan belajar lebih banyak jika guru mendengarkan lebih banyak (Bromley).
3)Mempertahankan kontra mata. Cara yang terbaik untuk membatasi informasi yang masuk adalah dengan tetap menjaga kontak mata dengan pembicara. Caranya guru bisa melihat ke sekeliling atau duduk dekat anak.
4)Menggunakan bahasa nonverbal. Seorang pendengar aktif memproses semua informasi yang disampaikan oleh pembicara. Seorang pendengar aktif akan mencoba mendengar apa kata anak dan melihat bagaimana itu menjadi sebuah kenyataan. Jadi, untuk membantu pemahaman anak terhadap apa yang diperdengarkan, guru bisa memanfaatkan bahasa nonverbal, seperti gerakan tanga, mimik atau ekspresi.
5)Menangkap pengertian. Apabila pendengar mendengar suatu ketdiaksesuaian antara apa-apa yang didengar, pendengar dapat menmukan waktu yang tepat untuk menanyakan sebuah pernyataan atau perjanjian.
6)Membagi kesan mental. Pendengar terlibat aktif dalam mendengar dan mengolah apa yang didengar sehingga menjadi lebih mengerti
7)Mendorong berbicara. Bagaimana orang dewasa mendorong anak untuk berani berbicara dan percaya diri ketika di rumah maupun di sekolah
8)Partisipasi kelompok.
Kegiatan yang dapat dilakukan secara berkelompok yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak adalah seperti bekerja berpasangan, bermain peran atau dramatisasi dan lain-lain.
Secara lebih khusus metode-metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menyimak pada anak Taman Kanak-Kanak adalah sebagai berikut :


a. Simak – Ulang Ucap
Metode simak ualng ucap biasanya digunakan dalam memperkenalkan bunyi-bunyi tertentu seperti bunyi kendaraan suara binatang, bunyi pintu ditutup atau juga bunyi bahasa. Bunyi bahasa atau huruf biasanya diperkenalkan pada saat pertama anak belajar membaca atau mengenal bunyi-bunyi huruf.
b. Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Anak mereaksi atas perintah guru. Reaksi anak dalam bentuk perbuatan. Kegiatan ini juga sangat cocok diterapkan di Taman Kanak-Kanak. Seperti untuk mencapai hasil belajar, anak mampu melaksanakan 2-3 perintah secara berurutan. Penggunaan metode ini bisa dilakukan dalam bentuk permainan atau perlombaan. Misalnya anak dibagi menjadi dua kelompok. Kedua kelompok berbaris dengan rapi dan guru menyampaikan aturan permainan, misalnya anak tidak boleh menyebutkan kata yang dibisikkan guru dengan suara keras. Lalu masing-masing kelompok menunjuk siapa komandannya. Kemudian guru membisikkan kalimat perintah pada komandan kelompok dan komandan kelompok membisikkan pada anggota berikutnya. Nanti dilihat kelompok mana yang lebih duluan mengerjakan perintah yang dibisikkan guru. Kegiatan ini bisa dilakukan di luar kelas.
c. Simak – Terka
Guru menyiapkan benda-benda yang tidak diketahui atau tidak diperlihatkan kepada anak. Lalu menyebutkan ciri-ciri benda tersebut dan anak ditugaskan untuk mereka benda yang dimaksud.
d. Menjawab Pertanyaan
Guru menyiapkan bahan simakan berupa cerita. Sangat diharapkan taraf kesukaran cerita baik dari segi isi maupun bahasanya disesuaikan dengan kemampuan anak. Kemudian guru menyampaikan bahan tersebut secara lisan, baik dengan menceritakan maupun dengan membacakannya. Lalu guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan cerita tersebut. pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diajukan pada saat kegiatan menyimak berlangsung. Hal ini bertujuan untuk membantu anak memahami isi cerita. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan misalnya : Siapa yang berbicara anak-anak? Apa yang dibicarakannya? Mengapa ia berbicara? Dimana ia berbicara?. Bentuk pertanyaan atau bahasa yang digunakan dalam pertanyaan juga bisa disesuaikan dengan kemampuan anak.
e. Parafrase
Guru mempersiapkan sebuah puisi yang cocok untuk anak. Guru membacakan puisi tersebut. Anak menyimak dan kemudian ditugaskan menceritakan kembali isi puisi tersebut dengan kata-kata sendiri.
f. Merangkum
Guru menyiapkan bahan simakan berupa cerita yang tidak terlalu panjang. Isi dan bahasanya juga disesuaikani dengan kemampuan anak. Setelah guru menceritakan anak ditugaskan untuk menceritakan isi cerita tersebut dengan kalimat sendiri. Bagi anak TK, kalau anak kesulitan dalam menemukan isi cerita bisa dibantui dengan pertanyaan-pertanyaan oleh guru.
g. Bisik Berantai
Metode ini juga dapat Anda gunakan di Taman Kanak-Kanak. Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang anak. Atau, yang dibisikkan juga bisa berupa tiga kata berurutan sesuai tema tertentu. Lalu anak yang pertama membisikkan pesan atau kata-kata tersebut pada anak kedua. Anak tersebut membisikkan pada anak ketiga atau begitu seterusnya. Anak terakhir menyebutkan isi pesan itu dengan suara keras di depan kelas.
h. Identifikasi Kata Kunci
Metode identifikasi kata kunci ini sebetulnya lebih cocok diberikan untuk anak usia SD artinya untuk anak yang sudah memiliki pengetahuan tentang struktur kalimat.
Dari uraian tentang macam-macam metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menyimak anak, perlu juga diketahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih metode tersebut. Untuk menentukan metode mana yang akan kita gunakan terlebih dahulu guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu apa tujuan yang akan dicapai, situasi dan kondisi kelas, ke sesuai dengan anak, penguasaan atau pengetahuan guru tentang metode tersebut, dan lain-lain.

Latihan
1. Jelaskan perbedaan mendengar, mendengarkan dan menyimak
2. Jelaskan fungsi kemampuan menyimak berikut faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan tersebut !


II. PERKEMBANGAN BERBICARA PADA ANAK
Ketika anak tumbuh dan berkembang, terjadi peningkatan baik dalam hal kuantitas maupun kualitas (keluwesan dan kerumitan) produk bahasanya. Secara bertahap kemampuan anak meningkat, bermula dari mengekspresikan suara saja, hingga mengekspresikannya dengan komunikasi. komunikasi anak yang bermula dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk mewujudkan keinginannya secara bertahap berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas. Hal ini dapat terlihat sejak awal perkembangan dimana bayi mengeluarkan bunyi ”ocehan” yang kemudian berkembang menjadi sistem simbol bunyi yang bermakna. Tanpa diberikan suatu instruksi formal, anak mengetahui tentang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik bahasa.
Sekalipun terdapat perbedaan kecepatan dalam berbahasa pada anak, namun komponen-komponen dalam bahasa tidak berubah. Komponen tersebut terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan pragmatik (Bromley, 1992).
Perkembangan fonologi berkenaan dengan adanya pertumbuhan dan produksi sistem bunyi dalam bahasa. Bagian terkecil dari sistem bunyi tersebut dikenal dengan istilah fonem, yang dihasilkan sejak bayi lahir hingga usia satu tahun. Fonem vokal diekspresikan lebih dahulu oleh anak usia 4-6 bulan daripada fonem konsonan. Fonem seperti m dan a dikombinasikan oleh anak sehingga menjadi ma-ma-ma.
Perkembangan morfologi berkenaan dengan pertumbuhan dan produksi arti bahasa. Bagian terkecil dari arti bahasa tersebut dikenal dengan istilah morfem. Sebagai contoh anak yang masih kecil mengucapkan “mam” yang dapat berarti “saya ingin main bola”.
Sistaksis berkenaan dengan aturan bahasa yang meliputi keteraturan dan fungsi kata. Perkembangan sintaksis merupakan produksi kata-kata yang bermakna dan sesuai dengan aturan yang menghasilkan pemikiran dan kelimat yang utuh. Anak bereksperimen dengan sintaksis sejak 6 tahun pertamai perkembangannya. Pada dua tahun pertama, anak tidak melibatkan kata sandang, kata sifat, maupun kata keterangan dalam mengkomunikasikan maksud maupun perasaannya. Dengan bertambahnya usia anak, seiring dengan perkembangannya dalam berbahasa, anak mulai melibatkan komponen fonologi maupun morfologi lebih banyak dalam mengucapkan kalimat tiga atau empat kata. Selanjutnya, ketika anak mulai menggunakan kalimat yang lebih panjang, anak juga menggunakan intonasi dalam menanyakan suatu informasi, dengan memberikan penekanan pada kalimatnya, seperti: “Ayam makan?”, “kakak sekolah? Dan sebagainya. Kemampuan anak terus berkembang ditandai dengan mulai tampaknya penggunaan kata tanya seperti “siapa”, “apa”, “mengapa”, “kemana” dan “bagaimana” hingga anak menguasai banyak hal tentang struktur sintaksis yang lebih kompleks pada usia menjelang 6 tahun.
Bowler and Linke (1996) memberikan gambaran tentang kemampuan bahasa anak usia 3-5 tahun. Menurut mereka pada usia 3 tahun anak menggunakan banyak kosakata dan kata tanya seperti apa dan siapa. Pada usia 4 tahun anak mulai bercakap-cakap, memberi nama, alamat, usia, dan mulai memahami waktu. Perkembangan bahasa anak semakin meningkat pada usia 5 tahun dimana anak sudah dapat berbicara lancar dengan menggunakan berbagai kosa kata baru.
Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan berbagai arti kata. Perkembangan semantik terjadi dengan kecepatan yang lebih lambat dan lama dibandingkan perkembangan anak dalam memahami fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Perkembangan semantik yang dinamis tidak terlepas dari adanya berbagai cara yang baru dan berbeda yang dipelajari dan digunakan oleh anak maupun orang dewasa. Perkembangan semantik bermula saat anak berusia 9-12 bulan, yaitu ketika anak menggunakan kata benda, kata kerja, dan seiring dengan perkembangannya anak menggunakan kata sifat maupun kata keterangan. Jenis kata yang sifatnya lebih abstrak seperti kata depan dan kata penghubung muncul kemudian. Menurut Harris & Sipay (dalam Bromley 1992), menjelang usia 5-6 tahun, anak dapat memahami sekitar 8000 kata, dan dalam satu tahun berikutnya kemampuan anak dapat mencapai 9000 kata.
Pragmatik berkaitan dengan penggunaaan bahasa dalam mengekspresikan minat dan maksud seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sejak anak masih berusia dini, dimana ia menggunakan hanya satu kata, anak sudah melibatkan komponen pragmatik agar keinginannya tercapai. Ada beragam aturan dalam menggunakan bahasa yang tepat di situasi sosial yang berbeda. Seseorang dapat dikatakan memiliki kompetensi berkomunikasi ketika ia telah memahami penggunaan bahasa tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam hal ini, anak membutuhkan bimbingan dari orang dewasa untuk membimbing mereka menggunakan kalimat yang tepat dalam menyampaikan maksud pada situasi tertentu.
Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakani suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dan dipengaruhi oleh ketrampilan menyimak. Berbicara dan menyimak adalah kegiatan komunikasi dua arah atau tatap muka yang dilakukan secara langsung.
Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata yang diperoleh anak dari kegiatan menyimak dan membaca.

A. PENGERTIAN BERBICARA
Berbicara merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran ide maupun perasaan kepada orang lain secara lisan (Cox, 1999).

B. Ada dua tipe perkembangan berbicara anak :
1)Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepad dirinya sendiri (monolog). Perkembangan berbicara anak dalam hal ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.
2)Socialized Speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi social anak. Berkenaan dengan hal tersebut, terdapat 5 bentuk socialized speech yaitu (1) saling tukar informasi untuk tujuan bersama ; (2) penilaian terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain; (3) perintah, ancaman; (4) pertanyaan, dan (5) jawaban.
Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan meyakinkan seseorang. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi faktor-faktor sebagai berikut: (1) ketepatan ucapan; (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; (3) pilihan kata; (4) ketepatan sasaran pembicaraan. Aspek non kebahasaan meliputi (1) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat; (2) kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain; (3) kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara; (4) relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu.
Hurlock mengemukakan dua kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak, apakah anak berbicara secara benar atau hanya sekedar “membeo” sebagai berikut :
1)Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan objek yang diwakilinya
2)Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah
3)Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar atau menduga-duga.
Penelitian tentang kecakapan berbahasa terus berkembang berdasarkan hasil observasi para ahli tentang bahasa anak. Beberapa ahli sepakat bahwa anak memiliki kemampuan untuk menirukan bahasa orang tua yang dilakukan dengan dua cara yaitu secara spontan, dan melalui penugasan dari orang dewasa untuk meniru bahasa tersebut. Kemampuan anak untuk meniru secara spontan bahasa orang dewasa biasanya dengan mengulang kembali pernyataan yang diberikan dengan menggunakan tata bahasa anak sendiri secara bebas. Dengan demikian para peneliti dapat mengukur batasan kecakapan anak dalam memahami dan mengekspresikan kata-kata. Fraser, Beluggi dan Brown mengembangkan suatu alat tes, yaitu ICP (Imitation Comprehension Production Test). Dalam tes tersebut anak diberikan dua macam bentuk tata bahasa yang berlawanan seperti kalimat aktif dan kalimat pasif. Setelah itu anak diperlihatkan dua gambar sesuai dengan bentuk kalimat yang sebelumnya diberikan. Anak kemudian diminta untuk menunjukkan gambar yang tepat sesuai dengan kalimat yang diucapkan penguji. Pada akhir tes anak harus membuat kalimat sendiri berdasarkan gambar yang diberikan. Jawaban anak menunjukkan kecakapannya dalam memahami kalimat-kalimat tersebut (comprehension) dan membuat kalimat-kalimat sendiri (production).
Para ahli pada umumnya sepakat bahwa penelitian tentang bahasa meliputi perkembangan fonologis (penguasaan sistem suara / bunyi), perkembangan morfologis (penguasaan pembentukan kata), perkembangan sintaksis (penguasaan tata bahasa), perkembangan leksikal (penguasaan kosa kata serta pengetahuan tentang arti kata), dan perkembangan semantik (penguasaan arti bahasa).
Ada beberapa cara orang dewasa mengajarkan bahasa pada bayi sebagai berikut : motherese, recasting (menyusun ulang), echoing (menggemakan), expanding (memperluas), dan labeling (memberi nama). Motherese yaitu berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas dan menggunakan kalimat yang sederhana. Recasting yaitu pengucapan makna suatu kalimat yang sama atau mirip dengan menggunakan cara yang berbeda misalnya dengan mengubahnya menjadi pertanyaan. Echoing adalah mengulangii apa yang dikatakan anak, khususnya ungkapan anak yang belum sempurna.
Expanding ialah menyatakan ulang apa yang dikatakan anak dalam bahasa yang baik ditinjau dari segi linguistik. Labeling adalah mengidentifikasikan nama-nama benda.
Vygotsky (1986) menjelaskan tiga tahap perkembangan bicara anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internal. Tahap eksternal terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasa dari luar diri anak. Sumber berpikir ini sebagian besar berasal dari orang dewasa yang memberikan pengarahan, informasi, dan melakukan tanya jawab dengan anak. Sebagai contoh orang dewasa bertanya: “Kamu sedang apa?” Anak menjawab : “sedang makan”. Orang dewasa tersebut lalu meneruskan pertanyaannya:” Mana sendoknya?”, dan seterusnya. Tahap kedua adalah egosentris dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan. Sebagai contoh : “Ini nasi, ini piring, ini sendok.” Tahap ketiga adalah tahap berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan. Sebagai contoh ketika anak akan menggambar sebuah biskuit, anak menggunakan pemikirannya sendiri: “Apa yang akan saya gambar? Saya ingin menggambar biskuit coklat.”
Perkembangan bicara anak bertujuan untuk menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi-bunyi verbal merupakan hal pokok untuk menghasilkan bicara. Kemampuan berbicara anak akan berkembang melalui pengucapan suku kata yang berbeda-beda yang diucapkan secara jelas. Lebih jauh lagi kemampuan berbicara akan meningkat ketika anak dapat mengartikan kata-kata baru, menggabungkan kata-kata baru dan memberikan pernyataan dan pertanyaan.
Pada anak usia TK (4-6 tahun), kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif dilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini selaras dengan karakteristik umum kemampuan bahasa anak pada usia tersebut. Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami; menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya; menggunakan kata sambung seperti : dan, karena, tetapi, menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa mengapa, kapan, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana.
Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan dari orang dewasa melalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan menemukan pengalaman dan meningkatkan pengetahuannya dan mengembangkan bahasanya. Anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar kemampuannya dalam berbahasa dapat berkembang secara maksimal. Anak yang memiliki hambatan bahasa juga dapat distimulasi untuk memahami bahasa yang sederhana. Dalam hal ini pendidik perlu lebih menekankan penggunaan penguat dibandingkan pengoreksian terhadap kata-kata yang mereka ucapkan. Pendidik juga perlu memahami adanya anak yang menggunakan dua macam bahasa. Pendidik juga perlu memahami adanya anak yang menggunakan dua macam bahasa. Dalam mempelajari bahasa kedua, kemungkinan anak membutuhkan waktu yang lebih lama dalam beradaptasi bahasa anak itu sendiri maupun teman-temannya yang berada dalam kelas yang sama.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini !
1)Jelaskan beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara, seseorang, baik dari aspek kebahasaan maupun non kebahasaan !

III. PERKEMBANGAN MEMBACA
A. PENGERTIAN MEMBACA
Membaca merupakan ketrampilan bahas tulis yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi, kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Anderson dkk. (1985) memandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan. Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacana serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Bahkan lebih jauh dari itu dalam kegiatan membaca, pembaca menghubungkannya dengan maksud penulis berdasarkan pengalamannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca terkait dengan (a) pengenalan huruf atau aksara, (b) bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf, dan (c) makna atau maksud, dan (d) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.
Adapun menurut Hari (1970:3) membaca merupakan interprestasi yang bemakna dari simbol verbal yang tertulis/tercetak. Membaca adalah tindakan menyesuaikan arti kata dengan simbol-simbol verbal yang tertulis/tercetak. Sejalan dengan itu Kridalaksana (1993:13) juga mengemukakan bahwa membaca adalah ”keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras”. Kegiatan membaca dapat bersuara, dapat pula tidak bersuara. Jadi, membaca pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan.

B. PENTINGNYA KEMAMPUAN MEMBACA
Seperti dijelaskan pada pendahuluan, kemampuan membaca sangat penting dimiliki anak. Mary Leonhardt (1999: 27) menyatakan ada beberapa alasan mengapa kita perlu menumbuhkan cinta membaca pada anak. Alasan-alasan tersebut adalah :
1)Anak yang senang membaca akan membaca dengan baik, sebagian besar waktunya digunakan untuk membaca
2)Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi.
Mereka akan berbicara, menulis dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik
3)Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal, dan membuat belajar lebih mudah
4)Kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak
5)Membaca dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang.
6)Anak-anak yang gemar membaca dihadapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan
7)Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka

C. TUJUAN MEMBACA
Tujuan membaca memang sangat beragam, bergantung pada situasi dan berbagai kondisi pembaca. Secara umum tujuan ini dibedakan sebagai berikut :
1)Salah satu tujuan membaca ialah informasi untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dimaksud di sini mencakup informasi tentang fakta dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah canggih. Tujuan ini mungkin berkaitan dengan keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.
2)Ada orang-orang tertentu yang membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Mereka ini mungkin membaca karya para penulis kenamaan, bukan karena berminat terhadap karya tersebut melainkan agar orang memberikan nilai positif terhadap diri mereka. Tentu saja kegiatan membaca bagi orang-orang semacam ini sama sekali tidak merupakan kebiasaannya, tetapi hanya dilakukan sekali-sekali di depan orang lain
3)Ada kalanya ang membaca untuk melepaskan diri dari kenyataan, misalnya pada saat ia merasa jenuh, sedih, bahkan putus asa. Dalam hal ini membaca dapat merupakan submilasi atau penyaluran yang positif, apalagi jika bacaan yang dipilihnya adalah bacaan yang bermanfaat yang sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya
4)Mungkin juga orang membaca untuk tujuan rekreatif, untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan, seperti halnya menonton film atau bertamasya. Bacaanyang dipilih untuk tujuan ini ialah bacaan-bacaan ringan atau jenis bacaan yang disukainya, misalnya cerita tentang cinta, detektif, petualangan,I dan sebagainya
5)Kemungkinan lain, orang membaca tanpa tujuan apa-apa, hanya karena iseng, tidak tahu apa yang akan dilakukan; jadi, hanya sekedar untuk mengisi waktu. Dalam situasi iseng itu, orang tidak memilih atau menentukan bacaan; apa saja dibaca : iklan, cerita pendek, berita keluarga, lelucon dan sebagainya. Kegiatan membaca seperti ini tentu lebih baik dilakukan daripada pekerjaan iseng yang merusak atau bersifat negatif.
6)Tujuan membaca yang tinggi ialah mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini bacaan yang dipilih ialah karya bernilai sastra.
Masih adakah tujuan membaca lainnya yang belum disinggung? Cobalah Anda kemukakan!

D. KEMAMPUAN-KEMAMPUAN KESIAPAN MEMBACA
Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar-dasar kemampuan membaca atau kemampuan kesiapan membaca perlu dikuasai oleh anak terlebih dahulu. Dasar-dasar kemampuan membaca ini diperlukan agar anak berhasil dalam membaca maupun menulis. Seperti dikemukakan oleh Miller bahwa sebelum anak diajarkan membaca perlu diketahui terlebih dahulu kesiapan membaca anak. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah anak sudah siap diajarkan membaca. Di samping itu juga bertujuan agar dapat diketahui kemampuan kesiapan membaca khusus apa yang sebaiknya diajarkan atau dikuatkan pada anak (1977:23). Adapun kemampuan-kemampuan kesiapan membaca yang akan dikembangkan itu adalah sebagai berikut :

1)Kemampuan membedakan auditorial
Anak-anak harus belajar untuk memahami suara-suara umum di lingkungan mereka dan membedakan di antara suara-suara tersebut. Mereka harus memahami konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi, rangkaian, tekanan, tempo, pengulangan dan kontras (suara) membedakan suara-suara huruf dalam alfabet di Taman Kanak-Kanak, terutama suara-suara yang dihasilkan oleh konsonan awal dalam kata. (Anak harus mampu membedakan suara huruf d dari suara t, suara m dari suara n).
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah :
a. Mintalah anak-anak untuk memberi nama sesuatu yang dimulai dengan suara yang sama dengan namanya
b. Ucapkan sekumpulan kata dan mintalah anak-anak untuk memberi tahu Anda kata mana dalam daftar dimulai dengan suara yang berbeda dengan yang lain
c. Tugaskan anak untuk memberi nama setiap benda yang ada dikelas yang dimulai dengan huruf tertentu, misalnya d
d. Tugaskan anak beranjak dengan kata-kata seperti lari, melompat, terbang
Sebelumnya bahan-bahan yang akan diberikan atau kegiatan yang akan dilaksanakan pada bagian ini terlebih dahulu direkam agar anak dapat bekerja dengan mendengarkan petunjuk dan kemudian meresponnya.

2) Kemampuan diskriminasi visual
Anak-anak harus belajar untuk memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-gambar pad foto, lukisan, dan pantonim. Mereka harus belajar untuk melakukan identifikasi warna-warna dasar dan bentuk-bentuk geometris dan mampu menggabungkan objek-objek berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran. Mereka harus mampu membedakani kiri dan kanan warna, bentuk maupun atas dan bawah, dan mengikuti gerakan dari kiri ke kanan maupun dari atas ke bawah. Mereka harus mampu mengatakan bentuk dari gambar latar belakang, mengemukakan detail pada sebuah gambar, dan mengetahui pola-pola visual sederhana. Akhirnya, mereka harus mampu untuk memahami dan menamai huruf besar dan huruf kecil.
Untuk mewujudkan hal ini bisa melalui kegiatan-kegiatan berikut :
a. Suruhlah anak menyelesaikan berbagai macam puzzle
b. Buatlah anak menulis berbagai tulisan nama dan kata yang telah dipelajari
c. Buatlah anak menyalin bentuk-bentuk geometris seperti lingkaran, bujur sangkar, segitiga, dan busur
3)Kemampuan (membuat) hubungan suara – simbol
Pada akhirnya, anak harus mampu mengkaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama mereka dan dengan suara yang mereka representasikan. Ia harus tahu bahwa d disebut de dan menetapkan suara pada awal kata ‘daging’. Sebagian besar anak akan membuat kemajuan awal yang bagus pada kemampuan-kemampuan ini selama masa Taman Kanak-Kanak. Sedikit diantaranya akan menguasai semua kemampuan (menghubungkan) suara simbol hingga masa selanjutnya di kelas (sekolah dasar).

4)Kemampuan perceptual motoris
Anak-anak harus cukup dewasa untuk mampu menggunakan otot halus tangan dan jari mereka dan untuk melakukan koordinasi gerakan dengan apa yang mereka lihat. Mereka harus melatih kemampuan ini sehingga mereka mampu menyusun puzzle sederhana, gambar lukisan tangan, membentuk tanah liat, merangkai manik-manik, menuangkan benda cair, dan atau menggunakan gunting. Mereka harus belajar memegang krayon, spidol ajaib dan pensil, untuk mewarnai gambar-gambar sederhana dalam garis-garis, untuk menjiplak garis dan bentuk di udara dan kertas, untuk menyalin garis dan bentuk tanpa menjiplak. Akhirnya, mereka harus mampu menyalin huruf dan kata, menulis nama mereka, menulis huruf yang memadukan suara.

5)Kemampuan bahasa lisan
Sebagaimana dikatakan, anak-anak masuk ke Taman Kanak-Kanak dengan kemampuan substansial untuk berbicara dan mendengarkan. Meskipun demikian, selama masa Taman Kanak-Kanak, kemampuan-kemampuan ini harus lebih dikembangkan dan diperbaiki. Anak-anak harus belajar mendengarkan, mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat detail, dan memahami ide-ide utama. Mereka harus menggunakan dan memperluas kosa kata bahasa lisan mereka untuk menjelaskan ide-ide, untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa, untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri, atau orang imajiner mereka. Mereka hendaknya menjadi senang berbagai pengalaman dengan bahasa dan gembira dalam belajar dan menggunakan kata-kata baru.

6)Membangun sebuah latar belakang pengalaman
Hal ini bisa dilakukan misalnya melalui bermacam-macami kegiatan berikut :
a. Ceritakanlah sebuah kisah menarik di kelas paling kurang satu kali sehari, hal ini dapat menimbulkan minat membaca anak
b. Buatlah pusat minat di kelas
c. Ajaklah anak menonton film dan mendengarkan rekaman untuk membangun latar belakang pengalaman mereka

7) Interprestasi gambar
Tunjukkan sebuah gambar kepada anak dari buku atau file Anda. Ajaklah anak menginterprestasikan gambar secara kreatif.

8)Progresi dari kiri ke kanan
a. Buatlah kalender kelas bertumpuk
b. Tunjukkan kepada anak bahwa membaca dimulai dari sisi tangan kiri ketika membaca keras kepada anak
c. Buatlah anak melakukan potongan komik dengan rangkaian dari kiri ke kanan

9)Kemampuan merangkai
a. Buatlah anak merangkai gambar seri dengan benar
b. Buatlah anak mengulang cerita yang baru saja didengar atau dibaca dengan benar

10)Penggunaan bahasa mulut
Buatlah sekelompok anak-anak ikut serta dalam kegiatan seperti membagi waktu, percakapan, bermain drama dan bermain peran.

11)Pengenalan melihat kata
Ajarkan kata-kata yang umum dipakai. Anjurkan tiap anak untuk memperhatikan bentuk yang unik atau karakter khusus tiap melihat kata.

12)Lateralisasi
Banyak jenis kegiatan berbeda yang bisa menolong anak-anak belajar untuk membedakan antara tangan kanan dan tangan kiri serta antara kaki kiri dan kaki kanan. Misalnya, mereka bermain game “Simon says”.

13)Koordinasi gerak
Kebanyakan kegiatan dan games yang dimasukkan dalam program pendidikan fisik di sekolah akan membantu meningkatkan koordinasi gerak anak.

E. TANDA-TANDA KESIAPAN MEMBACA
Tanda-tanda kesiapan anak sudah dapat diajarkan membaca adalah sebagai berikut :
1)Apakah anak sudah dapat memahami bahasa lisan ?
Kemampuan ini dapat diamati pada waktu bercakap-cakap dengan anak, atau apabila dia disuruh melakukan sesuatu, atau diberi pertanyaan tentang sesuatu. Pemahaman yang dimaksud disini sudah tentu adalah pemahaman yang dasar, yaitu kalimat-kalimat sederhana dalam konteks komunikasi, dan sesuai dengan perkembangan bahasa anak.
2)Apakah anak sudah dapat mengajarkan kata-kata dengan jelas ?
Inipun dapat diamati pada waktu bercakap-cakap dengan anak, atau ketika anak itu mengatakan atau menanyakan sesuatu. Dapat juga diuji secara informasi dengan menanyakan nama beberapa objek, misalnya :
Ibu : Apa ini? (Sambil memegang kuping anak)
Anak : Kuping
Ibu : Apa ini? (Sambil memegang meja)
Anak : Meja
Kalau kata kuping, meja dan lain-lain diujarkan dengan baik, berarti anak itu telah dapat mengujarkan kata-kata dengan baik. Ini tidak harus berarti bahwa anak itu telah dapat mengujarkan semua kata dengan baik. Yang penting ialahi sejumlah kata telah dapat diajarkan dengan baik.

3)Apakah anak sudah dapat mengingatkan kata-kata?
Percakapan seperti diatas dapat dipergunakan untuk melihat kemampuan ini, terutama dengan menanyakan nama obyek-obyek tertentu. Misalnya : pada suatu hari anak ditanya “Apa ini?” sambil memegang rambutnya. Anak menjawab “Rambut”. Besoknya, pertanyaan yang sama ditanyakan lagi. Jika jawabnya benar, maka dia telah dapat mengingat kata itu.

4)Apakah anak sudah dapat mengujarkan bunyi huruf?
Kemampuan ini sesungguhnya dapat dikatakan sudah tercakup dalam pertanyaan-pertanyaan diatas. Namun baik juga diperhatikan secara khusus. Ini dapat dilihat misalnya dengan meminta anak meniru mengujarkan bunyi huruf-huruf yang diujarkan oleh ibu, misalnya :
Ibu : /a/ (bunyi huruf a)
Anak : /a/
Ibu : /b/ (bunyi huruf b)
Anak : /b/ dan lain-lain

5)Apakah anak sudah menunjukkan minat membaca ?
Hal ini dapat dilihat misalnya dari keinginan anak memegang buku, membuka-bika bacaan lain dan meniru-niru membaca, serta mencoret-coret kertas. Ini berkaitan erat dengan usaha-usaha yang telah dibicarakan terdahulu.

6)Apakah anak sudah dapat membedakan dengan baik ?
Yang dimaksud dengan membedakan di sini terutama ialah membedakan suara (bunyi) dan objek-objek. Jadi, kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan pendengaran dan penglihatan. Kemampuan ini dapat dilihat misalnya dari perilaku anak menanggapi kata-kata suruhan yang berbeda-beda. Dapat juga dilihat apakah anak dapat membedakan berbagai suara dan bunyi di sekitarnya, dengan bertanya “Suara (bunyi) apa itu?”, misalnya. Kemampuan membedakan objek-objek dapat diuji melalui berbagai alat permainanya. Kemampuan membedakan huruf-huruf juga dapat diuji dengan menunjukkan dua huruf yang berbeda dan menanyakan “Sama atau berbeda?” Dalam kemampuan membedakan dimaksud ini termasuk juga kemampuan membedakan arah gerakan, misalnya tangan bergerak dari kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah.


F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMUAN MEMBACA
Kemampuan membaca seperti juga kemampuan menulis merupakan kegiatan yang kompleks, artinya banyak segi dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Anderson (1990: 34) mengemukakan faktor motivasi, lingkungan, keluarga dan guru sebagai faktor yang sangat berpengaruh. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Tampubolon (190 : 90-91) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis terbagi atas dua bagian, yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah faktor-faktor perkembangan baik bersifat biologis, maupun psikologis dan linguistik yang timbul dari diri anak, sedangkan eksogen adalah faktor lingkungan. Kedua faktor ini saling terkait, dengan kata lain bahwa kemampuan membaca dan menulis dipengaruhi secara bersama. Lebih rinci akan diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Faktor-faktor tersebut adalah :
1)Motivasi
Faktor motivasi akan menjadi pendorong semangat anak untuk membaca. Motivasi merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan membaca dalam situasi untuk membaca dapat dibedakan sumbernya. Dalam hal ini ada motivasi intrinsik yaitu yang bersumber pada pembaca itu sendiri dan motivasi ekstrinsik yang sumbernya terletak di luar membaca itu.
Seorang yang memiliki motivasi tinggi atau kuar, tanpa didorong atau disuruh membaca, giat belajar membaca, sedangkan yang tidak bermnotivasi atau motivasinya rendah tentunya enggan membaca. Motivasi adalah sebuah ketertarikan untuk membaca, hal ini penting karena jika ada motivasi akan menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Cara agar siswa termotivasi dan tertarik adalah dengan menyediakan bahan bacaan yang berkualitas tinggi yang memiliki keammpuan belajar yang lebih baik. Cara agar siswa termotivasi dan tertarik adalah dengan menyediakan bahan bacaan yang berkualitas tinggi yang memiliki hubungan dengan kehiduan mereka. Cara lainnya adalah dengan membantu mereka memperjelas apa yang mereka sudah tahu ataupun yang belum diketahuinya sehingga mereka akan mudah menerima dan mengbubungkan dengan informasi baru, cara lainnya juga adalah dengan mengerti tujuan dari membaca dan apa yang diharapkan didapat dari proses membaca tersebut. Selain itu guru bertindak sebagai katalisator motivasi dan ketertarikan serta model bagi siswa.

2)Lingkungan Keluarga
Marrew (1993) berpendapat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya bahwa pembaca dini (yang telah pandai membaca sebelum masuk sekolah) berasal dari keluarga yang berbudaya tuli). Dalam keluarga seperti itu orang tua atau yang lebih besar berperan sebagai model perilaku budaya tuli, sehingga sejak kecil anak telah terlihat dalam kegiatan baca tulis. Seperti yang juga dikemukakan oleh Leonhardt bahwa anak sangat memerlukan keteladanan dalam membaca. Keteladanan itu harus sesering mungkin ditunjukkan kepada anak oleh orang tua. Kemudian seperti yang dialaminya dengan menunjukkan perilaku membaca sesering mungkin pada anak, membuat anak gemar membaca. Seperti kit ketahui bahwa anak-anak memiliki potensi untuk meniru secara naluriah.
Menurut Leichter (1984) perkembangan kemampuan membaca dan menulis dipengaruhi oleh keluarga dalam hal :
a. Interaksi interpersonal
Interaksi interpersonal terdiri atas pengalaman-pengalaman baca tulis bersama orang rtua,s audara dan anggota keluarga lain di rumah.
b. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik mencakup bahan-bahan bacaan di rumah
c. Susana yang penuh perasaan (emosional) dan memberokan dorongan (motivasional) yang cukup hubungan antarindividu di rumah, terutama yang tercermin pad asikap membaca.

3) Bahan Bacaan
Minat baca serta kemampuan membaca seseroang juga dipengaruhi oleh bahan bacaan. Bahan bacaan yang terlalu sulit untuk seseorang dapat mematikan selera untuk membaca. Sehubungan dengan bahan bacaan ini ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu topik atau isi bacaan dan keterbacaan bahan Bromley (1990) menyatakan bahwa bacaan anak-anak adalah bahan kritis dan media dalam mengajar komunikasi secara efektif. Bahan bacaan biasanya mengembangkan semua aspek pelajaran bahasa literatur.
• Memberikan anak-anak kesenangan ...... Untuk anak usia dini penyajian bahan bacaan disertai dengan gambar-gambar yang menarik. Gambar lebih dominan daripada tulisa.

G. PROSESS MEMBACA
Sabarti mengemukakan bahan agar pengembangan membaca dapat dilakukan secara konseptual, perlu diperhatikan beberapa butir teori yang berkaitan dengan perolehan kemampuan membaca. Adapun teori-teori tersebut dikemukakan oleh Morrow (1993) sebagai berikut :
1. Membaca dipelajari melalui interaksi dan kolaborasi sosial artinya dalam proses pemberdayaan membaca dan menulis situasi kelompokl kecil memegang peranan penting.
2. Anak belajar membaca sebagai hasil pengalaman kehidupan
3. Anak mempelajari ketrampilan membaca bila mereka melihat tujuand an kebutuhan proses membaca
4. Membaca dipelajari melalui pembelajaran ketrampilan langsung. Dalam hal ini yang sangat penting disadari oleh guru ialah kebutuhan individual anak-anak yang diakomdasikan dalam stratgegi pembelajaran yang tepat.
5. Holdoway (1986) menyatakan ada empat proses yang memungkinkan anak mempelajari kemampuan membaca atau melihat orang dewasa membaca. Kedua kolaborasi yaitu menjalin kerja sama dengan individu yang memberi dorongan motivasi dan bantuan bila diperlukan. Ketiga proses yaitu anak mencobakan sendiri apa yang sudah dipelajarinya. Keempat unjuk kerja, yaitu dengan berbagi apa yang sudah dipelajari dan mencari pengakuan dari orang dewasa.
6. Kemampuan membaca melalui beberapa tahap. Tetapi setiap anak memiliki laju pencapaiuan tertulisnya sendiri.
Mezoa dan Morrow juga mengemukakan bahwa ada tiga rangkaian perilaku membaca yang berkembang secara terpisah yaitu perhatian terhadap fungsi bentuk dan konversi cetakan. Kemudian Goodman (1984) dan Smith (1971) juga menyimpulkan bahwa pengenalan anak tentang fungsi cetakan (huruf) merupakan langkah pertama dalam proses membaca. Tahap kedua anak lebih memperhatikan bentuk cetakan secara lebih rinci. Selanjutnya pada tahap ketiga anak menyadari adanya konvensi bahwa tulisan dibaca dari kiri ke kanan, tanda baca digunakan dengan suatu maksud, jarak dipakai untuk memisahkan kata atau huruf dan seterusnya (Morrow, 1993).

H. STRATEGI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA DI TK
Bagaimana strategi pengembangan kemampuan membaca yang baik dan tepat di TK perlu diketahui dan dikembangkan oleh guru Taman Kanak-kanak. Jangan sampai pengembangan kemampuan membaca di Taman Kanak-kanak mengadopsi proses pembelajaran yang berlaku di SD. Seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2003 : 25) fenomena yang terjadi di lapangan bahwa sekarang banyak SD yang mengajukan persyaratan atau tes masuk dengan menggunakan konsep akademik terutama tes “membaca dan menulis”. Hal ini apabila tidak ditindaklanjuti dengan benar akan menyebabkan pergeseran tanggung jawab pengembangan kemampuan skolastik (akademik) dari SD ke Taman Kanak-kanak. Akibatnya Taman Kanak-kanak tidak lagi menjadi tempat bermain, bersosialisasi dan mendapatkan teman yang banyak melainkan beralih fungsi menjadi sekolah “Taman Kanak-Kanak” dalam rangka menyekolahkan anak-anak secara dini dan instan.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan strategi pengembangan yang sesuai dengan karakteristik anak Taman Kanak-kanak dan pengembangan harus tetap berpijak pada prinsip-prinsip dasar yang hakiki. Pendidikan Taman Kanak-kanak sebagai sebuah taman bermain, bersosialisasi dan juga sebagai wahana untuk mengembangkan berbagai kemampuan prakolastik yang lebih substansial. Seperti dikemukakan oleh Bromley (1992 : 216) strategi yang digunakan harus menyediakan dengan tepat sesuai minat yang dibutuhkan anak, juga melibatkan anak dan situasi yang berbeda dalam kelompok kecil, kelompok besar atau secara individual.
Strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan membaca di Taman Kanak-kanak adalah dengan pendekatan pengalaman berbahasa. Pendekatan ini diberikan dengan menerapkan konsep DAP (Developmentally Aproppriate Practice).
Pendekatan ini disesuaikan dengan karakteristik pembelajar di Taman Kanak-kanak, yakni melalui bermain dengan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk mengembangkan kmampuan membaca serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat memberikan berbagai pengalaman bagi anak. Selain itu perlu juga memperhatikan motivasi dan minat anak sehingga kedua faktor itu betul-betul memberikan pengaruh yang besar dalam pengembangan kemampuan membaca. Strategi ini dilaksanakan dengan memberikan beragam aktivitas yang memperhatikan perkembangan kemampuan membaca yang dimiliki anak.

I. TUJUAN PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA
1)Pengembangan Sikap Positif terhadap Membaca
Sikap positif terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dapat ditingkatkan melalui strategi berikut :
a. Menciptakan lingkungan budaya baca tulis yang kaya.
b. Menciptakan kegiatan membaca cerita yang menyenangkan dengan menggunakan teinik dan sarana cerita yang menarik.
c. Merancang kegiatan membaca cerita yang menyenangkan dengan menggunakan teknik dan sarana cerita yang menarik

2)Pengembangan Konseop Tentang Buku dan Pemahaman Teks
Konsep tentang buku mencakup konsep tentang :
a. Fungsi buku (untuk membaca)
b. Bagian buku (depan belakang, atas-bawah)
c. Cara membuka, membalik halaman
d. Isi buku (tulisan-gambar)
e. Hubungan antar gambar pada satu halaman dengan tulisannya
f. Permulaan tulisan pada setiap halaman
g. Makna judul
h. Ilustrator (Morrow, 1993)
Selanjutnya Morro (1993) mengemukakan anak mengembangkan pemahaman tentang tulisan jika :
a. Berusaha membaca buku yang terkenal
b. Melibatkan diri dalam pembcanaan cerita ketika cerita itu dibacakan
c. Menceritakan kembali isi cerita tanpa buku
d. Memasukkan unsur-unsur cerita pada waktu menceritakan kembaliu cerita itu (latar tema, alur, pemecahan).
e. Mengemukakan pertanyaan literal sesudah membaca
f. Mengemukakan pertanyaan interpretatif yang meramalkan kelanjutan cerita
g. Mengemukakan pertanyaan kritis yang menganalisis informasi, menarik kesimpulan membedakan fakta dan pendapat dan fantasi; serta menggunakan informasi dalam bacaan
h. Menggunakan bahan refrensi lain untuk menambah informasi tentang bacaan (Morrow, 1993).
Untuk mengembangkan konsep tentang buku dan pemahaman teks itu dapat diterapkan berbagai teknik. Teknik teknik tersebut dapat memanfaatkan karya sastra untuk anak antara lain :
a. Membaca buku favorit
b. Dorect reading – Thninking anda Listening Thinking Activities (DRT and LTA)
Teknik DLT maupun LTA mendorong anak untuk berpikir secara terarah. Selain itu teknik tersebut mengembangkan sekaligus kemampuan bahasa secara utuh.

J. METODE PENGEMBANGAN MEMBACA UNTUK ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK
1. Pendekatan pengalaman bahasa
Dalam pendekatan ini guru menggunakan kata-kata anak sendiri untuk membantunya belajar membaca. Kata-kata itu dapat berupa penjelasan suatu gambar atau suatu cerita pendek yang dimasukkan ke dlaam suatu buku.
Mula-mula anak itu mengatakan kepada guru apa yang harus ditulis. Setelah beberapa waktu anak-anak dapat menyalin tulisan guru dan akhirnya dapat menulis kata-kata mereka sendiri.
Banyak guru menggunakan metode ini sebagai suatu pendekatan pertama untuk membaca. Membaca kata-kata mereka sendiri membantu anak-anak memahami bahwa kata yang tertulis adlaah untuk komunikasi makna.
Jadi, kekuatan dari pendekatan pengalaman bahasa yang utama adalah dapat membuat anak menggunakan pengalaman mereka sendiri sebagai bahan utama pelajaran membaca. Keunggulan lain dalam pendekatan ini anak menggunakan pola bahasa mereka sendiri, mereka dapat membaca lebih efektif daripada membaca pola bahasa yang ada dalam buku (Miller, 1977 : 44).

2. Fonik
Metode ini mengandalkan pada pelajaran alfabet yang diberikan terlebih dahulu kepada anak-anak, mempelajari nama-nama huruf dan bunyinya. Setelah mempelajari bunyi huruf mereka mulai merangkum beberapa huruf tertentu untuk membentuk kata-kata.
b-a-k r-a- k p-a- k t-a- k
Untuk memberikan latihan membaca kepad aanak-anak dlam keterampilan ini, buku-buku cerita haruslah dipilih secara terencana, sehingga semua kata bersifat regular, dapat dibunyikan. Luar biasa sukarnya untuk menulis buku dengan kata-kata yang secara fonik bersifat reguler, yang menarik untuk dibaca anak-anak.
Satu dua tiga
Si gendut naik kuda
Anak kekurangan dalam menggunakan metode fonik sebagai pendekatan pertama untuk membaca. Mempelajari bunyi yang terpencil sangat abstrak bagi anak kecil. Ini tidak berarti apa-apa biasanya mereka menganggapnya sebagai membosankan.
Mereka juga harus benar-benar memusatkan pikiran akan pembunyian kata-kata sehingga mereka tidak mampu mengucapkan kata dengan benar tanpa mempunyai gambaran akan artinya. Anak-anak yang diajar hanya dengan metode ini akan belajar dan mengucapkan kata-kata tak bermakna dengan sangat benar, sedangkan jika kata-kata itu dalam kalimat mereka segera tahu bahwa kata-kata itu tidak berarti.
Karena alasan-alasan inilah metode fonik biasanya tidak diajarkan sampai anak-anak dapat memahami dengan baik dasr-dasar membaca. Tetapi anak-anak yang besr yang merasakan kesukaran membaca, sering merasa pendekatan fonik ini baik bagi mereka.
Tidak ada bukti pasti bahwa salah satu metode itu lebih unggul daripada yang lain. Kebanyakan guru cenderung menggabung sejumlah metode yang berlainan. Anak-anak yang berlainan memperoleh manfaat dari metode yang berlainan pada tahap yang berlainan.

3. Lihat dan Katakan
Dalam metode ini anak-anak belajar mengenali kata-kata atau kalimat-kalimat keseluruhan, bukanya bunyi-bunyi individu. Mereka memandangi kata-kata, mereka mendengar kata itu diucapkan dan kemudian mereka mengulangi ucpan itu.
Dua puluh tahun yang lalau orang lazim menggunakan kartu dengan dilihatkan sekilas dalam mengajar dengan metode ini. Kartu-kartu itu dipegang untuk dikenali anak-anak, tapi karena tidak ada petunjuk untuk membantu mereka, si anak menebak-nebak.
Sekarang umumnya diakui bahwa lebih baik menunjukkan seluruh kalimat lebih dahulu, dan lebih baik diiringi gambar, kemudian seperangkat kartu kata-kata yang sepadan ditaruh di bawah kalimat, dan akhirnya hanya kartu-kartu itu untuk membuat sebuah kalimat.
Dengan cara lain anak-anak dapat memperoleh makna dari dalam kata-kata tercetak dari tahap paling awal belajar membaca.

4. Metode pendukung konteks
Bila anak-anak sedang belajar membaca, sangatlah penting bahwa mereka menggunakan buku yang benar-benar menarik bagi mereka. Meskipun demikian mereka tidak dapat menangani terlalu banyak kata baru, dan sukarlah untuk menulis cerita yang menarik dengan kata-kata yang terbatas banyaknya. Untuk mengatasi masalah ini diterbitkan beberapa buku yang memberikan dua versi dari suatu cerita. Bersi panjang seringkali dicantumkan pad asatu halaman dan pada halaman sebelahnya ada versi yang lebih pendek.
Kadang-kadnag versi panjang ditaruh pada bagian bawah halaman dan versi pendek dalam gelembung-gelembung bicara. Anak itu mendengar versi panjang sebelum membaca sendiri versi pendeknya. Perbendaharaan kata-kata yang lebih terbatas dari versi pendek dihidupkan karena anak itu dapat mengaitkan dengan apa yang telah ia dengar.
Ini merupakan cara yang relatif baru dalam mengajar membaca dini. Cara ini memang membantu untuk membuat kata yang tercetak lebih menarik dan bermakna bagi seorang anak.


IV. PERKEMBANGANM MENULIS PADA ANAK
A. PENGERTIAN
Menulis merupakan slah satu media untuk berkomunikasi, dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna. Menurut Poerwodarminto (1982), menulis memiliki batasan sebagai berikut : (1) membuat huruf, angka dan lainnya dengan pena, kapur dan sebagainya (2) Mengepresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan lainnya dengan tulisan. Senada dengan pertanyana tersebut Badudu (1982) mengemukakan bahwa menulis adalah menggunakan pena, potlot, ball ppoint di atas kertas, kain ataupun papan yang menghasilkan huruf, kata, maupun kalimat. Dengan demikian menulis bukanlah sekedar membuat huruf-huruf ataupun angka pada selembar kertas dengan menggunakan berbagai alternatif media, melainkan merupakan upaya untuk mengkspresikan perasaan dan pikiran yang ada pad diri individu.
Dalam Webster New World Dictionary (1988) menulis diartikan sebagai suatu kegiatan membuat pola atau menuliskan kata-kata, huruf-huruf,. Ataupun simbul-simbul pada suatu permukaan dengan memotong, mengukir atau menandai dengan pena ataupun pensil.
Kegiatan menulis di TK harus memperhatikan kesiapan dan kematangan anak. Kegiatan tersebut dapat dilakukan jika perkembangan motorik halus anak telah matang dimana terlihat dari kemampuannya dalam memegang pensil. Pada awalnya anak hanya memegang pensil untuk mencoret-coret namun seiring perkembangannya anka akan mengkonsentrasikan jari-jarinya untuk menulis lebih baik. Ada dua kemampuan yang diperlukan anak untuk menulis yaitu kemampuan meniru bentuk, dan kemampuan menggerakkan alat tulis.
Menurut Brewer, ada 4 tahapan dalam kemampuan menulis sebagai berikut :
1) Scribble Stage, yaitu tahap mencoret atau membuat goresan. Pada tahap ini anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulis. Pada tahapa ini mereka mulai belajar tentang bahasa tulis dan cara mengerjakan tulisan tersebut.
2) Liniear Repetitive Stage, yaitu tahap pengulangan linear. Pada tahap ini anak menelsusuri bentuk tulisan yang horizontal.
3) Random Letter Stage, yaitu tahap menulis random. Pada tahap ini anak belajar tentang berbagai bentuk yang merupakan suatu tulisan dan mengulang berbagai kata ataupun kalimat.
4) Letter Name Writing of Phonetic Writing, yaitu tahap menulis nama. Pada tahap ini anak mulai menyusun dan menghubungkan antara tulisan dan bunyinya. Anak mulai menulis nama dan bunyi secara bersamaan.
Morrow (1993) membagi kemampuan menulis anak menjadi 6 tahapan sebagai berikut :
1) Writing via Drawing, yaitu menulis dengan cara menggambar
2) Writing via Scribbling, yaitu menulis dengan cara menggores. Anak seringkali mencoret dari arah kiri ke kanan seakana mencontoh tulisan orang dewasa.
3) Writing via Making Letter – like forms, yaitu menulis dengan cara membuat bentuk seperti huruf. Anak tidak hanya membuat goresan, tetapi sudha melibatkan unsure kreasinya.
4) Writing via Reproducing Well-Learned Unit or Letter Stings, yaitu menulis dengan cara menghasilkan huruf-huruf atau unit yang sudah baik. Anak menulis huruf-huruf dengan mencontoh misalnya mencoba menuliskan namanya.
5) Writing via Invented Spelling, yaitu menulis dengan mencoba mengeja satu persatu. Dalam tahap ini anak mencoba mengeja dengan cara coba-coba salah (trial and error).
6) Writing via Invented Spelling., yaitu menulis dengan mencoba mengeja satu persatu. Dalam tahap ini anak mencoba mengeja dengan cara coba salah (trial and error).
7) Writing via Conventional Spelling, yaitu menulis dengan cara mengeja langsung. Dalam tahap ini anak lebih dapat mengeja secara benar baik dari segi susunan maupun ejaannya.
Feldman (1991) memberikan batasan tentang tahapan kemampuan menulis pada anak sebagai berikut :
1)Scrible on the Page, yaitu membuat gioresan pada kertas. Dalam tahap ini anak membuat gambar ataupun huruf-huruf yang terpisah.
2)Copy Word, yaitu mencontoh huruf. Anak mulai tertarik untuk mencontoh huruf huruf seperti dalam kata mama, papa dan sebagainya.
3)Invented Spelling, yaitu belajar mengeja. Dalam tahap ini anak mulai menemukan cara mengeja dan menuliskan huruf sesuai dengan bunyinya.
Tahapan kemampuan menulis di atas merupakan gambaran kemampuan menulis anak yang berawal dari tahapan yang sederhana sampai tahapan yang lebih tinggi. Munculnya kemampuan menulis ditandai dengan adanya ketertarikan anak pada kegiatan menulis yang bermula dari mencoret, mencoba menulis huruf, menulis namanya sendiri dan meniru kata atau tulisan.


LATIHAN SOAL MEMBACA
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas silahkan Anda mengerjakan latihan berikut ini !
1)Jelaskan pengertian membaca dengan kata-kata Anda sendiri !
2)Mengapa kemampuan membaca penting dimiliki anak ?
3)Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pada anak ?
4)Jelaskan apa saja tujuan orang membaca ?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN
Diskusikan soal latihan di atas dengan teman Anda atau dalam kelompok kecil. Dengan demikian Anda akan memperoleh jawaban yang lebih mendalam. Kemudian ferleksikanlah hasil diskusi tersebut dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri. Bila Anda dapat melakukannya dengan baik, berarti Anda telah memahami kegiatan belajar ini.
Dalam rangka memantapkan pemahaman Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari, bacalah rangkuman berikut ini.

V. PERMAINAN BAHASA DI TAMAN KANAK-KANAK
A. BERMAIN SEBAGAI PEMICU PERKEMBANGAN BAHASA
Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan, diperoleh temuan bahwa bermain dan permainan mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Kegiatan bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna bagi anak. Misalnya saja untuk memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman, menambah perbendaharaan kata, menyalurkan perasaan perasaan tertekan dan masih banyak sekali manfaat lain yang dapat dipetik dari kegiatan bermain dan permainan.
Khusus untuk pengembangan kemampuan bahasa, permainan memiliki manfaat yang sangat baik bagi anak. Dengan teman-teman sebayanya anak perlu berkomunikasil pada mulanya melalui bahasa tubuh, tapi dengan meningkatnya usia dan bertambahnya perbendaharaan kata , ia akan lebih banyak menggunakan bahas alisan. Anak akan belajar kata-kata baru, sehingga memperkaya perkembnangan bahasanya serta mampu menggunakan bahasa secara lebih terampil serta luwes. Semua ini dapat diperoleh anak melalui kegiatan permainan bahasa, di mana anak akan dapat menyusun kemampuan bahasanya. Model pembelajaran dengan kegiatan permainan dan bermain aktif ini akan memberikan rasa aman dan lingkungan yang meningkatkan minat dan motivasi pada anak.
Menciptakan model pembelajaran dengan permainan jelas membutuhkan persiapan permainan itu sendiri, yaitu tentang apa yang akan dimainkan anak dengan mengacu pada keterampilan tertentu. Namun perlu diingat bahwa kemampuan anak tidaklah selalu sama. Walau begitu, kegiatan bermain akan mampu memenuhi segala macam tingkat kemampuan anak untuk mendapatkan apa yang dibutuhkannya.

B. PERMAINAN BAHASA UNTUK MELATIH KEMAMPUAN MENDENGARKAN.
Mampu mendengarkan dengan benar dan tepat merupakan bagian yang penting dalam belajar dan berkomunikasi dan juga penting dalam tahap-tahap dalam belajar bahasa tulisan. Mendengarkan adalah suatu kemampuan / ketrampilan yang harus dipelajari lewat praktek oleh anak. Anak-anak memerlukan dorongan untuk mendengarkan dengan segala perhatiannya. Guru dapat memperdengarkan bunyi-bunyian yang berlainan dan membicarakan tentang bunyi-bunyi tersebut serta melakukan berbagai permainan yang dapat memberikan semangat mendengarkan pada diri anak.
Tahap pertama dalam belajar mendengarkan adalah menyadari sebanyak mungkin bunyi yang berlainan. Hanya dengan mengacu ke berbagai macam bunyi-bunyi dan membicarakannya akan sangat menolong dan mengenalkan kepada anak-anak kata-kata yang dengan kata itu bunyi itu diberikan.

1.Permainan mendengarkan
Berikut ini akan diuraikan contoh-contoh kegiatan permainan mendengarkan untuk melatih kemampuan menyimak atau mendengar pada anak.
a. Ada berapa bunyi ?
Ada berapa banyakkah bunyi di lingkungan sekitar kita ? Ajaklah anak-anak untuk menutup matanya dan tidak bergerak-gerak dan tanpa bersuara. Kemudian periksa berapa banyak suara/bunyi yang dapat mereka dengar dari lingkungan sekitarnya.
b. Apa yang sedang saya lakukan sekarang ini ?
Suatu orang anak menutup matanya dan harus menebak apa yang sedang dilakukan oleh anak yang lain yang sedang membuka sebuah pintu, memantulkan bola, atau membuka koran dan kegiatan lainnya yang menimbulkan suara.
c. Apa yang menimbulkan suara itu ?
Pilihlah tiga atau empat benda yang menghasilkan suara yang berlainan. Dengarkan suara-suara itu. Anak menutup matanya sementara Anda menyingkitkan salah satu benda tersebut. Kemudian minta anak menyebutkan benda apa yang disingkirkan tersebut.
d. Bunyi kertas
Anak-anak diajak mendengarkan bersama bunyi yang berlainan, yang dihasilkan dari kertas yang dirobek, diremas atau dilambai-lambaikan. Anak harus menutup matanya dan menebak apa yang sedang dilakukan guru dengan kertas tersebut. Cobalah untuk melakukan hal yang sama dengan menggunakan jenis-jenis kertas yang berlainan.
e. Bunyi benda jatuh
Pilihlah tiga benda yang berlainan seperti mislanya uang logam, jepit kertas dan sebatang pensil untuk dijatuhkan ke dalam sebuah boks atau kaleng. Anak harus menutup matanya dan menebak benda apakah itu.

f. Bunyi yang direkam dengan tape rekorder
Rekamlah sejumlah bunyi dan suara yang dikenali oleh anak dan periksalah apakah anak dapat mengenali suara-suara itu ketika diperdengarkan di depan kelas. Guru dapat melukis gambar untuk menyajikan bunyi-bunyian itu pada lembar-lembar kartu. Jika anak mendengar suatu suara dari rekaman maka anak harus membalikkan kartu yang perpadanan dengan suara itu.
g. Perintah yang dibisikkan
Anak mendapatkan perintah melalui bisikan yang dilakukan guru atau temannya. Mulailah dengan satu perintah misalnya, ”duduklah di atas bantalan”, kemudian tambahkan satu perintah lagi. Ambillah sebuah buku.” Dan begitulah seterusnya dengan perintah-perintah lain.
h. Kocok dan pasangkan
Dalam kegiatan ini diperlukan sekumpulan wadah kosong yang memadai beserta tutupnya, misalnya bekas wadah film atau karton bekas keju. Taruh sedikit bahan yang berlainan, seperti misalnya pasir, kerikil, beras, jepit kertas atau gula di dalam wadah-wadah ini. Bahan yang sama ditaruh dalam dua wadah. Anak diminta untuk mengocok wadah-wadah itu dan membandingkan wadah-wadah yang sama bunyinya. Kemudian guru dapat mengocok tiga wadah bergiliran. Anak harus mengingat urutan suara itu, mencari bunyi yang benar dengan urutan yang benar pula.

C. PERMAINAN BAHASA UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERBICARA.
Cara terbaik untuk mendorong perkembangan bahasa anak adalah dengan menyisihkan waktu untuk berbicara dengan mereka. Doronglah anak untuk mengungkapkan pendapat, perasaan, melontarkan pertanyaan dan mengambil keputusan. Bahas dan jelaskan kata-kata baru bilamana anak menunjukkan perhatian terhadap kata-kata baru tersebut. Anak belajar kata-kata baru dengan mendengar kata-kata itu yang digunakan dalam konteks tertentu. Guru dapat mengajak anak untuk membicarakan bunyi kata-kata, kata-kata lain dengan bunyi dan makna yang mirip, dan kata-kata yang maknanya berlawanan.
Anak-anak akan belajar banyak dengan mendengarkan pembicaraan. Inilah salah satu alasan untuk menyertakan anak-anak atau orang dewasa lain dalam kegiatan pengembangan bahasa. Janganlah mengoreksi apa yang anak katakan atau mengkritik cara mereka mengungkapkan dirinya, atau dengan mencoba menghentikan mereka menggunakan bahasa bayi. Peragakan cara pengucapan kata yang benar dengan menerangkan kata dalam pembicaraan.
Memberikan kegiatan yang menarik dan merangsang merupakan suatu bagian penting dalam mendorong perkembangan bahasa. Anak harus mempunyai sesuatu yang ingin mereka ungkapkan sebelum mereka dapat menggunakan dan mempraktekkan kata-kata, frase dan ungkapan baru yang telah mereka peroleh. Pergi keluar sekolah (field trip), bermain dan membuat benda-benda, semuanya memberikan pengalaman untuk dibicarakan. Di bawah ini akan diuraikan beberapa gagasan untuk mendorong anak agar mampu mengungkapkan diri dengan kata-kata melalui permainan berbicara.
1. Permainan Berbicara
Permainan berbicara atau permainan deskriptif adalah permainan yang menuntut anak-anak untuk menguraikan benda dengan mendorong anak untuk mencari kata-kata dan membantu mereka berbicara dan berpikir dengan lebih jelas. Berikut ini adalah contoh contoh kegiatan permainan berbicara.
a. Kotak raba
Letakkan objek-objek rumah tangga atau ruang kelas dalam satu boks yang telah dilubangi sampingnya. Kemudian anak memasukkan kedua tangannya ke dalam kotak dan mencoba menguraikan apa yang dirabanya sebelum menebak benda apa itu. Versi lain dimainkan dengan tiga orang. Satu orang meletakkan objek ke dalam kotak, yang kedua merabanya dan mencoba menguraikannya, yang ketiga menebak benda apa itu.
b. Pemberian gambar
Secara bergiliran anak mengatakan sesuatu mengenai suatu gambar dalam sebuah buku atau majalah, dengan mula-mula mengulangi semua pernyataan yang telah dilakukan sebelumnya. Permainan ini baik untuk daya ingat dan mengembangkan daya pengamatan maupun bahasa. Guru dapat menyesuaikan dalam banyak cara mislanya : ”Pada pulau ajaibku aku akan mempunyai...”
c. Mencari hubungan
Permainan sederhana ini meminta anak untuk memberikan hubungan antara dua objek nyata sekitar rumah, sekolah atau kebun atai lukisan gambar sederhana pada potongan-potongan kartu kecil. Biarkan juga anak-anak mengumpulkan pasangan pasangan objek mereka sendiri dan menjelaskan mengapa mereka mengumpulkannya.
d. Permainan fantasi
Permainan fantasi adalah permainan yang melibatkan anak-anak untuk membayangkan diri dalam peran atau situasi. Contoh-contoh permainan fantasi adalah sebagai berikut :
1)Bermaian boneka
Sering para ahli menggunakan boneka untuk anak-anak yang mempunyai masalah bicara atau komunikasi. Beberapa anak memainkan boneka-boneka ini tepat sama seperti mereka bermain boneka. Beberapa anak lain memungkinkan ingin memainkannya dalam suatu pertunjukan. Beberapa anak benar-benar tidak menyukai boneka, jadi jangan paksa mereka jika mereka tidak tertarik.
2)Permainan Berdandan
Cobalah membuat kumpulan pakaian asesori untuk berdandan dengan mengumpulkan pakaian bekas dari orangtua anak, serta mencari barang obralan dan toko loakan. Permainan ini sangat disukai anak karena seringkali anak-anak menganggap asesori dandanan seperti topi, perhiasan dan tas, lebih penting daripada sekedar pakaian.
3)Permainan Kotak karton
Kotak karton dengan berbagai bentuk dan ukuran dapat menciptakan aneka ragam situasi bermain. Fantasi yang berlainan. Kotak-kotak besar dapat dijadikan rumah, gua atau ruang kecil. Kotak ukuran sedang menjadi kendaraan, meja, bangku, dan loket, dan kotak kecil dapat dijadikan garasi, rumah pertanian dan rumah-rumah miniatur.

D. PERMAINAN BAHASA UNTUK MELATIH KEMAMPUAN MEMBACA.
Terdapat hubungan yang erat antar perkembangan berbahasa dan belajar membaca. Sebelum kita membaca, anak-anak harus mengetahui dan menggunakan perbendaharaan kata-kata dasar dengan baik. Mereka harus dapat memahami kata-kata yang mereka lihat tercetak jika mereka telah menemui kata-kata tersebut dalam pembicaraan. Anak-anak yang dapat berbicara dengan baik dan banyak cenderung akan menjadi pembaca yang baik pula.
Cara terbaik untuk membantu anak belajar membaca adalah membacakan buku baginya dan bersamanya serta mempunyai banyak buku yang menarik di dalam kelas. Membuat anak sadar akan kata yang tertulis disekitarnya dan menuliskan hal-hal untuknya juga akan sangat berguna.
Permainan kata dan huruf dapat memberikan suatu situasi belajar yang santai dan informal, bebas dan ketegangan dan kecemasan. Anak-anak dengan aktif dilibatkan dan dituntut untuk memberikan tanggapan dan membuat keputusan. Dalam memainkan suatu permainan anak-anak dapat melihat sejumlah terbatas kata-kata berkali-kali, namun tidak dalam cara yang membisankan dan berulang-ulang.
Bermain dengan kata-kata haruslah menyenangkan dan bahwa belajar membaca itu suatu hal yang menyenangkan. Bermainlah hanya jika anak menginginkannya. Janganlah membuat permainan itu tampak sebagai suatu kewajiban. Permainan permainan ini haruslah sesuai dengan kegiatan permakinan lainnya yang dilakukan besama-sama.
Berilah banyak ganjaran (reward) berapa pujian dan semangat dan hindari kesan dilakukan bersama-sama dengan anak. Pertama-tama sebagai sasaran utama guru harus mencari cara-cara yang menyenangkan dari :
1. Memasangkan suatu kata dengan suatu gambar
2. Memasngkan suatu kata tertulis dengan kata yang diucapkan
3. Memasangkan suatu kata tertulis dengan suatu kata tertulis
4. Memasangkan suatu huruf awal dan suatu gambar
5. Memasangkan bentuk-bentuk huruf dengan bunyi huruf

1. Permainan Kata dan Huruf
Memisahkan permainan yang melibatkan pengenalan huruf-huruf alfabet dan kata-kata utuh adalah suatu yang kebanyakan anak-anak akan menyukainya asalkan dilakukan dengan cara yang benar. Permainan ini juga dapat membentuk dasar pelajaran membaca dan menulis. Meskipun demikian, tidaklah bijaksana untuk terlalu menekankan pada aspek ”belajar membaca” dari permainan-permainan ini. Jika ini mulai mengungguli unsur bermain, maka lebih banyak akan berakibat buruk pada anak.

2. Kapan anak siap untuk permainan ni ?
Anak akan siap apabila mereka menunjukkan perhatian pada saat guru menunjuk kata-kata dan huruf-huruf pada rambu-rambu atau di dalam buku, atau menuliskan kata kata itu untuk mereka. Melihat namanya sendiri ditulis biasanya menggugah perhatian anak pada tahap ini dan biasanya huruf pertama pada namanya merupakan huruf yang pertama-tama mereka kenali. Mereka akan lebih tertarik jika mereka menikmati nama itu dibaca dan memunyai sesuatu pemahaman akan kegunaan membaca. Anak harus telah mengembangkan dengan baik kesadaran akan rincian sehingga mampu mengenali perbedaan antara bentuk-bentuk huruf. Konsentrasi dan memori mereka juga harus dikembangkan secukuonya.

E. Memulai Mengenali Kata dan Huruf
Setelah anak-anak terbiasa melihat-lihat buku, melihat lihat hal-hal yang ditulis, dan memperhatikan kata-kata dalam lingkungan mereka lambat laun mereka akan mampu mengenali kata-kata dan huruf-huruf satu demi satu. Pada tahap ini mungkin guru akan akan menghadapi pertanyaan : haruslah memusatkan perhatian pada kata atau huruf ? bagaimana menyebut huruf-huruf itu ? bagaimana seharusnya menuliskannya ? Berikut ini beerapa paduan.
1. Mengenali kata
Ketika anak mulai mengenali huruf dan kata, sebaiknya tunjukkan kata-kata itu kepada mereka, terutama nama teman-teman, keluarga, hewan peliharaan dan mainan. Ketika Anda menunjukkan sesuatu kata ucapkan beberapa kali, tetapi jangan terlalu menyolok. Janganlah mencoba mengajarkan kata-kata yang tidak umum tanpa memberikan konteks ataupun petunjuk mengenai maknanya. Gambar dengan kata-kata label pada objek, tanda dalam situasi-situasi, semuanya ini memberikan suatu konteks kepada kita itu. Adalah suatu terobosan besar bila seorang anak dapat mengenali sendiri suatu huruf. Janganlah mengharapkan hal ini terlalu cepat terjadi.
2. Huruf Kapital dan Huruf Kecil
Banyak huruf kapital (besar) sangat berbeda dengan huruf kecil padanannya. Untuk mudahnya, pusatkan usaha hanya pada huruf kecil saja. Huruf kecil menyebabkan kata berbenda benda (signitif), sedangkan huruf kapital menyebutkan kata berbentuk seragam. Tetapi gunakan huruf kapital bila wajar, misalnya untuk huruf pertama nama.
3. Mengenali Huruf
Memang akan datang waktunya kata-kata yang tidak dikenal menimbulkan masalah. Kata-kata itu tidak selalu dapat dikenali sebagai kata-kata utuh, atau ditebak dalam konteks. Pada tahap ini seorang anak memerlukan cara-cara untuk mengetahui apa maksud kata itu. Mengetahui bunyi huruf pertama dapat memberikan suatu petunjuk yang ampuh. Meskipun demikian pusatkan perhatian hanya pada suatu huruf pertama. Pada tahap awal belajar membaca bukanlah gagasan yang baik untuk mencoba mengajari anak untuk menyembunyikan tiap huruf dari kata tersebut. Bagi mereka permintaan itu sukar untuk dimengerti itu sukar untuk dimengerti. Pertama kali Anda mengajarkan bunyi huruf. Gunakan yang telah dimengerti . Umumnya anak memulai dengan huruf yang pertama dari namanya sendiri dan nama orang-orang serta benda yang dekat dengan mereka.
4. Bunyi dan nama Huruf
Anda perlu mengajari anak bunyi yang dibuat oleh tiap huruf. Namun biasanya tidak sukar dalam mempelajari suatu huruf dan bunyinya sekaligus.
5.Alfabet
Banyak buku dan mainan alfabet yang baik, yang dapat membantu anak-anak untuk mempelajari bentukd an bunyi huruf-huruf. Janganlah tergesa-gesa mengajari mereka urutan alfabet.

F. Melakukan Permainan
Cara terbaik untuk membantu putra Anda belajar membaca adlaah dengan mengajari membacakan bukui baginya dan bersamanya serta mempunyai banyak buku yang menarik di sekitar rumah. Membuatnya sadar akan kata tertulis di sekitarnya dan menuliskan hal-hal untuknya juga sangat berguna.
Permainan kata dan huruf dapat memberiakn suatu situasi belajar yang santai dan informal, bebas dari tegangan dan kecemasan. Anak-anak dengan aktif dilibatkan dan dituntut untuk memberikan tanggapan dan membuat keputusan. Dalam memainakn suatu permainan, anak-anak dapat melihat kata-kata berkali-kali, namun tidak dalam cara yang membosankan dan berulang-uylang.
Bermain dengan kata-kata haruslah menyenangkan dan bahwa belajar membaca itu suatu hal yang menyenangkan. Bermainlah hanya bila anak Anda menginginkannya. Janganlah membuat permainan itu tampak sebagai kewajiban. Permainan permainan ini haruslah sesuai dengan kegiatan main lainnya yang Anda lakukan bersama-sam dengan Anda.
Berilah banyak sanjungan dan semangat, dan hindari kesan baha ia melakukan kegagalan. Jika suatu permainan terlalu sukar, bantulah ia, sesuaikan agar cocok untuknya. Atau dengan bijaksana pindah kesuatu permainan lain.

1. Menyusun Permainan
Pada halaman-halaman berikutnya terdapat saran-saran untuk permainan dan kegiatan yang dapat Anda buat dan mainkan bersama anak didik Anda. Mungkin Anda juga ingin menyusun beberapa permainan anda sendiri. Pertama-tama, sasaran utama Anda haruslah mencari cara-cara yang menghibur dari :
a. Memasangkan suatu kata dengan suatu gambar
b. Memasangkan suatu kata tertulis dengan kata yang diucapkan
c. Memasangkan suatu kata tertulis dengan suatu kata tertulis
d. Memasangkan suatu huruf awal dan suatu gambar
e. Memasangkan bentuk-bentuk huruf dengan bunyi huruf

2. Kegiatan lain
Ada banyak permainan dan kegiatan yang baik, yang dapat Anda beli untuk membantu mengenali kata dan huruf. Huruf-huruf magnetik yang melekat pada lemari es dan media cuci merupakan huruf yang sangat cocok untuk dibeli. Keunggulannya yang besar adalah mudahnya dipindah-pindah, yang akan sangat membantu bila anak memulai membentuk kata. Anak-anak dapat merasakan bentuk-bentuk huruf yang berlainan dengan tangan mereka ini membantu memperbedakan dan menginat ingat tiap huruf.

G. Beberapa Permainan Kata
Bahan-bahan :
1. Sejumlah besar kertas dan kartu, seperti kertas pelapis, dan kertas dinding (belakangnya), bungkus sereal dan lainnya, kartu pos polos dan kartyu ucapan selamat bakas.
2. Gunting
3. Perekat
4. Mistar
5. Pena berwarna
6. Persediaan besar gambar-gambar untuk digunting (katalog mainan, pakaian dan alat-alat rumah tangga sumber yang ideal).

Butir-butir yang harus diingat
1. Bila membuat permainan pilihlah kata-kata yang sudah pernah dilihat oleh anak didik Anda dalam konteks-konteks lain. Hal ini merupakan bagian dari menambah perbendaharaan katanya.
2. Jika permainan itu dibuat dengan teliti mungkin akan lebih menarik bagi anak Anda
3. Sesuaikan setiap permainan ini dengan tema yang terutama akan menarik minat anak didik Anda.
4. Anda juga dapat menyesuaikan setiap permainan untuk membuatnya lebih mudah atau lebih sukar, atau kurang kompetitif menurut kemampuan dan temperamen anak Anda. Permainan itu dapat diikuti oleh sedikit atau lebih banyak anak.


Membuat barisan
Pembuatan :
1. Guntiung suatu karton tebal berbentuk bujur sangkar 240 mm
2. Gambar garis bujur sangkar itu terbagi menjadi sembilan bujur sangkar lain seperti ditunjukkan di bawah
3. Gunting sembilan kartu agar cocok dengan kotak-kotak pada karton itu
4. Tempelkan gambar pada satu sisi dari tiap kartu, dan pada sisi lain, kata pasangannya dan gambar suatu lingkungan sebesar sebuah keping.
5. Cari sepuluh keping, lima dengan suatu warna, dan lima lain dengan suatu warna lain.

Cara bermain
1. Tumpuklah kartu-kartu, kata menghadap ke atas tebarkan kartu dengan sisi kata menghadap ke atas.
2. Dua pemain bergiliran mengambil sebuah kartu dan memabca kata pada kartu itu, kemudian melihat sebaliknya untuk mengecek apakah mereka membaca kata itu dengan benar, ia letakkan kartu itu pada ruang di papan karton tebal dan meletakkan sebuah keping di atasnya.
3. Tiap pemain menggunakan keping dengan warna yang berlainan dan sasaran permainan adalah membuat suatu baris tiga keping dengan warna yang sama, sepanjang garis-garis ”bujur dan silang”.
4. Jika tidak berhasil, kocok kartu-kartu dan mulai lagi.

Menarik perhatian ke kata-kata
Sebelum anak siap untuk memulai belajar membaca, gurud apat membantu anak untuk menyadari secara umum adanya kata yang tertulis dan kegunaannya dalam semua situasi. Tunjukkan kata-kata pada tanda-tanda dan label dan usahakan agar anak menyadari semua situasi yang berlainan di mana guru menggunakan pembacaan dan penulisan untuk memperoleh dan memberi informasi. Berikut ini adalah kegiatan permainan kata untuk belajar mengenal kata-kata.
a. Kartu kata
Permainan ini menggunakan potongan-potongan kartu, yang biasanya berukuran sebesar kartu pos. Tiap kartu ditulisi dengan satu kata. Kartu-kartu ini digunakan untuk membantu anak-anak belajar mengenali kata-kata dan sangat sederhana membuatnya. Paling baik jika guru memulai dengan nama-nama anak dan kemudian berpindah ke nama orang-orang lain dan benda-benda yang dikenal anak dengan baik. Tunjukkan kartu tersebut satu demi satu, dengan menunggu sampai ia tahu tiap kata sebelum beralih ke kartu berikutnya.

Contoh Kartu kata :

b. Mencari pasangan kata
Gunakan kartu-kartu pasangan kata atau kata dengan gambar. Mulailah dengan meletakkan kartu mengharap ke atas dan mencari pasangannya. Kemudian beranjak ke kartu-kartu menghadap ke bawah kecuali satu kartu. Lalu kartu-kartu itu bergantian di balik sampai ditemukan pasangan kartu yang pertama.

H. PERMAINAN BAHASA UNTUK MELATIH KEMAMPUAN MENULIS.
Keterampilan tangan yang diperlukan untuk menulis kata-kata berkembang dengan lebih perlahan dibandingkan ketrampilan membacanya.
Pensil harus dipegang lembut antara ibu hari dan telunjuk serta jari tengah sekitar 3 cm dari ujung. Anak yang kidal harus memegang lebih jauh dari ujung sehingga apa yang ditulis dapat terlihat. Kertasnya harus lebih ke kiri dari sumbu tumbuhnya dan atau sejajar dengan pinggir meja atau sedikit miring ke kanan.

Pola
Pembentukan huruf didasarkan pada pola berulang tertentu. Menyalin pola membantu anak meningkatkan kendali tangan dan menyiapkan cara menulis.
Merunut dan menghubungkan titik-titi huruf.
Cara ini berguna karena membantu mencetakkan pada pikiran seorang anak tentang perasaan menulis huruf-huruf.


Permainan haki garam atau pasir.
Anak-anak menyukai menulis dengan jari-jari mereka dan mempunyai kendali yang lebih banyak daripada penggunaan pensil dan pena. Menulis huruf-huruf dengan cat jari.

Membubuhkan huruf pertama
Mengisikan sebuah huruf untuk melengkapi sebuah kata merupakan langkah pertama yang berguan dalam menuliskan seluruh kata.

..... a-lon



.......o-la


Latihan :
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda mengerjakan latihan berikut ini !
1. Mengapa bermain dapat memicu perkembangan bahasa ? Berikan penjelasan !
2. Apa yang dimaksud dengan kemampuan “mendengarkan”? Berikan contoh kegiatan permainan mendengarkan di TK !
3. Apa yang dimaksud dengan kemampuan “berbicara”? Beriakn contoh kegiatan permainan berbicara di TK !
4. Apa yang dimaksud dengan kemampuan “membaca”? Berikan contoh kegiatan permainan membaca di TK !
5. Apa yang dimaksud dengan kemampuan “menulis”? Berikan contoh kegiatan permainan menulis di TK !







DAFTAR PUSTAKA

Biggs, J & Telfer, R. (1981) The Process of Learning, Sydney : Prentice – Hall.

Bronby, K.D. (1992) Language Arts : Exploring Connection (2nd ed) Boston : Allyn and Bacon.

Miller, M.S. (1981) Bringing Learning Home New York : Happer & Row Publisher.

Dhieni, Nurdiana, dkk, 2005, Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta : Universitas terbuka.






















MODUL
PENDIDIKAN LATIHAN PROFESI GURU
PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA









UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2007
PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan HidayahNya, sehingga penyusunan modul diklat Sertifikasi Guru dalam Jabatan untuk TK dapat diselesaikan. Modul ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta diklat. Tentyu saja modul ini masih belum sempurna, sehingga saran dan kritik dari berbagai pihak akan sangat ditunggu demi sempurnanya diklat ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Surabaya dan jajarannya yang telah memfasilitasi penyusunan modul ini.
2. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 14 dan Koordinator Divisi Pendidikan dan Pelatihan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyusun modul ini.
3. Semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan modul ini.
Semoga amal baik semua pihak diterima oleh Allah SWT.
Semoga pula modul ini bermanfaat bagi seluruh peserta diklat.


Surabaya, Nopember 2007
Penulis,









DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
A. RUANG LINGKUP 1
B. TUJUAN 1
C. MATERI 2
I. Perkembangan Menyimak 2
Pengertian 2
Fungsi Menyimak 3
Tujuan Menyimak 6
Jenis-jenis Menyimak 8
Strategi Pengembangan Kemampuan 12
II. Perkembangan Berbicara 17
Pengertian 19
Tipe Perkembangan Berbicara Pada Anak 19
III. Perkembangan Membaca 23
Pengertian Membaca 23
Pentingnya Kemampuan Membaca 24
Tujuan Membaca 25
Kemampuan Kesiapan Membaca 26
Tanda-tanda Kesiapan Membaca 31
Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Membaca 53
Proses Membaca 35
Strategi Pengembangan Membaca 36
Tujuan Pengembangan Kemampuan Membaca 37
Metode Pengembangan Membaca 39
IV. Perkembangan Menulis 42
V. Permainan Bahasa di Taman Kanak-Kanak 45
Latihan 60

1 komentar:

Tinggalkan Komentar

DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA

I.   PENDAHULUAN Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media  percakapan(dialog), gerak da...